⌗ Bingung

116 29 0
                                    

Jakarta Selatan, 27 November 2020

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tidak ada perubahan apapun dari hubungan Kaesang dan juga Casandra, mereka hanya sebatas teman biasa.

Namun yang pasti semakin hari mereka akan semakin dekat, ya selayaknya orang yang berpacaran. Sebenarnya Kaesang sudah sangat lelah dengan Casandra yang tidak kunjung membalas perasaannya namun dia tidak akan menyerah. Seperti apa yang pernah ia katakan, jika ia akan terus menunggu Casandra sampai kapanpun.

“Tidak ada niatan untuk merubah status kita Casandra?” tanya Kaesang dan dijawab gelengan oleh Casandra.

“Tuan capek kan nunggu saya yang tak kunjung membalas perasaan tuan? berhenti mengharapkan saya tuan, saya tidak ingin menyakiti tuan lebih dalam lagi, saya takut jika saya tidak bisa membalas perasaan tuan.”

“Casandra dengan kamu menyuruh saya berhenti mengharapkan kamu, itu lebih menyakiti hati saya, saya sudah pernah bilang bukan jika saya akan terus menunggu kamu? dan itu akan saya lakukan.”

“Jika kamu bertanya 'apakah saya lelah?' jawabannya IYA. Saya lelah Casandra, tapi rasa lelah itu tidak membuat saya menyerah untuk mendapatkanmu. Saya akan terus menunggu hingga kamu bilang kepada dunia bahwasannya kamu milik saya.” ucap Kaesang

“Jika saya tidak bisa bagaimana?”

Pertanyaan Casandra baru saja sukses membuat goresan pada hati Kaesang, namun Kaesang tidak menanggapinya dengan amarah, dia hanya bisa tersenyum manis dan menatap Casandra dalam dalam.

“Saya akan menunggu, saya akan terus menunggu. Casandra saya maunya cuma kamu.”

“Disana banyak wanita yang lebih baik dari pada saya, kenapa tidak mencoba untuk mencintai mereka?”

Kaesang tersenyum miring matanya yang semula menatap Casandra dengan pandangan yang teduh kini berbah menjadi pandangan yang sendu, Casandra tercekat, apakah dia salah berbicara?

“Kamu risih ya sama saya?”

Deg! Casandra semakin dibuat bersalah, Casandra sama sekali tidak risih atas perasaan Kaesang kepadanya, dia hanya ingin memberi tau bahwa di luar sana banyak wanita yang menginginkan Kaesang lebih darinya.

Casandra tidak bisa menahan Kaesang untuk terus menunggunya untuk perasaannya yang belum pasti akan berlabuh pada Kaesang, Casandra takut Kaesang nanti akan terluka, itu saja.

Tetapi dengan perginya Kaesang untuk mencari wanita lain yang lebih sempurna darinya, itu juga membuat dirinya sendiri sakit.

Casandra bingung pada perasaannya sendiri, jujur saja ia mulai nyaman dengan Kaesang, dia selalu merasa bahagia jika berada di dekat Kaesang, ia sadar bahwa ia nyaman dengan Kaesang, namun ia tidak tahu apakah dia mencintai Kaesang atau tidak.

Karena pada dasarnya rasa nyaman dan juga cinta itu berbeda jauh. Nyaman itu bisa ke siapa saja sedangkan cinta itu hanya bisa pada satu orang.

Ucapan Widia beberapa bulan lalu benar benar terjadi padanya, Casandra pernah berpikir bahwa ia mencintai Kaesang, namun ia bimbang apakah dia benar mencintai Kaesang atau itu hanya sebatas pemikiran saja.

“Ah tuan salah tangkap dengan ucapan saya.” ucap Casandra setelah hujaman semua pemikiran yang ada di kepalanya, Kaesang mengangkat satu alisnya tidak paham apa yang di maksud Casandra.

“Intinya saya tidak pernah risih atas perasaan tuan Kaesang kepada saya, saya malah suka, ehh maksudnya anu... gatau lah!” Casandra gelagapan sendiri dengan ucapan.

Kaesang terkekeh mendengar jawaban dari Casandra. “Kamu bingung dengan perasaanmu sendiri kan? temui tante Widia, minta pendapat padanya, jangan gegabah dalam mengambil suatu keputusan agar tidak merugikan dirimu sendiri.” ucap Kaesang.

Desember || Jaeminjeong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang