true colours

564 23 0
                                    

"ekhm. . . " Luhan berdeham mengambil perhatian dari semua orang yang ada. "Tuan Kim. . . Tuan Park dan tuan muda Min.   . Hari sudah semakin larut, kami harus segera undur diri." Ujar Luhan dengan sopan.

"Kami juga akan undur diri, tuan Kim.  Dan. . . " Kyuhyun secara sengaja menggantung kan ucapannya sembari menatap Yoongi agar pihak lain memperhatikan masalah tersebut.

Setelah mendengar ucapan Kyuhyun yang tergantung, mulut Jun-myeon terbuka membentuk huruf O. Dan dia menatap Seokjin setelahnya. Seokjin bingung dengan tatapan tersebut, dia tidak tau apa yang harus dilakukan pada pendatang baru itu.

Saat Seokjin memandang ke arah Yoongi tanpa sengaja tatapan mereka saling bertemu, dan Seokjin segera membuang muka dengan salah tingkah.

Dia kembali menatap Jun-myeon dan berkata. "Semua akan sesuai dengan pengaturan mu." Jawabnya pasrah, meskipun didalam lubuk hati Seokjin masih sangat berat untuk menyerahkan adiknya pada pendosa seperti Yoongi.

Jun-myeon puas dengan Jawaban Seokjin. Dia menghela nafas dengan penuh rasa lega, sebelum pada akhirnya dia berkata. "Jinny dan Yoongi telah bersama. Sesuai dengan tradisi di masyarakat, mereka akan berada diatas pijakan yang sama. Jadi . . . ." Jun-myeon menghentikan ucapannya, dia beralih menatap saudara juniornya  yang terlihat sangat gugup. "Yoongi, apa kau keberatan tinggal di Mension Kim untuk beberapa waktu, hum?!" Tanya Jun-myeon kemudian.

"Tidak!" Jawab Yoongi memotong ucapan Jun-myeon dengan cepat, yang membuatnya terkesan telah sangat berharap.

Changbin menatap Yoongi penuh penghinaan, setelah mendengar antusiasme darinya. "Tidak tau malu." Dengus Changbin tidak senang.

Sementara itu Jun-myeon beralih menatap jinny yang terus terdiam. "Bagaimana dengan mu Jin hee?"

Tidak Ada emosi apapun disana. Dia hanya memandang kosong di depan. "Ini bukan kali pertama." Sahut Jinny tanpa memiliki niatan lain.

Seperti di hantam batu besar tepat di dadanya, perkataan Jinny seolah menjadi  pukulan telak bagi kehormatan seorang min Yoongi.

Seokjin tidak lebih baik. Mendengar hal itu muncul dari mulut adiknya, titik terrapuh Kim seokjin seolah terluka. Dan secara alami dia menundukkan kepalanya.

Luhan tidak ingin semakin terjebak dalam atmosfir suram di keluarga Kim. Tanpa membuang kesempatan dia segera mengambil kesempatan itu.

"Suho, aku harus pergi sekarang. Dan jangan lupa mengundangku untuk acara resminya. . ."

"Tentu! Selama kau membawa hadiah cukup murah hati, aku pasti akan mempertimbangkan namamu masuk dalam daftar tamu."sergah Jun myeon  memotong ucapan Luhan

Dahi Luhan berkerut tajam. Jun-myeon benar-benar tidak tau malu. Luhan mendengus dan berkata. "Kau benar-benar seorang tirani. Lupakan! Bahkan jika kau mengundangku dengan tubuhmu, aku tidak akan mempertimbangkan untuk datang." Geram Luhan menghentakkan kakinya dan pergi dari kediaman Kim.

Lea dan Sehun bertukar pandangan mereka.  Diluar dugaan, Luhan akan pernah memuntahkan omong kosong hanya untuk membalas Jun-myeon.

Jun-myeon membeku. Dia tidak tau harus menangis atau tertawa. "Ooh Luhan! Kau benar-benar tau bagaimana caranya melemparkan candaanmu." Teriak Jun-myeon keras agar Luhan yang semakin menjauh dapat mendengar protesnya.

Benar. Luhan berbalik, dia menjulurkan lidahnya pada Jun-myeon namun manik rusanya secara tanpa sengaja menangkap tatapan Lea yang sulit untuk diartikan. Luhan merasa menyesal atas joke yang buruk. Dia ingin menenggelamkan dirinya diantara kotoran-kotoran babi.
.
.
.
.
.
.
.

Semua telah meninggalkan Mension Kim dan menyisakan keluarga inti serta Jinny dan yoongi.

Lea membantu Sandeul membereskan kekacauan malam itu. Dan segera bergabung dengan Jun-myeon setelahnya.

Lea menaiki anak tangga, memasuki ruang kerja dimana suaminya akan berada malam itu. Satu gelas susu hangat berada di tangannya. Lea mengitari meja kerja, meletakkan segelas susu dan berdiri disamping kursi kekuasaan Jun-myeon.

"Sudah larut,kau harus kembali ke tempat tidur." Gumam Jun-myeon mengintip Lea dari sudut matanya sembari terus fokus pada berkas yang ada.

Lea mendaratkan pantatnya diatasi pegangan kursi, dengan lengan melingkari pundak Jun-myeon yang sibuk.

"Tidur nyenyak saat suamiku bercinta dengan berkas-berkas?! Itu tidak adil, tuan Kim." Bisik Lea dengan sensual di dekat telinga sensitif Jun-myeon.

Jun-myeon tidak setuju. Dia menatap istrinya tidak senang. "Bercinta?! Dengan istri sepertimu disampingku hum?! Tolong jangan bercanda, nyonya Kim."

Jun-myeon melempar berkas-berkas keatas meja dengan kasar dan sebagai gantinya dia meraih tubuh langsing ke atas pangkuannya. Jun-myeon meraup bibir Lea dengan rakus dan menuntut.

Lea tertawa terbahak-bahak mendapati suaminya yang begitu bersemangat tanpa perduli dimana mereka tengah berada. "Myeon-ngi. . . . Rapikan kekacauan mu . Aku akan menunggumu di kamar." Kata Lea bersiap meninggalkan Jun-myeon, namun sekali lagi suaminya tidak membiarkan Lea untuk lepas.  Jun-myeon kembali menyerang bibirnya. Meskipun tidak terburu-buru namun secara perlahan intensitas ciuman semakin meningkat. Dimulai dari gigitan lembut. Memberi stimulasi menyenangkan untuknya. Jun-myeon memberi Lea kecupan kecil dileher dan dekat dengan daun telinga Lea. Ciuman yang baik, ciuman yang kuat. Lea membiarkannya dan menikmati momen yang terjadi.

True Colour🔞🔞🔞🔞🔞🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang