30th of the Moon

28 8 0
                                    

Adakalanya, kepahitan tak nampak secara lahiriah, mungkin karena kesempurnaan jitu menutupi cacat celanya. Moses Dewaputra, misalnya. Pria ganteng dan kaya selangit yang mengaku introspeksi dan mencari jati diri sejati di Wulandari, rupanya memendam rahasia muram yang ditutupinya rapat-rapat. Monas hanya melihat di permukaan, lelaki kharismatik dan pintar bicara itu tampak santai seakan tak digelayuti problema apa-apa. Nyatanya salah besar.

Bagi Monas, Moses ibarat kakak dan mentor yang ia kagumi. Demikian juga figur nenek, yang selalu menekankan keamanan di dapur toko mereka. Keamanan bukan terbatas dari pencegahan kebakaran saja, tetapi menyangkut kesegaran makanan yang asalnya dari dapur. Seumur-umur, toko kue Wulandari tak pernah diguncang isu food poisoning. Semua kue dan roti selalu fresh kualitasnya, paling lama usia raknya hanya satu setengah hari untuk kue tertentu yang memang dibuat tahan lama karena sifatnya kering.

Namun, untuk perusahaan besar semacam kafe bakery milik Moses, mungkin sulit memastikan kontrol kualitasnya. Ace Victorio adalah merek waralaba roti terkemuka di tanah air, jaringannya tersebar di seantero Indonesia, meliputi berpuluh-puluh gerai besar dan sejumlah outlet kecil di pusat perbelanjaan terkemuka, dan yang terbesar adalah kafe bakery milik Moses yang merupakan "cabang utama". Apalah istilah yang tepat, karena perintisan usaha Moses dan ayahnya bermula dari bangunan yang semula kecil dan terus diperluas itu.

Masalah pelik bukan bersumber dari toko besar itu. Namun, suatu cabang waralaba yang membuat kesalahan fatal. Pada saat bersamaan, seorang influencer negeri ini dan seorang menteri mengalami keracunan setelah menyantap roti di cabang waralaba tersebut. Bukan main-main, karena keduanya punya reputasi ternama yang membetot perhatian masyarakat. Monas jarang sekali membaca berita maupun menonton televisi, maka tak heran berita gempar itu luput dari perhatiannya.

Kak Moses kenapa tak pernah cerita? Rupanya posisinya di perusahaan milik keluarganya terancam, maka ia mencari pelarian di sisi Monas yang dianggapnya teman yang terbaik. Impian Moses menjadi produser layar lebar juga terancam pupus, karena rekan kongsinya mendadak menarik diri dari proyek, sementara dana dan aset pribadi Moses dibekukan atas perintah Ricci Dewaputra, ayah Moses sendiri.

Aku bukan lagi Moses yang dulu. Kira-kira bila dibuatkan lagu cengeng, inti sari hidup Moses dapat dirangkum satu kalimat itu. Namun, di dunia senyatanya, Moses tetap tegar dan profesional, berlagak hidupnya tak kurang suatu apa. Ia tak berpangku tangan, dan kerja kerasnya di Wulandari terbayar gemilang. Di bawah bimbingannya, Monas yang dasarnya memang berbakat semakin matang performanya dan Moses memujinya sudah memiliki kualifikasi menjadi baker dan pastry maker profesional.

"Makasih Kak Moses pujiannya. Dengan ini secara resmi aku umumkan, Kakak bukan lagi magang-ers di Wulandari. Seharusnya Kakak jadi Sous Chef sekarang, dan aku jadi tangan kanan Kakak. Bagaimana?"

"Hah? Tunggu, tunggu dulu, Nas. Maksudmu aku bukan Chef de Cuisine? Kalau ibaratnya Sous Chef itu wakil ketua kelas, Chef de Cuisine adalah Head Chef atau ketua kelasnya. Jadi siapa ketua kelasnya, dong?"

Monas memendam jawabannya. Sebetulnya sosok nenek adalah ketua di dapur Wulandari, karena spiritnya takkan mati selamanya. Tak bakal ada pengganti untuk nenek di Wulandari. Bahkan beratus-ratus Head Chef dari dapur bakery kesohor pun tak mampu menggantikan tempat istimewa itu. Tanpa nenek, tidak akan ada Wulandari yang berintegritas tinggi, pikir Monas.

"Nas, apakah Chef de Cuisine di dapur ini almarhumah nenekmu?" Moses lekat-lekat menilik Monas yang tercenung.

"Bagiku beliau sudah seperti nenek sendiri. Alangkah baiknya bila beliau nenek kandungku. Juga seandainya toko ini berhak dimiliki seorang Monas. Tapi nyatanya aku bukan siapa-siapa di sini, Kak."

Good Night Mama MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang