little indigo

30 3 2
                                    

Rafael baru saja ingin memarkirkan mobilnya. Dahi nya mengkerut saat sebuah mobil datang di halaman rumahnya, setelah terdiam sesaat ternyata itu Audrey dengan supir nya.

"Mau berangkat kerja?" Audrey menghampiri Rafael yang sedang memasukan tas miliknya ke dalam mobil.

"Iya, Rapka kalah tender lagi?" Rafael memulai topik pembicaraan, dan hanya di jawab anggukan oleh Audrey.

"Naira libur ga? Aku mau ajak dia main."

"Naira sekolah." Ujar Rafael sembari mengecek jam tangannya.

"Oh gitu, yaudah deh lain kali aja."

Lalu terdengar suara cempreng dari dalam, Rafael dan Audrey terkekeh saat mendengar Naira bersenandung ria seraya mengikat tali sepatunya.

"Naira lagi suka dengerin lagu anak bahasa Inggris, jadi ya gitu deh." Rafael menatap Naira yang tengah sibuk mengikat tali sepatunya.

"Anak seumuran Naira emang lagi cerdas-cerdas nya, jadi setiap dia dengerin lagu ataupun semacamnya, dia bakalan cepet hafal dan dia juga ga akan segan-segan berbagi lagu itu ke temen-temen nya." Ucap Audrey yang sorot matanya ikut melihat Naira.

Audrey menjadi ahli psikologis anak, jadi secara langsung Audrey tau tentang perkembangan Naira. Audrey juga sering mengajak Naira pergi melukis di luar ruangan, di hari weekend Audrey dan Leora sering membawa Naira ke tempat-tempat rekreasi, atau bahkan mereka menyempatkan waktu untuk bermain permainan tradisional bersama Naira.

Guru Naira memberi pernyataan kepada Audrey, bahwa Naira cukup sulit dalam berbaur. Dimana Naira lebih memilih menyendiri dari pada bermain dengan teman sekelasnya. Ini akan menggangu kegiatan sosial nya kelak nanti jika Naira sudah besar, Audrey dan Leora terus menerus menasehati Naira agar anak itu mau berbaur dengan teman sebaya nya.

Naira anak yang cerdas, Naira anak yang paling mendapatkan nilai bagus di kelasnya. Walaupun Naira tumbuh tanpa adanya seorang ibu, Audrey salut dengan Rafael yang bisa mengurus Naira dengan baik.

"Eh, ada Bunda." Bunda adalah panggilan yang di berikan Naira kepada Audrey dan Leora. Audrey atau pun Leora tidak keberatan akan hal itu.

"Haii, apa kabar anak Bunda?"

Audrey juga tak henti-hentinya mengingatkan Naira bahwa dirinya dan Leora juga adalah orang tua Naira.

"Baik Bunda, Bunda kok pagi-pagi kesini?"

"Bunda yang bakalan nganterin Naira ke sekolah, Naira mau?" Audrey sedikit merapikan pakaian Naira.

Naira memang sudah dipelajari agar bisa bersiap-siap sendiri, dari mulai memakai baju, sampai menata rambut. Ya walaupun tidak terlalu rapih, tapi ada asisten rumah tangga yang selalu membantu Naira.

"Mau dong. Pa, boleh kan?" Naira menggandeng tangan Rafael, Rafael hanya mengangguk mengiyakan.

"Papa nanti jangan lupa makan siang di kantor!" Setiap hendak berpamitan, Naira selalu mengucapkan kalimat tersebut. Bahkan sepertinya itu sudah menjadi rutinitas Naira kepada papanya.

"Cerewet banget ya, mirip mamanya." Rafael mencium pipi gembul Naira, Naira hanya cengengesan menampilkan deretan gigi susu nya.

"Yaudah kalau gitu dadah Papa! kita berangkat dulu." Audrey menggandeng tangan kecil Naira dan menuntun nya masuk ke dalam mobil.

"Dadah papa!" Naira melambaikan tangannya saat sudah berada di dalam mobil, Rafael membalas lambaian tersebut dan tak melunturkan senyumannya hingga mobil Audrey menghilang dari pekarangan rumah.

"Naira tumbuh dengan baik, aku berhasil. Kamu disana liat kan? Kakak bisa lewatin semuanya tanpa kamu." Ujar Rafael sembari melihat cerah nya langit pada hari itu.

OUR TRIP [Ghost] ✓ Adventure With GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang