"Di bawah hujan aku menemukannya, dengan tubuh basah terguyur air hujan. Ia tampak rapuh. Tatapan matanya penuh kekecewaan" -Raden Reano Alta
•••••••
Pagi sudah tiba dan Alta sudah bangun dari tidur malamnya yang bahkan hanya 2 jam saja. Ia baru bisa terlelap setelah subuh. Susunan kata yang terdapat di meja nakasnya itu tersimpan rapi di benaknya.
Sebisa mungkin ia berusaha menghilangkan kata "Astrella" dari benaknya namun sia-sia. Kata itu akan terus berada disana ntah sampai kapan.
Karena satu kalimat yang ia temui tanpa sengaja tertulis diatas kertas putih yang tertempel diatas meja nakasnya, Alta dapat menjadi seorang yang melupakan dunia. Hanya kata Astrella yang berada di benaknya.
"Alta lo ngapain si mikirin itu? Mending lo mikirin PTS yang tinggal seminggu lagi," ucapnya.
"Kalo sampe nilai PTS lo turun, ya, siap-siap aja, deh. Paling kaki lo biru lagi" sambungnya sambil tersenyum miris.
Setelahnya, ia melangkah keluar dari apartment itu. Ia berniat untuk pergi ke markas peace diamond yang dapat dipastikan akan lebih ramai dari biasanya.
Alta menyusuri lorong-lorong yang berada di dalam gedung apartment itu. Melewati pintu demi pintu yang berada disana. Mungkin, jumlah pintu-pintu disana sebanyak pintu yang berada di Lawang Sewu.
Sepanjang menulusuri lorong itu tidak ada yang menarik perhatian Alta. Sampai pandangan matanya tiba ditempat resepsionis. Disana, ia melihat seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam pekat sebahu yang menggunakan setelan jas berwarna toska dan heels yang tak terlalu tinggi.
Dari postur tubuh wanita itu, Alta tampak tidak asing namun tidak familier juga. Memilih untuk tidak memperdulikannya ia, ia melangkah keluar dari gedung apartment yang sangat besar itu.
"Bu Windi, ini data-data yang sudah siap untuk Ibu bawa ke Bali" ucap resepsionis disana. Tunggu. Siapa yang ia panggil tadi? Windi? Bukan kah itu nama yang selama ini Alta cari? Ibu yang selama ini Alta rindukan? Oh, tidak-tidak. Mungkin itu adalah Windi yang lainnya.
Oke, lupakan Windi dan kita kembali ke Alta yang sudah melajukan motornya.
•••••
Ya, sesuai dugaan, markas peace diamond lebih ramai daripada biasanya. Disana mereka berkumpul bersama, membuat lingkaran, tersenyum bersama, tertawa bersama, dan bernyanyi bersama.
Gibran duduk diantara mereka sambil memainkan gitarnya. Irama merdu mengalun seakan untuk menyambut kedatangan Alta. Paduan suara alakadarnya itu justru menjadi nyaman didengar dan diterima dengan baik oleh setiap indera pendengaran.
Melihat para anggota sekaligus teman-temannya itu tersenyum dan bernyanyi bersama membuat hati Alta teduh dan hangat. Mereka.... Orang yang saling menguatkan satu sama lain, orang yang menebar banyak kasih sayang untuk orang-orang disekitar mereka.
Alta masih memandangi mereka dengan senyuman teduhnya. Sampai satu suara yang mengejutkannya "Woi! Join sini" sahut Revan yang menyadari kedatangan Alta.
Dengan begitu, Alta mengangguk kemudian bergabung bersama yang lainnya. Lagu kembali mengalun indah, senyuman masih terukir di bibir para pemuda itu. Saat-saat yang menyenangkan yang mungkin tidak dapat terulang lagi saat mereka sudah memasuki dunia perkuliahan.
"Rekomendasi lagu buat nembak cewek, dong" ucap Revan secara tiba-tiba membuat semua pasang mata tertuju padanya.
"Mau nembak siapa lo?" Tanya Gibran
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTA
Teen FictionBukan kisah sedih, hanya kisah penuh luka. Secercik kisah Alta dengan perjalanan hidupnya yang rumit. Kejutan dalam hidup yang tak pernah ia harapkan. perginya seseorang di hidupnya dengan jarak waktu yang sangat singkat. Pertemuan tak sengaja ya...