.
.
.
.
.
........................................................................"KENAPA BISA HILANG? SAYA SUDAH PERINGATKAN DARI AWAL UNTUK MENJAGANYA BAIK BAIK KAN!" Suara yang cukup keras bersumber dari sebuah ruangan sang Dosen yang kebetulan letaknya berada persis di sebelah laboratorium. Terlihat dari jendela samar seorang wanita berhijab sedang duduk dengan kepala menunduk mengakui kesalahan ya. Amar tidak pernah menyangka, penelitian yang sudah berjalan 4 bulan yang ia kerjakan tanpa mengenal lelah lenyap begitu saja. Penelitiannya sudah hampir selesai, Amar sudah memperoleh senyawa baru yang ia kehendaki namun sayang, Allah kembali menguji Amar. Senyawa murni yang siap untuk dianalisis malah lenyap tanpa jejak, Amar ingat betul bahwa ia menyimpan dengan baik dan rapih di loker pribadinya. Namun selang semalam saja, senyawa yang disimpan dalam sebuah botol vial bening itu hilang. Awalnya Amar sama sekali tidak berani untuk mengatakannya pada Dosen pembimbingnya, namun demi kelancaran pengerjaan tugas akhirnya mau tidak mau Amar harus memberitahukannya. Iya Jelas, amarah dari sang Dosen yang saat ini sedang Amar terima.
...
"Rayhan, kenceng banget suara Ibu Dosen lu" Tanya Hanif kepada Rayhan yang saat ini sedang sibuk dengan penelitiannya
"Iya, tapi saya juga tidak tahu apa yang terjadi" benar, Rayhan memang tidak tahu apa apa. Karena sesampainya Rayhan dan Hanif di laboratorium suasana begitu sangat dingin. Diikuti oleh ruangan Prof Any yang sedikit terbuka sehingga suara dapat keluar dengan mudahnya
"Apa gw Tanya Adel ya?" Sahut Hanif
"Sudah biarkan saja" Jawab Rayhan agar Hanif tidak memikirkan suatu hal yang tidak-tidak
"Wait kenapa adek gw dewean?" Hanif kembali ribut dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya
"Amaranth? Kemana amaranth? Apa jangan-jangan ada yang terjadi antara Prof Any dan Amaranth?" Ucap Rayhan didalam hati, Rayhan mulai kalut, fikirannya mulai kacau, ia mulai gelisah, bahkan tanpa sengaja ia menumpahkan aseton ke meja kerjanya
"Argh" Ujar Rayhan
"Eh Han, pelan-pelan untung itu aseton cepet nguap" Ucap Hanif yang sedikit bingung karena Rayhan bertindak ceroboh, karena ini pertama kalinya Rayhan ceroboh dalam pengerjaan di laboratorium
"Maaf" Rayhan cepat mengambil tisu yang ada didekatnya dan segera mengelap sisa aseton yang masih ada diatas mejanya. Rayhan yang masih sibuk dengan fikirannya tiba-tiba terkejut saat melihat seorang wanita keluar dari ruangan dosennya dengan mata sembab tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari bibir nya.
"Mar, lu gapapa?" Tanya Adel sambil menghampiri Amar yang benar-benar lemas saat ini
"Gapapa, aku pulang duluan ya del. Ada yang aku butuh ketik di laptop" Ucap Amar dengan senyum palsu yang ia tunjukkan. Jelas Amar tidak ingin siapapun khawatir dengan situasinya saat ini, Amar benci dikasihani, Amar juga benci jika seseorang sangat ingin tahu mengenai kehidupan pribadinya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Solution
General Fiction"Jadi amar perkenalkan ini Rayhan mahasiswa magister bimbingan saya, Rayhan ini amar" Amar langsung membelalak kaget, tidak percaya kalau pria yang dari tadi duduk diam dengan postur yang sangat rupawan adalah Rayhan. "Hah? Jadi dari tadi disebelah...