Gibran menelusuri seluruh ruangan koridor kantornya, memastikan satu persatu para karyawannya, tak sedikit Gibran bertegur sapa dengan bawahannya itu, sedikit bertanya-tanya tentang perkembangan perusahan. Dengan membangun komunikasi dapat membantu Gibran mengetahui kekurangan, kendala, atau keluhan yang di alami para konsumen.
Perusahan Bratadikara Acctomution milik Gibran ini adalah perusahan dalam bidang permesinan. Dengan menjual alat-alat berteknologi canggih dan menciptakan barang-barang berguna untuk membantu kelangsungan hidup manusia di era canggih ini.
Dengan ide-nya di bantu rekan-rekan petinggi Bratadikara Acctomution, Gibran mampu menciptakan robot kecil berbentuk remote mini untuk melengkapi kecanggihan mobil buatan Amerika serikat. Remote itu dapat di sambungkan ke mesin mobil, dengan otomatis mobil itu bisa jalan sendiri jika mau. Di desain seperti ada di dunia game, menjalankan sebuah mobil menggunakan remote.
"Pak Komisaris, akan lebih bagus jika Bratadikara Acctomution menciptakan mobil listrik, ya itung-itung pengganti bahan bakar, seperti sepeda motor listrik itu loh Pak." Ucap salah satu karyawan yang sedang bercanda gurau dengan Gibran.
Gibran kini di kelilingi beberapa karyawannya di lantai 13.
"Saya bisa saja membuat mobil tenaga batu baterai kalau saya mau." Gibran terkekeh setelah mengatakan itu.
"Sebesar apa nanti batu baterainya, Pak?" Pria berperawakan mungil dengan kacamata bulat nya itu mengomentari perkataan Gibran.
"Kalau bisa seukuran baterai pada umumnya, mengapa harus ukuran besar?"
Semua karyawan pun tertawa. Candaan Gibran barusan mungkin membuat banyak teori mulai bercabangan di otak mereka.
"Pak Komisaris, maaf mengganggu waktu anda, 10 menit lagi akan diadakan meeting di ruangan."
Sebias suara wanita membuyarkan gelak tawa para karyawan.
"Ah Baiklah." Gibran bangkit dari duduknya lalu membenarkan jasnya yang sedikit terlipat.
"Saya permisi, silahkan dilanjutkan pekerjaannya." Pamit Gibran kepada karyawannya itu, lalu pergi bersama wanita yang sempat memanggilnya tadi.
"Meeting? Dadakan sekali, apa jadwal baru?" Gibran berjalan sejajar dengan wanita yang diyakini adalah sekretaris Gibran.
"Jadwal baru, Pak, Seorang perempuan mengajak Pak Komisaris untuk meeting 10 menit lagi di ruangan bapak."
"Kenapa harus di ruangan saya?"
"Saya tidak tahu Pak, itu kemauan klien."
Percakapan pun berakhir saat keduanya sudah berada di dalam lift, mereka menuju ruangan Gibran yang terletak di lantai 35, lantai paling atas gedung Bratadikara Acctomution.
Sesampainya di ruangan Gibran, pria itu disuguhi senyuman seorang wanita yang sudah menunggunya.
Itu Leora.
"Loh Ra? Tumben?" Gibran terdiam sejenak di tempatnya.
"Kaget kan lo? Sini, duduk sama gue, ada hal yang mau gue omongin sama lo." Leora menganggukkan kepalanya sekali, pertanda ia memanggil Gibran untuk duduk di hadapannya saat ini juga.
"Tolong buatkan kopi." Ujar Gibran kepada sekretarisnya itu.
Gibran pun duduk di hadapan Leora, mereka kini saling berhadapan dengan pembatas meja kaca.
"Kenapa?" Tanya Gibran sekali lagi.
"Gue mau pensiun jadi pengacara."
Gibran terdiam saat mendengar jawaban dari temannya itu. Setahu Gibran, perjuangan Leora untuk mendapatkan gelar pengacara tidak lah mudah, dan mengapa gadis itu tiba-tiba ingin mengundurkan diri dari dunia hukum?
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR TRIP [Ghost] ✓ Adventure With Ghost
Teen FictionSuatu tragedi yang dapat dikenang dalam sejarah hidup mereka, pertumpahan darah, pengorbanan, cinta, dan menjadi saksi bisu tentang keberadaan mereka yang tidak nyata. Gibran yang mencoba memecahkan kasus arwah perempuan, arwah perempuan tersebut me...