11. KEHUJANAN

10 2 1
                                    

Happy Reading

Rintik hujan mulai turun dari langit membasahi jalanan yang padat siang ini, padahal sebelumnya langit terlihat sangat cerah.

Rean dan Lean sedang berada di jalan, setelah tadi berpisah dari Dion dan Aldi yang membonceng Chilla.

memang hanya arah rumah Rean dan Lean yang searah, sedangkan Aldi rumahnya searah dengan Chilla yang ia bonceng.

Dion juga sama, bahkan rumahnya satu komplek dengan Aldi hanya beda beberapa blok saja.

"Woi macan betina, kita neduh dulu ya. ini ujannya nambah deres" teriak Rean yang terhalangi oleh suara gemercik air hujan yang bertambah lebat.

"HA?" teriak Lean karena suara Rean tidak jelas teredam oleh suara hujan dan terbawa oleh angin.

Rean berdecak seraya memelankan laju motornya dan melirik Lean  melalui Kaca spion motornya.

"Neduh dulu, ujannya tambah deres"

"Ohh terserah lo" ujar Lean.

Rean pun kembali menambah kecepatan laju motornya dan mencari tempat mereka untuk berteduh.

------------------------------

Kini Rean dan Lean sedang berada disalah satu cafe, tadi mereka kebingungan mencari tempat berteduh.

karena halte yang mereka temui sudah terisi penuh oleh orang-orang yang berteduh dari lebatnya air hujan.

Lean menggosokan kedua telapak tangannya, dan meniup-niupnya.

telapak tangannya kembali  menggenggam cangkir kopi yang berada dihadapannya untuk menghangatkan dirinya.

Rean yang duduk tepat dihadapan Lean pun tak hentinya menyeruput kopi yang dipesannya.

tak ada obrolan yang menemani mereka, yang terdengar hanya musik yang diputar didalam cafe itu.

Mata Lean menoleh kearah Luar, melalui kaca cafe ia dapat melihat air hujan yang turun dengan lebatnya diluar sana.

"Lo tau gak, kenapa kesedihan itu digambarkan dengan hujan" ucap Rean setelah sejak tadi keheningan menyelimuti mereka berdua.

Lean yang merasa jika Rean berbicara padanya pun menoleh dan menatap Rean dengan raut penuh tanya.

"Karena keluar air" jawab Lean ragu.

Rean tergelak mendengar jawaban dari Lean dengan wajahnya yang polos.

"kalau alesannya cuma itu, kenapa gak digambarkan sama kencing. kan sama-sama keluar air"

Lean mendengus, ia tau jika ucapan Rean barusan tujuannya adalah untuk mengejek jawaban yang ia berikan tadi.

Rean masih cengengesan tidak jelas seraya menatap gadis dihadapannya.

"Gausah ketawa, lo tambah jelek" Ucap Lean.

Rean memajuka  tubuhnya dan menopan dagunya diatas meja, sehingga wajah mereka berdua sekarang sudah sangat dekat.

R to LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang