9. nikah

18 6 2
                                    

Alta mengerjapkan matanya beberapa kali lalu terbangun dari tidurnya. Jam baru menunjukkan pukul empat pagi, tapi suara bising sudah dapat ia dengar di waktu se-pagi ini. Biasanya juga Bi Ana tidak menyiapkan makanan atau bekerja di jam yang masih se-pagi ini.

Mengurung rasa penasarannya sebentar, Alta bergegas menuju kamar mandinya untuk mandi dan juga wudhu.

Kala ia baru saja melihat dirinya sendiri di kaca kamar mandi, betapa kagetnya ia saat ia melihat banyak luka di sekujur tubuhnya yang sudah mengering dan juga beberapa luka yang tertutup plester.

"Kok, gue luka-luka? Gue kenapa?" Tanyanya.

Tanpa memperdulikan luka-luka yang belum sembuh total itu, Alta tetap mandi seperti biasanya dengan air yang dingin. Luka itu pasti akan terasa sangat perih.

Beberapa saat setelah ia menyelesaikan mandinya, ia langsung berwudhu dan juga melaksanakan sholat subuh seperti yang biasanya ia lakukan.

Di sujud terakhirnya, ia berbisik pada bumi. Ia berbisik pada bumi dan bisikan itu akan terdengar sampai ke langit. Ia berbisik, memohon untuk kehidupan yang lebih damai setelah ini, memohon tak ada lagi luka yang di berikan, memohon tak ada lagi air mata putus asa yang keluar. Dan memohon, semoga apa yang selalu ia semogakan menjadi tersemogakan.

Selesai melaksanakan kewajibannya, Alta berniat untuk mengecek kondisi rumahnya dan tentang suara-suara bising yang ia dengar tadi.

Kakinya ia langkahkan kearah dapur, pusat suara-suara bising itu terdengar.

Setelah sampai di dapur, Alta membelalakkan matanya kaget. Di atas meja makan sudah tersusun dengan sangat rapi makanan-makanan yang tampak sangat lezat. Namun anehnya, tak ada siapapun  yang Alta temui di dapur.

Akhirnya, ia memilih untuk berjalan kearah ruang keluarga.

Disana, ia kembali dikejutkan dengan buah-buahan dan barang-barang yang disusun sedemikian rupa hingga tampak cantik dan menarik. Seperti hantaran pernikahan.

Alta yang masih diam di tempatnya berpijak itu dibuat kaget dengan satu suara yang memanggilnya

"Den Alta" panggil Bi Ana dari arah belakangnya membuat Alta kaget sampai terlonjak.

Alta menoleh kebelakang dan melihat Bi Ana sedang membawa dua kotak yang sudah di hias dengan sangat indah dan di dalam kotak itu berisikan barang-barang mewah. "Bibi, ngagetin aja" ucap Alta

"Den Alta, ngapain disitu? Mending bantuin Bibi nyusun hantaran" jawab Bi Ana.

Dahi Alta mengernyit.

Hantaran? Untuk siapa?

"Buat siapa, Bi?" Tanya Alta

"Buat nikahan Papanya, den Alta" jawab Bi Ana.

Deg

Alta kembali kaget bukan main. Bi Ana baru saja mengatakan hantaran-hantaran cantik itu akan di gunakan untuk pernikahan Papanya? Dengan Risma? Hari ini?

"H-hari ini?"

"Ya iya lah, masa, Den Alta, lupa" jawab Bi Ana

Alta diam, ia masih mencoba mencerna kejutan apalagi yang dunia berikan padanya kali ini. Acara pernikahan Papanya dengan Risma. Hari ini. Dan itu artinya, setelah acara ini, ia akan tinggal bersama Risma dan anak laki-laki dari Risma seperti yang David katakan waktu itu.

Alta kemudian kembali ke dapur, ia berniat untuk mengambil minuman karena rasanya tenggorokannya sangat kering seperti berada ditengah padang pasir.

Di dapur, ia kembali di kejutkan dengan kehadiran Rean yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

ALTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang