⌗ Last Day

212 30 3
                                    

Jakarta Selatan, 5 Desember 2020

Kini Casandra tengah duduk di balkon, menyeduh kopi ditemani langit malam. Dirinya kini sedang memikirkan kejadian beberapa bulan lalu, dimana saat itu Kaesang berada dihadapannya dan mengatakan bahwasannya Kaesang mencintainya.

Tanpa sadar dirinya terkekeh kecil membayangkan hal manis yang pernah Kaesang lakukan untuk dirinya, sebelum dia kembali ke kenyataan dan memukul kepalanya sendiri.

“Hey Casandra sadarlah, apa yang sedang kau pikirkan?! ini tidak benar!” Casandra terus memukul kepala agar tidak teringat akan Kaesang.

Sejak bulan February sampai saat ini Kaesang terus berputar dalam pikirannya, ia sama sekali tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi, dan bagaimana cara menghentikannya pun dia tidak tahu.

“Tuan Kaesang keluarlah dari pikiran saya.” ucap Casandra pada dirinya sendiri.

Dan pada saat itu lah tiba tiba terlintas kembali dipikirannya, bahwasannya dia telah mencintai Kaesang, Casandra telah jatuh hati pada tuannya.

“Argh bagaimana ini bisa terjadi? tidak Casandra, kamu tidak boleh mencintai tuan Kaesang. Kamu ditugaskan untuk menjaganya, tidak lebih dari itu. Bagaimana cara menghentikan semua ini?!” Casandra menggelengkan kepala dengan kuat, memukul kepalanya dengan keras berharap agar Kaesang keluar dari pikirannya

“Argh! kenapa tidak bisa! bagaimana cara agar saya bisa melupakannya.” Kesal Casandra sembari menggebrak meja dengan keras.

“Mati.” Suara Jordan terdengar mendekat ke arah Casandra. “Cara satu satunya agar kamu bisa melupakan Kaesang adalah Mati.” ucap Jordan duduk di samping Casandra sembari menyeduh kopi yang ia bawa.

Casandra terdiam sejenak, Apakah sedari tadi ayahnya mendengar ucapannya? ini benar benar memalukan bagi seorang Casandra yang selama ini tidak pernah yang namanya bermain dengan api asmara.

Tapi tunggu sebentar, apa kata Jordan tadi? MATI?! haruskah dengan cara itu agar bisa melupakan Kaesang? Hey yang benar saja! pasti ada cara lain agar bisa melupakan Kaesang.

“Siapkah kamu mati untuk seorang Kaesang?” tanya Jordan membuat Casandra diam seribu bahasa.

Jordan terkekeh kecil, mengambil rokok lalu menyalakannya, menghisapnya lalu menghembuskannya hingga mengenai wajah Casandra, matanya masih tertuju pada sang anak yang sedang dilanda api asmara itu.

“Aku tidak sudi mati untuknya.” ucap Casandra yang di tertawai keras oleh Jordan.

“Kalau begitu biarkan para pembunuh bayaran itu menghabisi Kaesang dan kamu akan kehilangannya.”

Deg! tiba tiba saja hati Casandra terasa sesak, kalimat yang ayahnya katakan itu...

Kehilangan? apakah dia siap untuk kehilangan Kaesang? Apakah dia siap untuk di tinggalkan oleh Kaesang? Apa yang dikatakan ayahnya tadi sukses membuatnya lemah. Seharusnya Casandra tidak memikirkan perkataan ayahnya itu, karena Jordan sendiri hanya asal jeplak.

Jordan terkekeh “Casandra Diwangsa, anak dari Jordan Diwangsa, telah menyerahkan dirinya untuk menjadi pengawal seorang Kaesang Garmata yang notabenya adalah.. anak tunggal dari CEO ternama bernama Jeffrey Garmata.”

“Casandra, disini hanya ada dua pilihan, kamu tetep bersama Kaesang atau kamu pergi meninggalkannya.”

“Jika kamu tetap bersama Kaesang kemungkinan besar kamu akan terluka bahkan bisa sampai kehilangan nyawa kamu, tapi jika kamu memilih meninggalkan Kaesang kemungkinan besar Kaesang akan tiada dari dunia ini. Coba pikirkan baik baik akan hal ini.”

Kini Jordan telah membuat Casandra seperti orang bisu, Casandra bungkam. Jika saja Casandra tidak mencintai Kaesang, pasti saat ini dia bisa dengan mudahnya menjawab semua pertanyaan yang diberikan Jordan.

Desember || Jaeminjeong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang