⌗ Kembali seperti semula

136 30 1
                                    

Kaesang mencari keberadaan Casandra, di dalam rumah sama sekali tidak terlihat batang hidungnya, ia menuju balkon kamar Casandra namun juga tidak ada, dan pada saat ia melihat ke bawah, di temukanlah sosok Casandra yang sedang berdiri di pekarangan rumahnya.

Kaesang dengan cepat berlari dengan senyum yang senantiasa terlukis di wajahnya. Saat tiba di belakang Casandra, dirinya langsung memeluk erat tubuh Casandra dari belakang, Casandra kaget namun ia biarkan saja.

"Saya mencintaimu." ucap Kaesang sembari meletakan dagunya di bahu Casandra.

"Saya tidak menginginkan jawaban apapun darimu, kamu cukup tahu saja jika saya mencintai kamu." imbuhnya.

Casandra diam membisu, Kaesang selalu berhasil membungkam mulutnya, dia ingin mengatakan sesuatu namun takut jika itu akan melukai hati Kaesang, ini terjadi bukan sekali dua kali, pada akhirnya Casandra harus menelan kembali kata kata yang tidak tersampaikan itu.

"Lihat Casandra, sang surya mulai memunculkan cahayanya." ucap Kaesang sembari menunjuk ke arah timur.

Casandra hanya mengangguk kecil, matanya memandang kearah cahaya sang surya, sedangkan Kaesang? matanya hanya memandangi wajah Casandra dari samping. Casandra dari mana saja tetap terlihat cantik. memang dasarnya Casandra itu bukan manusia, namun bidadari.

Diam diam Casandra tersenyum, tangannya masuk ke dalam kantong Hoodienya dan mengambil sebuah pistol. Casandra mengarahkannya ke depan dan saat tembakan pertama, tembakkan itu mengenai sebuah pohon.

"Bisa tuan melakukannya?" tanya Casandra, Kaesang menggeleng perlahan.

Kaesang jelas terkejut! Kaesang ingin mengawali paginya dengan adegan romantis, pagi dengan suara kicauan burung, bukan dengan suara tembakkan pistol yang mengerikan. Casandra memang tidak bisa memahami situasi saat ini, Casandra anti romantis romantissan.

"Casandra,bisa kamu lepas benda di tanganmu itu? itu sangat mengganggu saya." kesal Kaesang.

"Kenapa? tuan tidak ingin belajar menggunakan pistol? atau tuan takut melihat benda ini? cemen sekali. Cobalah sekali saja untuk menembakkan peluru ke suatu benda."

"Bukan takut! saya tidak suka saja benda itu telah mengeluarkan suaranya di pagi yang cerah seperti, kamu tahu jika ada yang mendengarnya satu rumah akan ribut."

"Saya punya ide! bagaimana jika kita jalan jalan? daripada memainkan benda seperti itu, mengerikan." usul Kaesang.

"Jika terjadi hal seperti semalam bagaimana?" tanya Casandra.

"Tidak akan, percaya sama saya."

Keduanya pun segera keluar dari rumah itu, berjalan jalan seperti orang normal pada umumnya.

Di dekat komplek perumahan Kaesang terdapat sebuah taman dan di situlah mereka sekarang. Berjalan beriringan, membicarakan hal random yang mampu membuat mereka tertawa.

Tanam itu sepi, hanya ada beberapa orang saja yang berada di sana, mungkin akan banyak orang jika sudah menjelang siang atau sore. Tapi suasana seperti inilah yang di inginkan Casandra, terlihat begitu tenang.

"Kamu bawa ikat rambut?" tanya Kaesang tiba tiba, Casandra pun mengangguk sembari mengeluarkan ikat rambutnya.

Kaesang mengambil ikat rambut itu dan mengikatnya, sudah dua kali Kaesang melakukan hal seperti ini. Sebenernya tidak masalah jika rambut Casandra di gerai itu tidak mengurangi kecantikan di wajahnya sedikitpun.

Desember || Jaeminjeong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang