🕯️[51] Putri yang sesungguhnya 🕯️

141 30 91
                                    

Hai bestie-bestienya kuki, kalian pa kabar? moga tetap sehat ya!!!!

Kuki ndak up beberapa hari ini karena gak mood, terus gak bersemangat, kalau mau ngetik bawaannya pen scroll toktik. Jadi maaf beberapa hari kemarin kuki gak up tanpa kabar apapun.

Okedeh, langsung cus baca aja ya~

Siap untuk beberapa chapter terakhir?

~Happy Reading~

13:50

                  Btw 👆 angka diatas itu jam kuki up ya.

⚠️ Tandai jika ada typo ⚠️

Aku hanya bersandar, menarik nafas dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya bersandar, menarik nafas dalam-dalam. Dadaku terasa sesak berada di ruangan yang gelap seperti ini. Aku tidak sendirian, ada tiga orang penjaga yang berjaga di pintu depan, mereka akan tetap disana selama dua hari kedepannya.

Duduk dengan bertekuk lutut, menumpu kepalaku pada kedua lutut. Diseberang sana, aku melihat begitu banyak tulang-belulang yang berserakan.

Aroma busuk, jerami kering, lantai tanah dan begitu banyak nyamuk. Membuatku terlihat seperti putri-putri Disney yang menderita.

Perlahan, Aku mencoba untuk memejamkan mata, berharap agar aku segera tertidur supaya bau yang menyengat ini bisa terlupakan.

"Kakak!"

"Oh, kau tidur. Tumben sekali."

Dengan pandangan yang buram, aku melihat Anaya yang masuk ke apartemen kami.

"Anaya!" Aku mencoba untuk memanggilnya. Namun tidak bisa, seakan ada dinding yang memantulkan suaraku kembali.

"Merina."

Suara wanita yang sudah biasa keluar-masuk didalam mimpiku kembali terdengar

"Meliora?"

"Iya, ini aku. Bertahan lah, sebentar lagi aku akan datang!"

Setelahnya, aku kembali terbangun. Mataku menjelajah keseliling memastikan tempat yang kutempati sekarang. Aku berharap kembali ke apartemen namun sayangnya aku masih berada dipenjara yang gelap.

Ku hembuskan nafas gusar, mengeratkan kembali pelukan dilututku. Aneh ya, apakah aku terlalu merindukan Anaya sehingga memimpikan nya seperti tadi, lalu apakah aku terlalu berharap agar Meliora datang dan menyelamatkan ku.

Mataku memanas, tak diduga air mata tiba-tiba mengalir secara perlahan, menyentuh pipiku dan berakhir menetes diatas lutut.

"Haiden."

In my DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang