Dua Puluh Tiga

394 42 76
                                    

Gadis bernama Shea itu sengaja datang lebih awal karena tahu sang pujaan akan datang lebih awal juga. Sesampainya di kelas, ia mendapati kelas yang lengang. Sikon yang tepat untuk menyampaikan pesan sang ibu tadi malam.

"Saya cantik banget, kan? Aneh, kenapa Kaisar gak suka sama saya? Oh, saya tau. Dia hanya malu." tawa Shea menggema di kelas yang kosong, gadis itu memandang bibir, hidung, alis, dan bulu matanya yang membuatnya tersenyum karena tampak tidak ada yang salah.

Jarum menunjukkan pukul 06.52 WIB. Shea berdiri dari duduknya, merapikan seragamnya kemudian berjalan menuju pintu kelas. Kepala Shea menyembul dari pintu, melihat kanan dan kiri, Shea terhenti dengan posisi kepala ke depan, ia melihat Kaisar sedang berjalan di lapangan.

Shea gemirang. Sudah ia tebak, Kaisar pasti datang awal. Pemuda itu memang begitu, datang lebih awal pada waktu tertentu, biasanya untuk mengawasi tugas Pak Ricky yang tak dapat hadir seperti jam biasanya. Kaisar itu dipercaya untuk menjaga ruang keamanan.

Tiba-tiba Shea muncul, ia keluar dari balik pintu, menyapa Kaisar ceria. "Selamat pagi, Kaisar! Kamu kangen sama saya gak?" Kaisar terkejut lantas menghela napas dan kembali bersikap seperti biasanya.

"Kamu kok diam aja, Kai?" Shea murung, ia menunduk. Kaisar membuang napas berat.

"Kai, mama mengundang kamu buat makan malam sama di rumah saya. Kamu mau, kan?"

"Saya gak mau. Menjauhlah dari saya untuk sementara waktu, paling tidak sampai semuanya membaik. Saya sudah tau semuanya dari Lunar dan Tamara. Mereka melabrak Lea karena kamu cemburu gak jelas. Saya gak mau dengar berita kamu mengusik apalagi menyakitinya, atau kita takkan pernah dekat lagi untuk selama-lamanya. Saya bukan siapa-siapa kamu yang bisa kamu atur sesukamu, bertindaklah sedikit dewasa."

"MEMANGNYA DIA KENAPA?!" Shea melotot. Kaisar terperanjat. Shea marah besar, nada bicara gadis itu bergetar, ia menatap Kaisar tak tegar.

"Kamu berubah! Kamu gak peduli lagi sama saya sejak dia ada, kamu mengabaikan saya, bahkan perlahan-lahan, kamu mau mencampakkan saya kan, Kai?!" Kaisar tercengang bengang, Shea berteriak.

"Jawab!" gadis itu menarik rambutnya sambil memejamkan mata kuat-kuat. Kaisar kelabakan, ia menarik tangan Shea agar berhenti menarik rambutnya. Shea memberontak, menjauhi diri dari Kaisar, Kaisar berusaha tak kalah, ia melepas tarikan Shea pada rambutnya, lantas memeluk gadis itu saat Shea berniat menarik rambutnya lagi.

Shea bersandar di dada bidang Kaisar dengan tangis yang menjadi-jadi. Hatinya sakit sekali mendengar ucapan Kaisar yang begitu hebat menghancurkan perasaannya. Menjauhi Kaisar? Melihat Kaisar dengan gadis lain saja ia tak sudih.

"Jangan bicara begitu, Shea. Saya cuma gak suka dengan sifatmu belakangan ini, yang berubah itu kamu."

Shea mendongak, jarak wajah mereka dekat sekali. Kaisar menunduk, memperhatikan air mata Shea yang tampak jelas ia lihat dari bawah dagunya, dengan masih berpelukan. "Karena kamu, saya kayak gini karena kamu! Sadarlah!" Kaisar mengelus rambut Shea, menaruh kepala Shea di dadanya untuk ia tenangkan.

"Maaf, saya benar-benar gak bisa membalas perasaan kamu." Shea kaget, melepas pelukan mereka, memandang Kaisar, tampak matanya berkaca-kaca karena kesedihan.

"Kayaknya dia harus menghilang dulu supaya kamu gak terus-terusan mikirin gadis sialan itu?!" Shea berteriak, pergi dari kelas dengan Kaisar yang terus-terusan memanggil gadis itu.

***

Adiva menghampiri meja Reo, ia telah membuat keputusan dengan keyakinan yang matang. Ia akan menyatakan perasaannya pada Reo, tak peduli jika Reo mencintai Ana. "Reo, boleh bicara sebentar?"

Narasi Patah Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang