Sepulang sekolah, Alta dengan anggota peace diamond sudah biasa mengunjungi markas terlebih dahulu. Bagi mereka, markas mereka adalah rumah kedua. tempat dimana mereka bisa saling memberi dukungan, memberi semangat, menyalurkan kebahagiaan bersama. Seperti layaknya keluarga.
Tapi, tak jarang juga markas mereka akan kacau dengan suara riuh pertikaian yang terjadi. Apa lagi kalau bukan pertikaian antara Benitez dan peace diamond? Benitez kerap kali menyerang markas mereka di kala penghuni markas itu sedang tidak berada di dalamnya. Hanya untuk membuat ke kacauan.
Hari ini hari Jum'at. Anggota peace diamond sudah berkumpul di markas untuk melakukan kegiatan mereka seperti yang biasa mereka lakukan. Mengajar di panti asuhan Bunda. Tempat dimana mereka dapat menyalurkan kebahagiaan bersama anak-anak panti.
Kini, mereka semua sudah siap berangkat. Beberapa anggota memencar ke panti lainnya. Hanya anggota inti peace diamond beserta Novan dan Aska yang mengunjungi panti asuhan Bunda.
"Bentar, ini Nathan sama Raisa mana?" Tanya Alta yang baru menyadari bahwa kedua sahabatnya itu menghilang. Mereka tak tampak berada di markas hari ini.
"Sibuk pacaran mungkin" jawab Gibran sekenanya.
Alta hanya menggeleng mendengar jawaban sahabatnya itu "Ya udah, kita berangkat sekarang aja" ucap Alta memberi komando.
Perjalanan mereka lancar, tapi, tidak sampai mereka melihat Benitez yang mengarah kepada mereka. Alta hanya bersama anggota inti peace diamond yang berkurang dua orang, anggota yang lainnya sudah menuju panti tempat mereka akan mengajar.
"Itu" ucap Revan yang mengarah pada anggota Benitez.
"Liat dulu mau nya apa" jawab Alta dan Revan hanya mengangguk.
Tapi ada sedikit perbedaan dari anggota Benitez kali ini, mereka tidak menyerang Alta dan mencari ribut terlebih dahulu. Mereka justru memutar arah saat melihat Alta dan sahabat-sahabatnya itu. Suatu hal yang sangat tidak mungkin untuk terjadi kini terjadi.
"Idih tumben" cicit Revan.
Tanpa hambatan lagi, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang cukup besar. Rumah dengan plang bertuliskan "panti asuhan bunda", tujuan mereka.
Sesampainya disana, mereka langsung di sambut dengan suara riuh penuh kebahagiaan dari anak-anak panti. Senyuman mereka yang merekah membuat hati Alta menjadi jauh lebih baik dari semalam. Semalam ia sempat mendapat bentakan lagi, tapi itu semua sudah biasa.
"Hai brodi" sapa Revan pada salah satu anak panti yang sangat dekat dengannya. Semua anak-anak dekat dengannya tapi yang satu sedikit berbeda. Dia mirip seperti Revan saat masih kecil. Gaya nya. Benar-benar seperti Revan. Ganteng, tapi menyebalkan.
"Hai Abang" balas anak laki-laki itu sambil tersenyum lebar hingga tampak barisan gigi putihnya.
"Gimana? Ujian yang Abang kasih? gampang, kan?" Tanya Revan. Ia sempat memberikan beberapa soal-soal untuk anak-anak panti kerjakan. Soal yang tak banyak, hanya sekitar 20 soal saja.
"Apaan, orang aku aja mikirnya sampe rasanya otak aku mau keluar!" Jawab anak laki-laki itu sambil mengerucutkan bibirnya. Sangat lucu.
"Kenapa gak keluar sekalian aja otak nya?"
"ABANG!" Anak laki-laki itu mendengus kesal. Melihatnya, Revan justru tertawa kecil dan mengusap puncak kepala anak itu.
"Bercanda doang" ucap Revan sambil tersenyum senang.
Gibran berjalan ke arah Revan dan anak kecil tadi. Ia berniat untuk mengajak anak itu memulai belajar bersama yang lainnya, sekaligus mengajak Revan untuk membantu Alta mengajar anak-anak panti. "Ayok belajar, biar pinter. Jangan kayak dia, kerjaannya nyontek gue terus" ajak Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTA
Teen FictionBukan kisah sedih, hanya kisah penuh luka. Secercik kisah Alta dengan perjalanan hidupnya yang rumit. Kejutan dalam hidup yang tak pernah ia harapkan. perginya seseorang di hidupnya dengan jarak waktu yang sangat singkat. Pertemuan tak sengaja ya...