"Semoga tuan putri ini bertemu dengan pangeran yang tepat walau itu bukan gue" -Raden Reano Alta
•••••••
Alta mengendarai motornya kearah rumah. Ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti malam, ia harus kembali mempersiapkan diri untuk ujiannya di esok hari.
Sesampainya ia di rumah, ia melihat ada motor yang sangat familier baginya, motor itu, sangat mirip dengan motor yang sekarang ia gunakan. Motor siapa? Pikirnya.
Tak mempedulikan motor itu, Alta melangkah masuk ke rumahnya. Di ruang tamu, ia tak mendapati siapa-siapa. Namun, saat kakinya melangkah kearah ruang keluarga, ia dapat mendengar suara-suara obrolan ringan di malam hari. Ah, itu obrolan dari keluarga bahagia di rumah ini.
"Alta, sini, ngobrol bareng" ajak Risma dengan wajah sumringah.
Rean menatap Alta dengan tatapan mata tak suka.
"Gak usah" sahut Alta kemudian melengos pergi begitu saja.
Ia tak ada niat untuk makan malam, ia hanya ingin segera mandi dan merebahkan dirinya di kasur. Hari ini begitu melelahkan baginya. Teror yang tiba-tiba datang itu memenuhi isi kepalanya.
Ceklek
Baru saja Alta membuka kamarnya, ia dikejutkan dengan sebuah kotak yang dibungkus rapi dengan pita diatasnya. Kotak itu diletakkan diatas ranjang miliknya.
Kotak itu berwarna coklat, dan dengan cepat, Alta meraih kotak itu dan membukanya.
Saat ia melihat isi dari kotak itu, ia hanya dapat mengernyit heran.
"Kalung? Macan?" Gumamnya sendiri. Ya, isi dari kotak itu hanyalah sebuah kalung dengan liontin macan berwarna silver.
Di bawah kalung itu, ada secarik kertas. Tangannya bergerak untuk mengambil kertas itu dan membacanya.
"Coklat, macan. Pas, bukan?"
Tulisan itu seperti mengandung arti yang berhubungan dengan seseorang. Alta yakin, ini adalah teror kebencian.
Tanpa ia sadari, sedari tadi, semua gerak-geriknya tak lepas dari sepasang mata yang terus mengintainya.
Orang itu hanya mengintai sambil tersenyum licik kemudian meninggalkan Alta dengan segala perasaan bingungnya.
Tiba-tiba saja, hatinya tertuju pada seseorang. Tiba-tiba saja, ia merasa rindu dengan orang itu. Tiba-tiba saja, ia merasa sangat khawatir jika ada sesuatu yang terjadi pada orang itu.
"Yang dicinta, yang disayang, yang didekatnya. Akan pergi" kata-kata itu seolah terdengar dengan jelas di telinga Alta.
Karena perasaan khawatirnya, ia segera meraih ponselnya dan mengetikkan pesan untuk orang itu.
Astrella
Alta: lo dimana?
Alta: lo aman?
Alta: jangan lupa kunci jendela kamar loAstrella: gue di ruma
Astrella: aman
Astrella: udah gue kunciAlta: oke, sorry buat masalah tadi siang
Meisya: gak papa.
Read.Alta mengakhiri chatnya dengan Meisya. Suatu pikiran yang seharusnya ia pikirkan tiba-tiba saja muncul.
"Kenapa gue khawatir sama dia?" Ya. Kenapa ia harus khawatir dengan seorang gadis yang bahkan baru ia kenal satu bulan lalu.
"Oh, mungkin karena gue takut dia jadi targetnya Rean."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTA
Teen FictionBukan kisah sedih, hanya kisah penuh luka. Secercik kisah Alta dengan perjalanan hidupnya yang rumit. Kejutan dalam hidup yang tak pernah ia harapkan. perginya seseorang di hidupnya dengan jarak waktu yang sangat singkat. Pertemuan tak sengaja ya...