1. kepergiannya

76 7 11
                                    

                     1. Kepergian

"SEKARANG JUGA KELUAR KAMU DARI RUMAH SAYA!" ucap seorang laki-laki dengan nada tinggi pada wanita di depannya yang tak lain adalah istrinya.

"IYA OKE, AKU AKAN PERGI DAN AKU GAK AKAN SUDI NGINJAKIN KAKI AKU DISINI LAGI!" Sahut wanita itu dengan lelehan air mata yang keluar dari sudut matanya.

Di tengah keributan mereka di ruang keluarga, tampak seorang anak kecil laki-laki yang sedang mengintip dari pintu kamarnya. Alta---- nama anak kecil itu.

Raden Reano Alta. Anak laki-laki yang mentalnya sudah jatuh sejak kecil karena masalah keluarganya. Orangtuanya berpisah saat ia masih berumur 5 tahun. Patut di sayangkan, anak kecil sepolos itu sudah harus menyaksikan pertengkaran orangtuanya setiap malam.

Suara pukulan, bantingan pintu, pecahan piring hingga suara tangisan sendu sang ibunda sudah ia dengar dari kecil, ya, hal itu lah yang membuatnya menjadi pribadi yang sangat menghargai wanita.

"Alta anak manisnya bunda, Alta disini sama ayah ya? Alta jadi anak baik-baik, nurut kata ayah gimana pun ayah, ayah tetap jadi ayah kamu" ucap Winda---- ibu Alta.

"E-eh ndaa mau kemana? Kok, aku ga di ajak?" ucap Alta dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Bunda mau pergi dulu ya sayang, kamu sama papa, ya? Bunda gak kuat, bunda mau izin istirahat dulu, boleh? Tapi istirahatnya gak di kamar Alta kayak biasanya, bunda mau istirahat di rumah nenek, boleh, nak?" Ucap Windi dengan suara lembutnya yang menenangkan.

"Iya ndaa, bolee kok, nanti kalau bunda udah istirahat nya balik lagi yaa, main sama Alta lagi" ucap Alta sambil menghapus air mata yang membasahi pipi bundanya itu.

"Good boy, Alta ingat, jangan pernah sekalipun Alta nyakitin hati perempuan, karena itu sama aja Alta nyakitin hati bunda. Alta mau hati bunda sakit?" ucap Windi

"Engga, Alta ga mau hati bunda sakit nanti bundanya Alta nangis terus, Alta gak suka liat bunda nangis" ucap Alta, anak sekecil dan sepolonya ia sudah paham akan hal itu, lantas bagaimana dengan laki laki dewasa di luar sana yang masih menyakiti hati wanita?

"Anak pintar, bunda pergi ya sayang. Alta harus salalu ingat, bunda sayang banget sama Alta" ucap Windi sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur Alta dan bergegas meninggalkan rumah itu dengan penuh luka di hatinya. Luka karena ia harus meninggalkan pangeran kecilnya bersama dengan makhluk brengsek itu.

Rasa ingin membawa Alta dalam pelukannya dan tinggal bersamanya pasti ada, tapi itu semua harus Windi kubur dalam-dalam, karena jika ia nekat membawa Alta ntah apa yang akan di lakukan mantan suaminya itu.

                            •••••

12 tahun berlalu setelah perpisahan yang menyakitkan itu. Kini, anak kecil laki-laki itu telah tumbuh menjadi sosok yang kuat, yang tegar dan yang memiliki banyak luka di hatinya.

"ALTA, MAU SAMPAI KAPAN KAMU TAURAN KAYAK GINI? PERCUMA PAPA MASUKIN KAMU KE SEKOLAH MAHAL KALAU UJUNG-UJUNGNYA KAMU CUMA NYUSAHIN DAN TAURAN TERUS. KAMU PIKIR DENGAN KAMU TAURAN KAYAK GITU KAMU HEBAT? ENGGA, ALTA ENGGA! ITU CUMA JADI BEBAN PAPA DOANG!" bentak David---- ayah Alta.

"Loh, emang aku pernah minta sama papa biar aku di masukin ke sekolah yang bagus? Yang luas? Yang mahal? Yang kayak istana? Engga, kan, pa?"
ucap Alta, sudah jelas perkataanya itu membuat ayahnya terpancing emosi.

Bugh

Satu pukulan lepas bebas di pipi Alta.

Alta hanya tersenyum getir dan pergi dari rumah itu.

Kemana ia akan pergi? Mencari sosok ibu yang selama ini ia cari. Sosok rumah terindah baginya kini tidak di ketahui keberadaannya.

Ia melajukan motornya di tengah sepinya jalanan, ia menepikan motornya di saat ia melihat ada seorang nenek yang kesusahan untuk menyebrangi jalanan.

ALTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang