⌗ Sisi lain Kaesang

229 47 4
                                    

Jakarta Selatan, 7 Januari 2020

Pagi ini Casandra terbangun dari tidurnya, jam menunjukan pukul 07.30 Casandra membulatkan matanya dan setelah itu tersadar bahwa ini bukanlah kamar miliknya.

Saat Casandra kebingungan dan panik terdengar suara pintu dibuka dan menampakkan tubuh seorang Kaesang yang membawa makanan dan minuman untuknya, mungkin?

"Apa yang telah terjadi semalam?" tanya Casandra saat Kaesang berada di tempat tidurnya.

"Kamu menyusahkan saya." jawab Kaesang

"Casandra, bagaimana kamu bisa tidur sepulas itu? saya sudah membangunkan kamu, tapi kamu tak ingin membuka matamu."

"Ini adalah kedua kalinya kamu tertidur pada pundak saya dan kamu sama sekali tidak merasa terganggu, apa pundak saya senyaman itu?"

Casandra terdiam, ia sedang berpikir. Kapan dia tertidur pada pundak Kaesang? dia tidak ingat sama sekali akan hal itu.

"Dua kali? bukankah hanya satu kali? pada saat itu kita sedang menikmati malam tahun baru, benarkan?" tanya Casandra memastikan.

Kaesang mendekati Casandra meletakan nampan yang ia bawa ke meja dekat dengan tempat tidur Casandra.

Kaesang duduk tepat di samping Casandra kemudian mengusap lembut rambut Casandra tak lupa juga matanya yang senantiasa menatap mata Casandra dan senyum yang terukir pada wajahnya.

"Apa kamu ingin tahu apa yang terjadi tadi malam?" tanya Kaesang yang dibalas anggukan antusias dari Casandra.

"Semalam saya melihatmu tertidur di mobil, saya tidak ingin kamu terluka saat mobil berhenti secara dadakan, maka dari itu saya mendekati kamu dan meletakkan kepala kamu pada pundak saya." ucap Kaesang.

"Lalu? kenapa saya bisa berada di sini?" tanya Casandra.

"Kamu benar benar tidak ingat apa yang terjadi semalam, Casandra?" Kaesang bertanya balik, Casandra pun menggeleng.

"Semalam saat kita sudah sampai di depan rumah kamu, kamu masih tertidur dengan pulas, saya sudah mencoba untuk membangunkan kamu tetapi kamu enggan untuk bangun, malahan kamu memeluk tubuh saya seakan tidak ingin menjauh dari saya."

"Sebenarnya saya bisa untuk menggendong kamu tapi entah kenapa saya tidak ingin melakukannya, dan jika kamu bertanya 'Kenapa tidak menyuruh orang lain saja?' jujur saja saya tidak ingin kamu di pegang oleh pria lain, walaupun ini hanya sekedar menggendong saja."

"Saya sempat terpikirkan untuk menghubungi ayahmu tapi disisi lain saya rasa kamu tidak ingin jauh dari saya makanya saya bawa kamu kesini dan menghubungi ayahmu jika kamu berada di rumah saya." jelas Kaesang.

"Sekarang katakan! kamu bermimpi apa sampai sampai memeluk saya dan enggan untuk bangun?" tanya Kaesang.

"Saya tidak bermimpi apapun." jawab Casandra singkat.

"Yasudah, itu sarapan untukmu, cepat makan dan bersiap siap, pakai pakaian yang sudah pelayan siapkan di lemari."

"Saya mohon jangan terlalu lama!" ucap Kaesang meninggalkan Casandra.

Casandra segera memakan makanannya kemudian membersihkan diri dan bersiap, tidak lupa juga mulutnya yang terus menerus menyinyiri Kaesang.

Setelah selesai bersiap siap, Casandra pergi menghampiri Kaesang. Casandra melihat Kaesang duduk di atas sofa sembari memetik senar senar gitar yang membentuk alunan melodi.

Casandra menghentikan langkahnya bersembunyi dibalik dinding pembatas antara ruang tamu dan ruang makan. Perlahan lahan petikan gitar itu mulai terdengar tidak asing bagi Casandra.

Desember || Jaeminjeong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang