10th of the Moon

38 7 0
                                    

Gar menelaah segenap area toko, paras pucatnya nampak siap dan bersiaga. Astaganaga! Baru saja ia sesumbar situasi ruko aman dan terkendali, insiden terjadi di luar kendalinya. Ah, salah. Ia yang salah kendali. Kelalaiannya mengunci pintu depan jadi celah masuknya si maling edan. Yang dimalingi bukan barang berharga padahal. Cuma seperangkat penanak nasi, kompor gas, dan oven kecil manual, yang biasanya diletakkan di atas kompor gas untuk memanggang.

Untung oven gas antik milik neneknya masih utuh, mungkin terlalu besar hingga si maling segan mengambilnya. Laci yang lupa dikunci Gar diacak-acak. Tak ada yang hilang, pastinya, karena memang tak ada yang bisa diambil. Hari ini cuma terjual satu potong roti bagel dan satu Vintage Rosy Cake, dan uang pemasukan tak seberapa sudah dipakai Gar membeli pulsa. Lebih mujur lagi, pencuri yang malas itu tidak menyambangi lantai dua dan cukup puas dengan jarahan tak seberapa di lantai bawah.

Belum sempat Gar beres-beres, kejutan paling tak enak mendatanginya. Tanpa peringatan apa pun, Monas, mantan kakaknya pulang tiba-tiba, tak berbicara dan cemberut di wajahnya nampak mengancam. Gar terperangah dan buru-buru mengarahkan sang kakak galak ke lantai atas.

"Hai, Nya. Nya pasti lelah, kan? Yuk, silakan, istirahat dulu di ruang tamu. Tumben, sempat pulang ke sini. Sekalian mampir atau gimana, Nya?"

"Aku pengennya stop aja, Gar. Gue gak enjoy sama suasana kompetisi. Pas hari ini ada rehat satu hari, jadi gue cabut aja dari tempat karantina. Gondokan gue, nih!"

Gar yang gugup berlagak tolol. "Maksudnya kamu sakit gondok gitu, Nya? Kurang yodium ya, berarti?"

"Semua gara-gara kamu, Gar. Apa-apaan sih ikut kompetisi jelek gitu. Gue paling sebal jadi alien, tahu. Jadi yang lain sendiri, jadi sorotan karena gue beda, bukan karena gue hebat, bukan karena gue istimewa, tapi karena gua aneh, trus gue jadi pusat perhatian, tahu gak kamu! Nelangsa!"

Omelan sang Nyonya Monas terpotong, sekonyong ia melihat keganjilan di ruang tamu lantai dua. Segera terlihat lantai kotor, meja berdebu, koran berserakan, dan singlet serta celana pendek menggandul di sandaran sofa. Hah? Seperti kapal pecah? Baru ditinggal tiga pekan saja sudah hancur begini? Buseeett! Kurang ajar sekali!

"GAAARRRRR! Katamu rumah kita aman terkendali! Buktinya ini apa???"

Siap laksanakan, Nya!

Gar dengan patuh segera kerja bakti. Membersihkan seluruh lantai dua yang sudah dilalaikannya berhari-hari, bahkan berminggu-minggu lamanya. Omelan sang Nyonya mengikuti langkah Gar, karena mantan kakaknya itu mengatur-atur dan mengekor hingga masuk ke dalam kamar mandi, kamar Gar, pokoknya seluruh ruangan di lantai dua, sampai ruang jemuran jadi sorotannya juga.

"Kalo gitu ceritanya, mah, gue hengkang aja deh dari kompetisi. Mengundurkan diri harusnya gak didenda, kan? Mumpung masih belum babak final, mestinya gak papa, ya?" Monas bersungut-sungut, untungnya belum mengetahui toko di lantai bawah kemalingan semalam.

"Sayang lha, Nya, mengundurkan diri setelah tiga minggu. Maap nih, aku kan sibuk, jadi suka alpa bersih-bersih rumah. Kamu jangan ngamuk, dong, ini kan sepele banget."

Tak peduli ocehan Gar, Monas segera curhat, atau tepatnya berkonsultasi dengan seorang juri yang simpatik. Namanya Moses Dewaputra. Kedekatan yang terjalin sepekan terakhir, mulanya dari Monas yang terserang alergi berat, merupakan penyakit lama dan penyebabnya tidak jelas, hingga biduran bermunculan, bahkan bibir dan kelopak matanya membengkak. Untunglah, seorang juri bernama Moses memberinya obat histamin dan sejenis herbal, maka gejala alergi reda seketika. Sejak itu, diam-diam keduanya kerap mengobrol melalui chatting ataupun video call, di luar sesi lomba yang padat.

Intinya, Moses juga menyayangkan bila Monas mengundurkan diri di saat ini. Maka dengan enggan, Monas berjanji akan kembali ke tempat karantina dan meneruskan kompetisi. Gar yang kepo menimbrung, setelah obrolan diputus Monas. "Itu yang namanya Moses itu juri Master Baker? Yang mana, ya?"

Good Night Mama MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang