HAOY AKU KEMBALI SETELAH ILANG BERABAD-ABAD, KANGEN KAN? SAMA KOK AKU JUGA KANGEN VOMENT DARI KALIAN SHSHSH😗👍
*****
Meisya mengerjap beberapa kali saat cahaya terang memaksa masuk ke netra hitam miliknya. Bau obat-obatan dan suasana asing itu membuatnya bertanya-tanya dalam hati dimana ia sekarang.
Pandangannya mengendar, melihat sekitar dan mendapati seorang remaja laki-laki yang tengah berdiri di depan bangsalnya dengan tubuh yang membelakanginya.
Karena di pintu itu ada kaca bening, jadi ia dapat melihat apa yang laki-laki itu lakukan disana. Menatap langit-langit rumah sakit dengan air mata yang berderai. Ntah menangis untuk apa.
Meisya tau orang itu, dari postur tubuhnya dan juga rahangnya yang tegas, orang itu jelas adalah seorang Raden Reano Alta yang tengah menunggunya tersadar dari pingsannya.
Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat dan membuat ukiran senyum yang indah. Tapi, senyuman itu luntur saat tiba-tiba saja, di telinganya seakan terdengar suara-suara yang tadi dilontarkan Rean yang mengaku dirinya adalah Alta.
"Gue benci lo! Gue gak suka sama lo!" Suara-suara itu seakan kembali ia dengar dengan jelas. Tepat di sebelahnya.
Meisya menatap punggung Alta dengan tatapan kosong. Jika ia boleh berkata jujur, untuk membenci Alta itu seakan mustahil baginya, namun perkataan Rean yang mengaku dirinya adalah Alta itu membuat hatinya terasa sakit.
Mata Meisya terasa panas, sepertinya, sebentar lagi butiran-butiran air mata itu akan kembali turun.
Alta, sudah satu jam ia menunggu Meisya diluar bangsal. Setiap saat ia menoleh kearah Meisya, ia masih mendapati Meisya menutup matanya dengan tenang.
Merasa lelah berdiri, Alta memilih untuk masuk ke dalam dan menunggu Meisya di kursi tunggu yang berada di sana.
Baru saja Alta membalikkan tubuhnya, ia dapat melihat Meisya dengan mata terbuka sempurna sedang menatap ke arahnya dengan tatapan kosong.
Alta menghampiri Meisya dengan raut wajah khawatir, ia khawatir jika Meisya merasakan sakit atau membutuhkan sesuatu.
Alta berhenti di samping brankar Meisya, ia hanya menatap Meisya yang memalingkan wajahnya agar tidak saling bertatapan dengan Alta.
"L-lo butuh sesuatu?" Tanya Alta dengan sedikit terbata.
"Gak," ketus Meisya yang masih memalingkan wajahnya.
Alta tau, gadis di depannya ini sekarang membenci dirinya sehingga ia enggan untuk sekedar menatapnya. "Apa yang Rean bilang sama lo sampai lo benci gue?" Tanyanya pada Meisya.
"Itu bukan Rean, itu lo!" sahut Meisya dengan dingin.
"Gue? Gue datang ke gedung sialan itu di saat lo teriak kalau lo benci gue," jawab Alta.
Meisya bingung, siapa yang harus ia percaya untuk saat ini. Tapi, ia memilih untuk menceritakan apa yang diucapkan Rean tadi, "Rean bilang, lo selalu cerita semua tentang gue ke dia. Seberapa bencinya lo ke gue, gak lupa, dengan semua rencana sampah yang lo rancang buat gue. Mulai dari teror di kamar mandi, dan orang-orang yang nyerang gue waktu itu gak lain adalah orang suruhan lo. Jago banget ya akting lo. Saking jagonya, sampai lo bisa bikin gue jatuh cinta sama karakter yang lo buat sedetail mungkin. Ini gue yang terlalu bodoh atau lo yang terlalu licik si?"
Alta hanya diam saat mendengar ucapan panjang Meisya. Bagaimana bisa Rean melakukan hal seperti itu? Teror? Teror itu adalah teror rancangannya. Dan, bagaimana bisa Rean mengetahui tentang Meisya yang tiba-tiba diganggu oleh anak-anak Benitez?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTA
Teen FictionBukan kisah sedih, hanya kisah penuh luka. Secercik kisah Alta dengan perjalanan hidupnya yang rumit. Kejutan dalam hidup yang tak pernah ia harapkan. perginya seseorang di hidupnya dengan jarak waktu yang sangat singkat. Pertemuan tak sengaja ya...