⌗ Curhat

431 62 0
                                    

Jakarta Selatan, 31 Desember 2019

Pagi ini Casandra sedang sarapan bersama Jordan, hanya berdua saja karena memang tidak ada siapa siapa lagi di rumah itu. Saat sedang asik menikmati sarapan tiba tiba ponsel Casandra berbunyi.

Casandra mengambil ponselnya melihat siapa yang baru saja mengganggu acara sarapan paginya.

Casandra mendecak kesal lalu memegang kepalanya membuat Jordan kebingungan.

Apa yang terjadi? siapa yang mengirimkan pesan itu sehingga membuat Casandra kesal.

mungkin kah itu...

"Siapa itu?" tanya Jordan.

"Tuan Kaesang, dia menyuruhku untuk menemuinya sekarang juga." jawab Casandra dengan malas.

"Lalu apa yang kamu lakukan sekarang? ayo bangkit dan temui dia!" tegas Jordan.

Jordan tau anaknya ini sangat rajin, dia selalu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Tapi apa yang dilakukan Casandra kali ini benar benar berbeda, Casandra malah terlihat seperti tidak bersemangat sedikitpun.

"Ada apa?" tanya Jordan dengan tatapan mengintrogasi.

"Aku sangat malas dengannya, dia terlalu banyak bertanya kepadaku." ucap Casandra dengan wajah yang senantiasa tertekuk.

"Itu wajar, bukankah hal seperti itu hal biasa Casandra? kamu juga sudah terbiasa bukan?" ucap Jordan.

Jordan menghampiri Casandra, mengelus elus kepala Sang putri dan memberikan satu kecupan di pucuk kepalanya.

"Jalan kan tugasmu. Saat ini Kaesang adalah tangung jawabmu."

Setelah mengatakan itu Jordan pergi meninggalkan Casandra yang masih terdiam mendengar perkataannya tadi.

Benar, yang di bicarakan Jordan memang benar. Casandra kini mempunyai tanggung jawab terhadap Kaesang. Sejengkel apapun Casandra dengan Kaesang dia harus tetep profesional dalam berkerja.

Casandra segera beranjak dari duduknya, bersiap siap untuk pergi menghampiri Kaesang untuk melaksanakan tugasnya, ah semoga saja Kaesang tidak membuat Casandra kesal lagi.

Kini Casandra sudah sampai di depan pekarangan rumah milik keluarga Garmata. Banyak sekali penjaga di rumah itu, Jeffrey benar benar menjaga ketat seorang Kaesang.

Casandra di persilahkan masuk ke dalam rumah itu, kata para penjaga tuan Kaesang telah menunggunya di ruang tamu.

"Permisi tuan." ucap Casandra ketika ia melihat perawakan Kaesang yang tengah terduduk sembari membaca sebuah buku.

"Duduk." ucap Kaesang tanpa melihat ke arah Casandra.

Lihat bahkan mata itu tak bergerak melirik Casandra sekalipun, mata itu hanya berfokus pada buku yang ada di tangannya.

Kesal. Casandra sekarang ini sangat kesal, apa dia di panggil kemari hanya untuk melihat Kaesang membaca buku saja? ah jika memang seperti itu lebih baik dia menonton tv di rumah bersama ayahnya.

Kaesang memang sangat menjengkelkan, kemarin selalu bertanya dan berbicara tanpa henti sekarang lihat yang dia lakukan! mendiamkan Casandra dan menganggap seolah tidak ada siapa siapa di ruangan itu. Sungguh belum ada satu minggu mereka bertemu tapi Casandra sudah dibuat sekesal ini.

"Casandra saya ingin menghabiskan hari ini dengan berjalan jalan." ucap Kaesang sembari meletakan bukunya.

"Saya akan menemanimu tuan." ucap Casandra.

"Harus, jika kamu tidak menemani saya artinya kamu memakan gaji buta."

Casandra terdiam, bukan jawaban ini yang terpikirkan di otak Casandra. Ia tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu, argh jika saja ini bukan rumah keluarga atasannya pasti dia sudah akan mengacak acak seluruh isinya.

"Tuan ingin menghabiskan waktu dimana?" tanya Casandra menahan nahan amarah yang hampir memuncak itu.

Kaesang menggelengkan kepalanya, "Saya tidak tahu Casandra."

Baik, Kaesang ini memang pantas untuk di amuk masa, bisa bisanya dia yang ingin menghabiskan waktu dengan jalan jalan tapi tidak tahu tempat yang akan dituju.

"Saya tidak tahu Casandra, saya jarang bisa keluar rumah dan berjalan jalan. Makanya saya memanggil kamu, bawa saya ketempat yang bagus untuk menghabiskan hari ini." ucap Kaesang.

Casandra terdiam, Casandra sendiri tidak tahu harus kemana. Dia sama saja dengan Kaesang, ia tidak pernah berjalan jalan, selama ini waktunya dia habiskan untuk latihan dan menjaga seseorang ke sebuah acara.

"Hey Casandra, kenapa kamu diam saja?" tanya Kaesang yang membuat Casandra tersadar dari lamunannya.

"Tuan maaf, saya juga tidak tahu tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu, saya sendiri lebih suka latihan." jawab Casandra.

"Casandra? haha bukankah kamu bilang kamu tidak seperti saya, kamu bebas kemana saja, tapi kenapa kamu tidak pernah berjalan jalan dan memanfaatkan itu semua? kamu aneh."

"Tidak, saya tidak aneh tuan. Setiap orang mempunyai kesukaannya sendiri sendiri, jika orang lain lebih suka menghabiskan hari dengan berjalan jalan, saya lebih suka untuk melatih kecekatan saya untuk menembak lawan."

"Lalu apa yang kamu lakukan saat tahun baru datang?" tanya Kaesang.

"Tidak melakukan apa apa, hanya melihat kembang api saat detik pertama tahun berganti, lagipula ayah selalu melarang saya untuk keluar pada saat malam tahun baru." jawab Casandra.

"Saya tahu, tuan ingin menikmati malam tahun baru seperti orang orang pada umumnya, tapi nyawa tuan lebih penting dari merayakan malam tahun baru di luar sana." lanjut Casandra.

"Saya tahu akan hal itu Casandra, satu hal yang saya sesali adalah terlahir sebagai penerus keluarga Garmata, saya ingin bebas tanpa ada rasa waspada sedikit pun dengan orang orang yang ada di sekitar saya." ucap Kaesang membuat Casandra diam seribu bahasa.

Casandra tau apa yang dirasakan Kaesang, jujur saja dia juga menginginkan hal yang sama, tetapi keadaan sangat tidak mendukung, serapat apapun identitasnya tertutupi pasti masih ada rasa takut yang terus mengikuti langkahnya.

"Kenapa kamu terdiam? kamu juga menyesal terlahir sebagai keturunan dari keluarga Diwangsa?" tanya Kaesang dengan senyum miringnya.

Pertanyaan yang dilontarkan dan juga ekspresi wajah Kaesang saat ini benar benar membuat emosi Casandra meledak tetapi Casandra masih bisa menahannya entah sampai kapan itu.

Casandra tidak bisa bersabar terus dalam menghadapi sifat Kaesang, jangan lupakan fakta bahwa Casandra juga manusia biasa yang mempunyai batas kesabaran.

Casandra meredam semua emosinya dan menjawab pertanyaan Kaesang dengan harapan Kaesang tidak akan menanyakan hal hal yang tidak penting.

"Tuan, menyesal pun tidak akan merubah takdir kita, dan saya juga tidak pernah menyesal di lahirkan sebagai keturunan keluarga Diwangsa. Jika saja mama saya tidak bertemu dengan ayah saya kemungkinan besar saya tidak akan terlahir ke dunia ini." jawab Casandra, kini terbalik jika tadi Casandra yang terdiam sekarang giliran Kaesang yang terdiam.

Benar, apa yang di katakan Casandra adalah benar, tidak bisa di pungkiri jika saja ayahnya dan mamanya tidak bertemu maka dia tidak akan terlahir ke dunia ini, Casandra adalah hasil dari kasih sayang yang ada pada diri orang tuanya.

Dan juga untuk penyesalan, sebenarnya tidak ada yang perlu disesali, ini semua sudah menjadi takdir, Tuhan tau apa yang terbaik untuk umatnya. Kita sebagai umatnya harus bersyukur atas apa yang telah ia berikan kepada kita.

Kaesang menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya dengan kasar, setelah itu menyadarkan punggungnya pada sofa yang ia duduki sembari memejamkan matanya.

"Saya hanya ingin merasakan indahnya malam tahun baru, selama ini saya hanya bisa mendengar suara kembang api dari dalam kamar, saya terlalu takut untuk keluar melihat pancaran cahaya warna warni dari kembang api tersebut." ucap Kaesang dengan lirih.

Desember || Jaeminjeong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang