Pagi hari di keluarga Gibran Bratadikara terlihat sangat tenang dan damai. Kala itu Sarah yang sedang memasangkan dasi di leher suaminya, mereka sangatlah romantis, keluarga mereka seperti tidak pernah di landa masalah ataupun pertengkaran.
Sarah tersenyum setelah selesai memakaikan dasi di leher Gibran. Gibran mengecup bibir Sarah begitu dalam seolah-olah menggambarkan betapa ia begitu mencintai wanita yang berada di hadapannya saat ini.
"Awali pagimu dengan yang manis-manis." Gibran terkekeh.
"Kenapa masih di inget aja sih?" Sarah berkacak pinggang, tergelak dengan Gibran yang masih saja mengungkit-ungkit masa lalu.
Guyonan tersebut berakhir sebab terdengar suara Raydent menangis begitu kencang. Mungkin bayi itu belum terlalu biasa bangun tidur sendirian, biasanya ketika Raydent bangun selalu saja ada Sarah yang mendampingi.
"Bener ya kata orang-orang, kalau udah punya anak itu kalau mau apa-apa jadi gak leluasa." Gibran mendudukkan dirinya di meja makan dan mulai meminum teh hangat miliknya
"Gitu-gitu juga itu kemauan kamu, Gibran." Ucap Sarah dari lantai dua yang masih bisa di dengar oleh Gibran
Suara tangisan anak mereka tak berangsur membaik. Di atas sana Sarah semakin khawatir akan putranya itu, takut-takut Raydent mengalami sakit perut.
Sarah menuruni anak tangga sembari menimang-nimang bayinya, berharap tangis bayinya akan membaik ketika berada di gendongan papanya.
"Kamu tolong gendong dulu sebentar, aku mau siapin susu dulu."
Gibran beranjak dari duduknya dan pergi ke halaman rumah, Hingga akhirnya tangisan Raydent berhenti bersamaan dengan Sarah membawa botol susu berisi Asi.
"Maafin mama ya sayang, mama semalem lupa pompa Asi buat kamu." Sarah memberikan botol Asi tersebut kepada Gibran.
Gibran dan Sarah menghela lega karena akhirnya anak mereka kembali tenang.
"Omong-omong tadi malem kamu habis kemana?" Sarah bertanya
"Ah itu.."
• • • • • • •
"Sayang ini bener gak susunya? aku takut salah beli." Rapka menenteng 2 plastik belanjaan berisi susu formula
"Coba aku liat."
Audrey memeriksa satu persatu kemasan susu formula tersebut, takut dosis umur yang di beli Rapka tidak sesuai dengan dosis yang di berikan dokter.
"Ini udah bener kok, coba kamu bikin sana." Audrey memberikan 1 kotak susu bubuk kepada Rapka.
Dengan berbekal pengetahuan dan cara penyajian di kemasan susu itu, Rapka dengan teliti menakar takaran susu tersebut dengan sangat hati-hati, jangan sampai kurang ataupun kelebihan.
Setelah selesai membuat susu, Rapka pun memberikan botol kecil itu kepada Audrey yang masih di atas bangsal sembari menggendong putrinya.
Seketika Audrey dan Rapka tersenyum saat putri mereka ternyata suka dengan susu buatan ayah nya itu.
"Maafin bunda ya nak, bunda gabisa kasih Asi buat kamu." lirih Audrey
"Gak apa-apa sayang, yang penting anak kita hidup dan gak mati karena kelaparan."
Refleks Audrey mendorong lengan Rapka hingga pria itu terhuyung ke belakang.
"Kenapa? aku salah?"
"Terserah deh." Audrey membuang pandangannya ke sembarang arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR TRIP [Ghost] ✓ Adventure With Ghost
Teen FictionSuatu tragedi yang dapat dikenang dalam sejarah hidup mereka, pertumpahan darah, pengorbanan, cinta, dan menjadi saksi bisu tentang keberadaan mereka yang tidak nyata. Gibran yang mencoba memecahkan kasus arwah perempuan, arwah perempuan tersebut me...