🕯️[42] Dream or reality?🕯️

140 31 15
                                    

12:10

Maapin, semalam ga up karena ketiduran 🙂

Tandai kalau ada typo~

Walaupun merasa tidak yakin kami tetap mengikuti bocah yang katanya penjaga pohon kehidupan, mungkin saja kali ini kami beruntung dan benar-benar sampai ketempat tujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Walaupun merasa tidak yakin kami tetap mengikuti bocah yang katanya penjaga pohon kehidupan, mungkin saja kali ini kami beruntung dan benar-benar sampai ketempat tujuan.

Setelah mengakui kebohongannya, Jino hanya berdiam diri dan berjalan dibelakang kami, jujur aku sedikit iba dengannya. Jino, dia memang sudah dewasa tetapi sikapnya masih menginginkan kasih sayang dari orang terdekatnya mungkin karena tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua dari kecil membuat Jino menjadi seperti ini sekarang.

Kasihan Jino, merasa nyaman dengan suatu hal sampai-sampai membuatnya menjadi egois.

Bocah yang bernama Edy memimpin jalan dengan temannya yang bernama Mogi. Selain karena Jino, ada satu hal lain yang membuat perjalanan kami menjadi tertunda karena Haiden, tidak mudah untuk membujuknya agar memberikan salah satu antingnya kepada Edy

30 menit yang lalu

"Kau bocah ingusan, apa bisa kami percaya?" tanya Haiden dengan tatapan tajam membuat lawan bicaranya menarik ingus yang keluar.

Haiden mencondongkan tubuhnya berniat untuk menggertak bocah berumur tujuh tahun yang berdiri tegap didepannya.

Srot~

Bocah tadi mengelap ingusnya menggunakan kerah bajunya sendiri membuat semua orang bergedik ngeri melihat noda yang tertempel di sana.

"Ikut saja dulu, nanti kau sendiri pasti akan terkejut," ajaknya dengan nada yang menantang.

Bocah tadi selalu memanggil kami dengan sebutan kakak tapi tidak dengan Haiden, dia seperti berbicara dengan orang sebayanya tanpa embel-embel kakak. Bau-bau permusuhan tercium pada keduanya.

Haiden menyilangkan tangannya, menaikan sebelah alisnya seakan menerima tantangan bocah didepan itu

"Ohya?" bisik Haiden tepat ditelinga lawan bicaranya

Merasa dipermainkan, bocah tadi mengembungkan pipinya yang memerah tak lupa tatapan tajam yang ia berikan untuk Haiden.

Menyadari permusuhan diantara keduanya Nicholas masuk ke perbincangan dan menghentikan perseteruan yang terjadi.

Percayalah, melihat Haiden yang saling menantang dengan bocah berusia tujuh tahun sangat menyenangkan.

"Baiklah kalau begitu, aku sangat berterima kasih," seru Nicholas sembari mengacak-acak rambut bocah tersebut

Nicholas mengambil alih kayu bakar yang tersandang di punggung bocah tadi dan memegang salah satu tangan bocah tersebut.

Merasa tangannya dipegang ia melepaskan tangan Nicholas begitu saja dan mundur beberapa langkah

In my DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang