⌗ Luka Jeffrey

142 32 2
                                    

Tiba tiba saja Casandra menanyakan hal itu, Jeffrey yang mendengar pertanyaan dari Casandra membeku seketika. Jeffrey mengetahui sesuatu.

“Gak akan, lagian siapa yang mau sama ayah? dia kan udah tua.” ucap Exxel.

“Lagi pula apa salahnya jika Jordan menikah lagi? suatu hari nanti kamu dan Exxel akan di sibukkan dengan urusan kalian sendiri. Dan di saat seperti itu kalian pasti sangat kesulitan untuk merawatnya atau bahkan menemaninya. Tidak ada salahnya jika Jordan mencari pengganti mamamu.” ucap Jeffrey mencoba memberi pengertian.

“Ya pokoknya aku gak mau punya mama baru, apapun alasannya aku gak akan bisa terima.” ucap Casandra sukses membungkam semua orang yang berada di situ.

Dan tanpa ada yang menyadari Jordan sedari tadi mendengarkan pembicaraan itu di balik dinding kamar Kaesang, hatinya menjadi resah, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan jika sudah seperti ini.

“Emm Kaesang kamu kapan mau bekerja lagi?” tanya Jeffrey mengalihkan pembicaraan.

“Disamain sama Exxel boleh gak yah? masih males akunya.” pinta Kaesang dan diangguki oleh Jeffrey.

“Udah malem nih, gak mau turu apa? you know turu? yes, turu is bobo.” ucap Exxel sembari meninggalkan kamar Kaesang.

“Casandra kamu tidur di kamar kamu saja, saya tidak apa apa sendirian disini.” ucap Kaesang, Casandra pun menurut dan meninggalkan Kaesang, begitu juga Jeffrey.

Malam ini cukup melelahkan bagi keluarga Garmata dan Diwangsa, kini waktunya mereka beristirahat untuk melepas lelah yang ada pada tubuh dan pikiran, mereka terjun ke alam mimpi masing masing.

Jakarta Selatan, 3 Februari 2020

Pagi pagi sekali sebelum sang mentari menampakkan cahaya, Casandra dan Kaesang sudah bertemu kembali. Jujur saja keduanya sulit untuk tertidur malam tadi, mereka hanya dapat tertidur beberapa menit namun setelah itu terbangun lagi.

Meski seperti itu, lihatlah kedua sama sekali tidak merasa lelah sedikit pun, apalagi Kaesang. Dengan luka berada di kepalanya ia seperti tidak merasakan apapun, seperti tidak ada luka yang sedang menyerang kepala, dia benar benar bersikap seperti tidak terjadi apa apa.

Karena Casandra tidak memiliki kegiatan untuk di lakukan, saat ini dia hanya mengekor kemana pun Kaesang pergi. Begitu juga Kaesang, dia tidak mempunyai kegiatan untuk di kerjakan, dan untuk menghilangkan rasa bosannya dia mengelilingi rumahnya yang luasnya luar biasa.

kini keduanya berhenti di depan pintu kamar Jeffrey, pintu kamar itu terbuka namun tidak sepenuhnya. Dari pintu itu dapat Kaesang lihat ayahnya yang mengambil sebuah buku kemudian duduk di sebuah sofa dan memeluk buku itu dengan erat. Pandangannya mengarah ke depan dengan tatapan kosong.

Jeffrey mulai berbicara pelan, namun dapat di dengar jelas oleh Kaesang namun Casandra hanya dapat mendengarnya dengan samar samar.

“Aluna Radhania Garmata.” ucap Jeffrey sembari mengusap usap sampul buku itu.

Kaesang mengerti, buku yang belum pernah ia lihat itu adalah buku milik ibunya atau buku yang isinya tentang ibunya, Jeffrey sengaja menyembunyikannya dari Kaesang. Tapi kenapa? kenapa harus di sembunyikan.

Jeffrey mulai membuka buku itu halaman demi halaman dia lewati, tawa yang menyimpan banyak luka mulai terdengar, bibir Jeffrey selalu tersenyum, namun matanya berair menandakan betapa rapuhnya seorang Jeffrey.

“Jeffrey Garmata, laki laki yang selama ini aku kagumi dalam diam, dia bukan laki laki spesial, bukan juga laki laki yang populer dan juga keren, malah kata orang orang Jeffrey itu orang yang cupu.” ucap Jeffrey membaca paragraf di buku itu dengan suara yang gemetar.

Desember || Jaeminjeong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang