25. Salah saya

77 9 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
........................................................................

"assalamualaikum" Ucap seorang lelaki sambil menahan atas pintu mobil Amar agar tidak dapat ditarik menutup oleh Amar

"Waalaikumussalam" Jawab Salam Amar dengan menunduk melihat adanya sepatu hitam rapih yang tengah dikenakan si lelaki, suara bariton yang khas dengan wangi aroma mint yang menyeruak dari tubuh lelaki itu mengingatkannya pada seseorang yang sepertinya mustahil ada di hadapannya

"Bisa turun sebentar" Ucap lelaki itu

"Tolong lepaskan, saya buru-buru" Jawab Amar tanpa melihat siapa yang berbicara. Inilah kebiasaan buruk Amar dari kecil, saat marahnya mencapai puncak ia tidak akan melihat kepada seorang pun

"Bahasa baku itu milik saya" Ucapnya santai

"Enak saja, memang siapa anda?..." Amar terdiam melihat sosok yang telah lama tidak ia jumpai berada dihadapannya.

"Kita bicara sebentar didalam" Ajak Rayhan dengan nada rendahnya yang benar-benar sudah lama tidak didengar oleh Amar

"Terserah, saya mau pergi" belum sempat Amar memutar kunci mobilnya, Fikri mengambil alih kunci tersebut dari sebelah kiri hingga memaksa Amar akhirnya turun Dan mengikuti perintah Rayhan

...

Kedua keluarga kini telah berkumpul dalam satu ruangan, Rayhan dengan papa nya sedangkan Amar dengan Ayah, Ibu, dan adiknya. Suasana yang bisa dibilang tidak begitu canggung namun juga tidak begitu hangat, suasana hangat diciptakan oleh Ayah Amar karena pembahasan sebenarnya dari pertemuan mereka adalah mengenai pesantren sedangkan suasana canggung diciptakan sendiri oleh kedua insan yang sudah lama tak berjumpa. Rayhan yang kini duduk dengan tegap hanya bisa memandang Amar yang sedang menunduk, terlihat Jelas bahwa wanitanya ini terluka.

"Baik, jadi sudah selesai mengenai sistem donatur pesantren bukan?" Ucap seorang lelaki paruh baya berpenampilan rapih

"Iya Pak, silahkan Bapak tanda-tangani dokumen ini dan untuk selanjutnya Bendahara kami yang akan menghubungi Bapak" Ucap fikri mewakili ayahnya. Ayah Fikri dan Amar memang pimpinan pesantren, namun jika menyangkut masalah administrasi semua akan diatur oleh Fikri

"Saya ucapkan terimakasih, semoga ini dapat menjadi ladang pahala untuk Bapak" Ucap Ayah Amar dengan senyum merekahnya yang khas dengan menjulurkan tangan kanannya

"Aamiin, Saya juga berterimakasih karena sudah diberi kesempatan" Jawab papa Rayhan sambil menjabat tangan Ayah Amar

"Alhamdulillah"

"Jadi kita bisa lanjut ke pembahasan selanjutnya bukan?" Sebuah kalimat yang mampu membuat Amar memutar bola matanya malas, "kenapa harus berlanjut, aku bener-bener males bahas ginian" Ujarnya dalam hati

"Baik, jadi sebelumnya perkenalkan ini anak tunggal kesayangan saya Rayhan Jenderal Al Farabi" Papa Rayhan mengenalkannya pada Anggota keluarga Amar

My SolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang