5. siswi baru

37 8 10
                                    

Esok hari tiba. Hari Sabtu ini Alta hanya memiliki 3 mata pelajaran untuk di pelajari di sekolah jadi otomatis, ia akan pulang lebih cepat dari hari-hari sebelumnya.

Mata pelajaran hari ini sangat simpel, hanya ada Sejarah, Ekonomi, dan Pramuka. Karena jadwal pelajaran yang sedikit, membuat banyak siswa-siswi menjadi lebih malas bersekolah di hari ini. Tak terkecuali Revan dan Gibran. Sedari tadi dua remaja yang sudah duduk dibangku kelas akhir SMA itu tampak lesu.

"Baik semuanya, sebelum lanjut ke pelajaran kedua, sekarang kalian akan mendapatkan teman baru di kelas ini," ucap Bu Nesi---- guru mata pelajaran sejarah.

"Silakan masuk" sambung Bu Nesi.

Murid baru itu berjalan dengan senyumnya yang mengembang. Kulit putih dengan surai hitam pekat menjadi daya tarik untuknya.

"Anjir cakep juga"

"Masya Allah gusti bening banget"

"Gila, calon crush baru gue"

Itu adalah bisikan-bisikan yang terdengar dari para kaum Adam di kelas 12IPS2 saat melihat anak baru yang akan menjadi penghuni kelas ini.

Mendengar bisikan-bisikan yang dilontarkan teman-teman sekelasnya membuat Alta yang tadinya cuek menjadi ikut penasaran tentang anak baru itu. Maka dengan itu, ia mengangkat pandangannya dan matanya tepat berhenti di mata coklat gadis itu.

Deg

Waktu seketika berhenti bergerak bagi Alta. Seakan kini hanya ada ia dan siswi baru tadi. Tatapan mata gadis itu sangat lembut dan tulus. Senyuman yang terukir disana dapat menggambarkan bahwa ia orang yang sangat ramah dan manis.

Bukan, bukan segala kesempurnaan yang di miliki gadis itu alasannya. Yang menjadi alasan Alta masih membeku di tempatnya adalah ia merasa tak asing dengan gadis itu. Seperti pernah menjumpainya tapi ntah dimana.

"Hai semuanya, nama gue Meisya Astrella Rosler, gue pindahan dari Bogor" sapa anak baru yang di ketahui bernama Meisya.

Begitu gadis itu membuka suara, Alta baru tersadar siapa gadis itu. Benar, ia pernah menjumpai gadis itu. Di suatu malam yang sunyi dan sepi. Dengan cahaya bintang yang menjadi saksi bisu pertemuan dua anak cucu Adam itu.

"Hai" sapa balik siisi kelas dengan serempak.

"Meisya, kamu duduk di bangku kosong sebelah Alta, ya"  Bu Nesi sambil menunjuk bangku di sebelah Alta.

"Baik, Bu" jawab Meisya, sepertinya ia gadis yang polos.

"Hai, gue Meisya" sapanya pada Alta yang akan menjadi teman sebangkunya.

"Ya, hai, gue Alta" jawab Alta dengan wajah datarnya.

Mendengar nama Alta, gadis itu rasanya tak asing dengan namanya. "Alta? Lo---" ucapnya tertahan.

"Lo yang waktu itu nolongin gue pas di ganggu sama orang-orang gak jelas itu, kan?"

"Iya, itu gue" jawab Alta masih dengan ekspresi datarnya.

"Oke pelajaran kita lanjutkan dan buka halaman seratus dua puluh lima" ujar Bu Nesi dan pelajaran berlanjut.

                                ••••••

Suara bel istirahat sudah terdengar dan para siswa mulai berhamburan keluar kelas tak terkecuali Alta dan kawan-kawannya.

Mereka berjalan menuju kantin dengan di barengi bisikan-bisikan pujian dari para siswi-siswi, itu sudah sangat biasa terjadi.

"Hai doinya Nathan" sapa Revan pada Raisa yang ia temui sudah duduk sambil memakan bakso.

"Heh! Diem lo, kuah bakso gue panas terus pedes, jangan sampe kena muka lo" sahut Raisa.

ALTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang