Dering telfon berbunyi. Kerutan di dahi terus menajam, perasaan terusik dan ingin segera mengakhiri kebisingan yang mengganggu. Yoongi meraba area terdekat berusaha menemukan meraih ponselnya. Gerutuan kecil keluar dari balik emosi yang tersimpan di dalam hatinya.
Siapa yang berani mengganggu tidurku. Gerutu-nya
Dia melihat angka di dalam layar. Waktu menunjukan pukul 6 pagi dan seseorang sudah membuat kegaduhan. Awalnya dia akan mengutuk siapapun itu yang lancang mengusiknya namun saat nama senior Kim tertera di sana, seketika Yoongi menegakkan posisinya dan segera menerima panggilan tersebut.
"Halo Hyung, apa yang terjadi?"
Yoongi-ah! Apa kau sudah berbicara dengan keluargamu?
"Ya! Aku telah membicarakannya. Ini diluar ekspektasi-ku, Hyung. Ibuku begitu bersemangat agar aku pergi dan membuat perhitungan dengan Kim Minhyuk." Yoongi menghela nafas panjang. "Ibu ingin aku membawa Jinny dan meminta ngambilnya sebagai istriku. Dan tentang apa yang telah kami rencanakan, kedua orang tuaku mengijinkan ku untuk tinggal di Mension Kim . . ." Lanjutnya sembari menerawang, mengingat pembicaraan mereka malam sebelumnya.
Itu luar biasa. Tapi Min Yoongi. . . Kurasa kami harus merubah rencana awal. . . . Aku berbicara dengan istriku tentang hal ini. dan dia merasa sedikit keberatan. Jika kau mengijinkan. . . Jika kau percaya padaku, maukah kau pergi dengan pengaturanku, hum?! Aku berjanji ini tidak akan buruk.
Keheningan terjadi, Yoongi berpikir dengan cukup keras.
.
.
.
.
.
Mension KimSeokjin dan Dita datang sesuai undangan yang didapatkan-nya dari kepala keluarga Kim. Meskipun banyak pertanyaan yang mengganjal, mereka segera menyingkirkannya.
Seokjin duduk bersama Kim Jun-myeon dan Changbin di ruangan utama, dengan atmosfer penuh tekanan, tidak ada siapapun yang berusaha untuk mengambil pembicaraan.
Sementara itu dikamar Jinny, Dita dan Lea Kim baru saja menginjakan kakinya kedalam, saat gadis dengan kulit putih pucat, terduduk di atas kursi gantung rotan putih, menerawang jauh dengan pikiran yang sulit untuk ditebak.
"Jinny-ssi apa yang sedang kau pikirkan, hum?!" Tanya Lea menyentuh pundak lemahnya.
Dia sedikit terkejut dengan tangan yang secara tiba-tiba menyentuhnya. Tangan kecilnya maraih tangan lain. Memberikan usapan kecil dan lembut. Senyum tipis yang dipaksakan. "Bukan apa-apa. Aku hanya mendengarkan semilir angin di luar."
"Eoh. . . Angin cukup kencang, suhu sangat dingin. Gunakan pakaian beberapa lapis agar tubuhmu tetap hangat." Kata Lea terus mengamati wajah pucat dihadapannya.
Jinny tidak mengatakan apapun, dia hanya mengangguk pelan.
Lea bertukar pandangan dengan Dita, saat dia akan mengatakan sesuatu yang penting pada mereka.
"Jinny-ssi. Mension Kim akan memiliki tamu, sudah menjadi aturan dalam keluarga Kim untuk menjamu dengan anggota keluarga. Aku dan Dita datang untuk membantumu bersiap-siap."
"Ta-tamu?!"
Lea tersenyum tulus dan berkata. "Un! Kolega juga teman dari suamiku yang akan berkunjung."
Cukup aneh. Mereka tidak mengenal teman dari kepala keluarga Kim namun dengan tulus membawa undangan didepan pintu rumah Seokjin. Dita tidak memiliki ide apapun. Dia hanya akan mengikuti jamuan dengan penuh rasa hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Colour🔞🔞🔞🔞🔞🔞
Fanfictiontidak ada deskripsi. penasaran langsung baca saja ya.