"RAPKA!"
"IYA-IYA AKU DISINI!"
Rapka dengan nafas memburunya pun mendekati Audrey yang tengah terduduk santai di meja tamu.
"Iya sayang kenapa?" Rapka berjongkok di depan Audrey.
"Aku mau itu.." Ucap Audrey dengan nada memelas sembari menunjuk televisi.
"Ya ampun, itu apa sayang?" Rapka tergelak. Jangan bilang sang istri ingin memakan manisan mangga seperti ada di televisi.
"Mau itu." Bibir Audrey tiba-tiba mengerucut.
"Gimana cara bikinnya? Aku gak paham."
"Ya kamu liat tutorial di YouTube kek, aku mau banget, buatin ya? Aku ngidam loh.." Audrey masih bersikukuh.
"Oke-oke, nanti ya, aku ngerjain kerjaan aku dulu." Rapka mengecup punggung tangan sang istri sekilas.
"Semangat ayah!"
Rapka terkekeh, ia langsung menuju ke ruangannya kembali untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun baru saja ia hendak membuka pintu ruang kerja nya, tiba-tiba ponselnya berdering, sontak Rapka memberhentikan langkahnya.
Call on 📞 :
"Iya Mih? Kenapa?" Rapka melanjutkan langkahnya untuk memasuki ruang kerjanya. Hingga akhirnya Rapka terduduk di meja kerjanya.
"Kamu bisa kerumah Mamih nggak sekarang? Ada yang mau Mamih bicarain sama kamu, jangan bawa Audrey, kamu kesini sendirian aja."
"Emang kenapa, Mih?" Kini raut wajah Rapka berubah menjadi lebih serius.
"Ada pokok nya. Mamih tunggu."
Call of.
Telfon di matikan secara sepihak. Rapka geming sesaat dan menghela nafasnya. Pekerjaan nya saja belum selesai, di tambah kini ia mendapat panggilan dari sang ibu negara. Rapka cukup lelah.
Tanpa basa-basi Rapka pun langsung menyambar kunci mobilnya. Ia menghampiri Audrey dan duduk di samping wanita itu.
"Aku mau beli mangga dulu ke supermarket, kamu diem disini aja."
"Yaudah kalo gitu, hati-hati, jangan ngebut-ngebut."
Rapka mengecup bibir Audrey sekilas dan mengangguk. Rapka pun beranjak dari duduk nya dan segera pergi dari ruang tamu.
• • • • • • •
"Dia siapa, Pa?"
"Teman Papa."
Naira menatap wanita yang sedang ada di hadapannya ini dengan tatapan menelisik. Sementara yang di tatap pun tersenyum kikuk.
"Naira, kenalin ini Tante Rona, dia teman Papa."
"Halo Naira." Wanita itu mengajak Naira bersalaman, tapi sayang nya salam itu tidak di balas oleh Naira. Sontak wanita itu kembali menurunkan tangannya dengan memasang wajah datar.
"Sombong banget sih ni anak, untung bapak nya ganteng."
"Naira gaboleh gitu! Tante Rona kan niat nya cuman mau kenalan." Rafael berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang putri.
Tapi sepertinya Naira sedang tidak mood berbicara. Naira hanya membuang pandangannya disertai wajah tak kalah datar dari wanita di hadapannya itu.
"Maaf ya, Rona?" Rafael menatap wanita di sampingnya itu dengan tatapan tidak enak.
"Gapapa Rafael, Naira kan belum terlalu akrab sama aku, mungkin dia masih malu."
"Emm gimana kita mulai acara makan siang-"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR TRIP [Ghost] ✓ Adventure With Ghost
Teen FictionSuatu tragedi yang dapat dikenang dalam sejarah hidup mereka, pertumpahan darah, pengorbanan, cinta, dan menjadi saksi bisu tentang keberadaan mereka yang tidak nyata. Gibran yang mencoba memecahkan kasus arwah perempuan, arwah perempuan tersebut me...