Kembali ke 8 tahun yang lalu.
Seorang bocah laki-laki tengah dikelilingi oleh sekelompok bocah lainnya. Tapi keadaan satu bocah itu berbeda dari yang lain. Terlihat beberapa bekas pukulan di wajah, tangan, maupun di kakinya yang pasti akan meninggalkan lebam kebiruan.
"Jangan sok jadi jagoan disini!"
Satu pukulan mendarat di wajahnya. Bukan hanya pukulan, tendangan pun ia terima satu-persatu setiap dari mereka yang menghajarnya. Ia tak bisa melawan. Terlalu banyak. Ia hanya sendiri. Hanya bisa meringkuk ditengah kerumunan.
"WOI KALIANN! BERHENTII!!"
Suara bocah lainnya yang tiba-tiba menghampiri kerumunan itu. Memecah keributan disana.
"Kamu siapa hah?! Mau kami hajar juga??"
Semua orang melihat bocah perempuan dengan satu cepolan dirambutnya itu dengan tatapan meremehkan kecuali bocah penuh luka yang sejak tadi dihajar.
Bocah perempuan itu menatap mereka tanpa takut sekalipun. Ia menyeringaikan senyuman.
"Dasar lemah!! Beraninya cuma main keroyokan."
"Hah?! apa katamu??"
Satu tendangan berhasil mengenai wajah. Benar, mengenai wajah si pemimpin kerumunan tadi. Tergeletak tak berdaya dengan hidung berdarah. Hal itu membuat yang lain terkejut dan menganga dengan apa yang terjadi. Sangat cepat. Mereka belum menangkap pergerakan bocah perempuan tadi dengan mata mereka sendiri. Dan tidak tau jika bocah itu tanpa menunggu lama juga menghajar mereka.
Namun apa daya, mereka akhirnya bernasib sama, tergeletak tak berdaya meninggalkan seorang bocah yang tadi dikeroyok. Bocah laki-laki itu melihat bagaimana bocah perempuan tadi menghajar semuanya dengan mudah. Tanpa rasa takut sekalipun walaupun ia sendiri perempuan. Ia menatap kagum.
"Kamu gakpapa?" Bocah perempuan itu menghampirinya. Memberikan uluran tangan agar membantunya berdiri.
Ia hanya mengangguk mengiyakan. Menerima uluran tangan itu. "Terima kasih" ucapnya.
Entah apa yang ada dipikiran bocah perempuan itu, ia terkekeh mendengar ucapan terimakasih dari bocah yang ia tolong. Merasa bangga dengan dirinya sendiri, karena menganggap dirinya seorang pahlawan.
"Siapa namamu?" tanyanya.
"Chi-chifuyu, Matsuno Chifuyu"
"Nahh Chifuyu, kalo kamu lemah, mereka akan selalu merendahkanmu, kalo kamu tidak pandai bertarung, setidaknya tunjukkan kemampuanmu yang menjadikanmu itu spesial. Jadi jangan takut sama mereka, mereka itu hanya pengecut, kamu mengerti??" ucapnya dengan penuh percaya diri.
Mata bocah laki-laki itu berbinar lalu mengangguk antusias mendengar apa yang dikatakan si bocah perempuan. Merasa bahwa apa yang dikatakannya sangat keren. Sedangkan bocah perempuan itu terlihat terkekeh membanggakan dirinya karena sudah memberikan nasehat untuk bocah itu walaupun apa yang dikatakannya hanyalah kata-kata berantakan dari seorang anak umur 9 tahun.
"Namaku Senju. Aku temanmu sekarang, oke Chifuyu?"
Chifuyu lagi-lagi mengangguk antusias. Ia merasa senang sekali mendapat teman seperti Senju.
Entah datang darimana seorang bocah laki-laki berambut pirang yang menghampiri mereka dengan sepotong taiyaki penuh dimulutnya. Bocah itu kemudian berbicara dengan Senju. Chifuyu tidak tau apa yang mereka bicarakan tapi yang terpenting ia dapat bertemu dengan Senju hari itu.
Bagi Chifuyu pertemuan itu sudah cukup menjadi alasan ia mulai mengagumi Senju. Baginya Senju itu sangat keren.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario || Maisenju
RomantizmSenju sangat jatuh hati kepada Chifuyu. Namun, rencana untuk mendekatinya selalu dihalangi oleh pria itu. Mikey. Entah mengapa ia melakukannya, sangat membuat Senju kesal. (Tokyo Revengers Fanfiction) Mikey x Senju Au Warning ! - TYPO!! - OOC - Kata...