Gar umumnya bermusuhan dengan kata berulang. Apa saja kata yang dipisahkan dengan tanda hubung adalah musuh, termasuk kata plin-plan, yang meskipun bukan seperti paru-paru atau kura-kura misalnya, masih tersambung oleh garis hubung, membuat Gar kelabakan karena tabiatnya sekenanya menulis apa pun, termasuk tak terkecuali ulangan bahasa Indonesia dan tugas mengarang si guru galak yang lumayan mengenaskan akhir ceritanya.
"Toga Ribu Mukuan. Anda adalah warga negara Indonesia, bukan? Mengapa menulis bahasa nasional yang kita cintai Anda keliru seperti ini? Apa itu tanda pangkat dua di samping kata kura? Kura-kura adalah kura-kura, ditulis kura-tanda setrip-kura, bukan kura2, yang walaupun tujuannya mempersingkat, tetapi menyalahi kaidah bahasa yang baik dan benar. Paham tidak Anda?"
Si guru killer yang pandai berbahasa Indonesia, ya maklum saja profesinya memang pengajar bahasa Indonesia, tak pelak mencela kaidah bahasa Gar yang "indah permai" dengan banyaknya singkatan dan prinsip "semau aku" dalam essay dan karya tulisnya. Kata berulang adalah musuh bebuyutan utama, selain kata "pun", "ke mana", "di mana", "sekalipun", dan kawan-kawan yang membingungkan Gar apakah penulisannya harus dipisah atau digabungkan. Hehehe. Tanpa menyombong, Gar merasa lebih becus mengeja bahasa Inggris dan nilai-nilai rapor untuk bahasa gaul sedunia ini selalu membanggakannya.
Nah, kembali ke kata "plin-plan". Gar melindur suatu malam, membayangkan plin dan plan adalah saudara kembar yang tak sehati. Si Plin maunya ke kiri, si Plan inginnya ke kanan. Gak nyambung dalam istilah anak muda. Akhirnya, kata aneh ini disematkan pada manusia seperti Gar yang pendiriannya gampang goyang. Tak kurang mantan kakaknya pun mencela, berhubung bisnis toko kue, vlogging, dan kursus pastry bakery tidak mulus, Gar merasa punya alasan untuk berpangku tangan.
"Buseeettt! Kamu masih bisa leha-leha, Gar? Kerja, dong, kerja. Jangan plin-plan jadi manusia. Katanya mau maju, mau sukses jadi orang, lha begitu aja kamu dah ciut nyalinya. Cuma segitu aja niatmu, heh?" Si mantan kakak jelas mengomelinya sengit.
"Maap, Nya. Kamu juga plin-plan, tuh. Katanya membuat roti dan kue harus dengan cinta. Buktinya, kursus kue kita rusuh. Maksudnya tiap sesi pelajaran palingan banting-banting adonan aja. Hayo lho?" Gar mempertebal nyali, mempertanyakan materi kursus yang aneh bin ajaib baginya.
"Hah? Apa? Apa kamu bilang? Gue? Gue yang plin-plan? Apa gak salah taroh otak kamu tuh?" Si perempuan menyembur balik.
Omelan klasik, lagi-lagi. Apa gak salah taroh otak kamu tuh? Maksudnya jelas. Otak Gar dituduhkan berada di dengkul, dan bukan di kepala yang semestinya. Artinya ia disangkakan tak memiliki otak, tidak berpikir waras, dan jujur Gar merasa gila oleh perilaku mantan kakaknya yang setengah edan. Ibu-ibu peserta kursus akhirnya satu per satu undur diri, menyisakan si penggosip tante muda yang lucunya cukup terkesan atas kursus pastry bakery asuhan Nyonya Monas.
Diam-diam Gar geli sendiri. Nyonya Monas adalah term of endearment, sejenis "sapaan mesra" untuk mantan kakak "tercintanya" itu. Mulanya, Gar kecil bingung menyapa kakak tirinya saat itu, karena ia kikuk menyapanya Kak atau Mbak. Akhirnya setelah sadar dirinya mirip kacung cilik di mata si kakak baru, Gar membulatkan hati menyapanya Nya atau Nyonya. Kebetulan si perempuan menyebut dirinya Monas. Monalis Saura adalah nama panjangnya.
Perempuan itu lumayan pintar menyanyi, setahu Gar kecil. Ya, memang, talenta tarik suara Monas sudah meyakinkan semenjak di bangku kelas dua sekolah dasar. Gar ingat, mantan kakaknya itu langganan juara antar sekolah dan anggota grup paduan suara yang bersaing sampai di tingkat provinsi dan nasional. Namun, perempuan itu terlebih menyukai roti dan kue Wulandari. Menyanyi itu hobi nomor dua baginya.
Yang ia ceritakan adalah Nyonya Monas yang dulu. Entah kenapa, Monas yang dilihat Gar kini sudah berbeda, seakan ada yang hilang dalam dirinya, atau ada yang sengaja dihilangkan darinya. Kerap Gar mengendap malam-malam, mencoba mengintai wilayah dapur, barangkali si perempuan mantan kakak ada di sana, melampiaskan emosi pada adonan roti atau kue, seperti perbuatan ibu Gar dulu. Nyatanya tidak seperti bayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Night Mama Moon
RomanceSewaktu kecil dipertemukan toko kue harum bernama Wulandari (artinya cahaya bulan terelok), Toga Ribu Mukuan alias Togar berjumpa Monalis Saura yang menjadi saudari tirinya dari pernikahan ayahnya yang kedua. Perempuan yang lebih tua satu setengah t...