🕯️[37] Danau biru🕯️

136 31 17
                                    


Absen dulu yang kangen sama Haiden?

Maap jika terdapat banyak typo 🌚

23:20

Sekali lagi maap ya up nya kemaleman 😭baca besok aja kagak papa kok

Tiga hari berlalu dan kami masih berada di dalam hutan, kemungkinan empat hari lagi kami akan sampai ke tempat pohon kehidupan itupun menurut Haiden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berlalu dan kami masih berada di dalam hutan, kemungkinan empat hari lagi kami akan sampai ke tempat pohon kehidupan itupun menurut Haiden.

Aku hampir terjatuh saat Haiden tiba-tiba menarik rambutku, bahkan dia tidak minta maaf dan langsung tertawa begitu saja. Benar-benar penyihir titisan dakjal.

"Haiden!" cetus ku, mencoba untuk menarik rambut yang masih setia berada di tangan Haiden.

Bukannya melepaskan tangannya dari rambutku Haiden malah semangkin mendekat, mempertipis jarak di antara kami dan parahnya lagi kami sedang berduaan di hutan karena mendapat tugas untuk mencari kayu bakar

"Apa? kau ingin kucium." Ia memanyunkan bibirnya, rasanya ingin sekali ku tampol dengan batu

"Cium matamu!" Aku segera menjauhkan wajahku darinya saat dia semangkin mendekat kepadaku.

Bisa gawat jika Haiden benar-benar menciumku secarakan dia itu sangat nekat bisa saja dia rela melakukan nya untuk membuatku malu

"Lepaskan tanganmu dari rambutku," pintaku dengan menarik-narik rambutku yang sedari tadi masih di tangannya.

Haiden menaikkan sebelah alisnya menatapku seperti orang yang tidak bersalah lalu merabah-rabah area wajah yang selalu di puji-puji olehnya.

"Rambut mu dari tadi mengenai wajah tampan ku," terangnya seperti orang yang sangat terluka

"Baiklah, akan ku potong rambut panjang ini," sahutku menarik paksa rambut yang sedari tadi Haiden pegang.

"Silahkan." tuturnya begitu saja, kupikir dia akan mencegah ku.

Baiklah aku akan memotong rambut panjang ini lagipula rambut ini sangat menggangu ku dan membuat gerah mungkin karena aku sudah terbiasa dengan rambut pendek.

Ya walaupun beberapa bulan ini aku hidup dengan rambut panjang hal itu tidak membuatku terbiasa.

Aku mengambil sebuah pisau yang terselip di salah satu kantong celanaku, akan kutunjukan kepadanya bahwa seorang Merina tidak akan main-main dengan ucapannya. Aku memandangnya sekilas namun Haiden tampak biasa saja, dia bahkan memegang dagunya sendiri menunggu hal yang akan kulakukan.

Jangan!

Saat aku sudah sangat nekat sebuah suara tiba-tiba menghentikan ku, awalnya kupikir suara itu berasal dari Haiden tapi saat ini dia malah menatapku dengan sorot mata peruh tanya.

In my DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang