Ana mengikat rambutnya hari ini. Ia kembali bersekolah sebab selesai menjalani libur satu harinya setelah kejadian di kantin dua hari lalu. Handphonenya bergetar, Ana menaruh sisir yang ia gunakan untuk merapikan rambutnya saat sudah terikat. Kemala mengirim pesan.
KEMALA
Na, bawa bekal siang yuk? Bisa?Ana membaca pesan itu. Mengetikkan kata yang memberi balasan tanda setuju dengan ajakan Kemala. Tak sampai beberapa menit, Kemala membaca balasan Ana lalu tampak sedang mengetik.
KEMALA
Saya juga sudah janjian sama Kenny dkk. Mereka juga bawa bekal hari ini, pasti bakalan seru! Kamu gimana kondisinya, baik-baik aja?LEANA
Waw, asik dong! Saya baik kok, Mal. Saya gak sabar sekolah terus jumpa kalian!KEMALA
Aman! Ya sudah sana lanjutkan aktivitas kamu, saya mau siap-siap dulu, Na.LEANA
Iya.Ana bergegas turun ke bawah. Menemui ibu yang sibuk menata piring dan menyiapkan sarapan, beliau baru saja menaruh semangkok berukuran sedang berisi nasi goreng. Nasi goreng spesial yang beliau masak bersama wortel, telur, daun sop, sosis, potongan ayam, dan lainnya yang dijadikan satu.
"Mam, hari ini Ana bawa bekal, ya? Pagi ini Ana sarapan roti aja, entar istirahat di sekolah, baru deh Ana makan nasi."
"Tumben bawa bekal? Biasanya paling gak mau kalau Mam siapkan."
"Mau makan sama teman-teman, Mam. Masa, yang lain makan makanan dari rumah, Ana makan makanan kantin?"
"Nah, gitu harusnya. Mam, siapkan dulu, ya." ibu berjalan ke arah samping guna mengambil wadah untuk menaruh bekal Ana. Ia membuka lemari yang terletak di tembok agak ke atas. "Nasi gorengnya pakai wortel, harus kamu habiskan. Kalau kamu buang, gak bagus buang-buang makanan. Gak bersyukur."
Ana memasang ekspresi heran, habis ia pikirnya. "Oke, Mam." katanya setuju agar sang ibu tidak mengomel pagi ini.
***
"Akhirnya Ana kembali sekolah!" pekik Kenny yang baru saja masuk ke dalam kelas. Berlari ke meja Ana untuk mencubit pipi gadis itu gemas. Kenny melirik Nasya dan Frida, lantas berkata. "Sehari gak ada kamu di kelas, Na, kita-kita bingung mau nanya soal sama siapa! Pada pelit semua, lagian kita kan cuma nanya, bukan mau menyalin jawabannya!"
Nasya memasang ekspresi setuju, "Betul! Apalagi si Adiva, sok paling terdepan! Kita juga ogah nyalin jawaban dia, dia aja yang kegeeren. Kita cuma nanya aja, kok," kata Nasya.
"Wajar sih dia sensi. Karena kalau kita yang nanya, pasti orang-orang akan mikir kita mau nyalin jawaban. Kita kan terkenal karena itu." sahut Frida apa adanya, Kenny dan Nasya kompak melotot melihat Frida yang kini buru-buru melanjutkan kalimatnya. "Itu makanya jangan sering buruk sangka. Jangan suka menebak yang tidak baik, gak semua yang kita pikirkan akan terjadi. Betulkan?"
Kenny dan Nasya kompak mengangguk dengan wajah lega karena Frida berkata betul. Tidak selamanya mereka bertanya itu artinya mereka ingin menyalin jawaban.
"Ya sudah, nanti kalau kalian gak tau, saya bakal kasih tau, kalau kalian nanya."
"Kamu memang baik, Na! Pantes disukai banyak orang!" kata mereka bertiga.
"Iya makasih atas pujiannya, Ana tau kok dia memang baik dan banyak fans, iya gak, Na?" alis Kemala naik turun menggoda Ana. Ana terkekeh.
"Pada bawa bekal gak?" tanya Kenny.
"Bawa dong pastinya!" jawab keempatnya.
Ana berdiri dari kursinya, menghampiri meja Reo yang ada di belakang. "Reo, ini catatan kamu yang semalam kamu pinjamkan. Makasih banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Patah Hati
RomanceAneh sekali rasanya, Ana yang tidak peka selalu saja mendapatkan perhatian mendalam dari seorang pemuda yang baik tutur katanya itu dan tampan rupanya itu. Hati selalu memberi teka-teki, selalu menarik diri pada hati lain yang cenderung tak mempunya...