11. masa lalu

11 5 0
                                    

"bertemu dengan mu itu anugerah, melihat kamu selalu tersenyum itu anganku. Tak akan ku biarkan mata indahmu menangisi dunia yang penuh tipu daya. Tidur lah dengan nyenyak, aku akan menjaga mu di sini" -Raden Reano Alta

                             •••••••••

Alta kembali sampai di Jakarta tentunya bersama rombongan keluarganya dan anggota inti peace diamond beserta Meisya. Hari ini, rumahnya akan terasa lebih ramai dari biasanya karena kehadiran Risma dan Rean di dalamnya.

Setelah tiba di rumahnya, Alta langsung bergegas menuju kamarnya tanpa mempedulikan jika nanti anggota inti peace diamond itu akan menyusul dirinya dan berujung memberantaki kamarnya.

Rean, laki-laki itu berjalan menuju kamar yang sudah David design sama persis dengan apa yang disukai Rean. Warna biru muda dengan interior yang senada.

Kamar milik Rean ada di samping kiri kamar milik Alta. David sengaja membuatnya menjadi bersebalahan. Ia pikir, itu akan memudahkan interaksi antara Rean dan Alta. Ia juga meminta Rean untuk sering berkunjung ke kamar Alta dan membantu laki-laki itu belajar. David rasa, Rean jauh lebih pintar dari Alta.

Di kamar Alta, anggota inti peace diamond berkumpul dan memberantaki kamarnya. Sudah seperti hal yang wajib jika mereka berkunjung ke kamar Alta, mereka harus memberantakinya dan membuatnya menjadi kapal pecah.

"Gue mau belajar dulu" ucap Alta kemudian ia menyudahi obrolan mereka dan beralih ke meja belajar miliknya. Sedangkan yang lainnya, tetap lanjut mengobrol dengan canda dan tawa.

Cukup lama mereka di sana sampai tidak menyadari bahwa sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam. Raisa dan Kanaya tampaknya sudah mulai di serang kantuk hingga mereka limbung di bahu kekasihnya masing-masing.

Nathan dengan telaten merapikan poni Raisa yang menutupi wajah cantik gadis itu. Ia berusaha membangun kan Raisa dan mengajak gadis itu pulang.

"Sa, pulang. Tidurnya lanjut di rumah aja" ucap Nathan sambil mengelus pipi Raisa dengan lembut agar gadisnya itu bangun.

Raisa mengerjap, merasa ada suatu usapan lembut di pipinya, ia terbangun dengan keadaan blushing.

"Ayok pulang" ucap Raisa masih dengan setengah sadar.

"Iya ayok" sahut Nathan. Kemudian mereka berdua pamit dan meninggalkan rumah Alta. Nathan akan mengantarkan Raisa terlebih dahulu sebelum ia kembali ke rumahnya.

Gibran masih setia mengelus-elus kepala Kanaya yang tertidur di bahunya. Ia sangat ingin menggendong gadisnya itu untuk ia bawa ke mobil yang tadi mereka bawa ke puncak. Ya, mobil itu milik Gibran.

"Aya, bangun, yuk. Lanjut bobo di mobil lagi aja" ucap Gibran dengan suara yang pelan. Tangannya yang masih mengelus kepala Kanaya itu ia pindahkan ke pipi gadisnya.

"Lo gendong aja, pegel banget tuh tidur posisi kayak gitu" sahut Revan. Jujur saja, ia tau bahwa tidur dengan posisi kepala diletakkan di pundak itu sedikit tidak nyaman. Namun alasan ia berkata demikian adalah, ia lelah melihat kebucinan sahabat-sahabatnya yang tak ada hentinya. Ia juga ingin seperti itu, tapi nasibnya yang hanya dianggap teman oleh sang kekasih itu harus membuatnya mengurungkan niatnya itu untuk sementara.

Tak lama, Kanaya mengerjapkan matanya dan terbangun. Ia mengucek matanya sebelum akhirnya Gibran memperingatinya "jangan kucek mata kenceng-kenceng, Aya. Nanti matanya jadi sakit"

Setelah Kanaya bangun, Gibran langsung berpamitan dan mengantarkan Kanaya kerumah gadis itu.

Revan masih setia di kamar Alta, sekarang ia sudah merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk milik Alta. Sedangkan sang empunya masih setia duduk di meja belajar dengan buku-buku di hadapannya.

ALTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang