lost again

32 3 1
                                    




Rafael berlari di lorong rumah sakit, langkah kakinya tergesa-gesa, tatapan Rafael menjadi nanar, jantung pria itu juga berdegup sangat kencang. Ia baru mendapatkan telfon dari asisten rumah tangga Audrey dan asisten rumah tangga itu mengatakan bahwa Audrey akan segera melahirkan. Mendengar itu sontak Rafael segera menyusul Audrey dan membawa wanita itu kerumah sakit.

"Anda suami dari pasien?"

"Buk-"

"Sudah tidak ada waktu lagi pak, pasien harus segera di dampingi untuk persalinan, mari ikut saya."

"Tapi usia kandungannya baru menginjak 6 bulan suster!"

Rafael di giring oleh suster menuju ruang persalinan. Seketika ingatannya tentang Adira kembali muncul, bayangan-bayangan suara tangisan Adira kembali terdengar di telinga nya.

Rafael menjadi linglung saat suster menyuruh Rafael menggenggam tangan Audrey, justru Rafael malah teringat wajah Adira saat nyawa gadis itu direnggut.

Rafael membalas genggaman erat Audrey dan tak henti-hentinya menyemangati Audrey.

"Sakit banget... Gue gakuattt..." Lirih Audrey di sela-sela nafas nya yang tersengal.

"Ayo Audrey... Demi Rapka..." Rafael masih setia menggenggam tangan Audrey.


• • • • • • • •


Leora berlari tergopoh-gopoh di sepanjang lorong rumah sakit, sementara Andraa di belakang kerepotan membawa Naira yang saat itu baru saja pulang sekolah.

Naira yang saat itu sedang berada di gendongan Andraa pun bertanya-tanya.

"Om, Papa mana?"

"Papa ada sayang, tunggu sebentar ya?" Ujar Andraa setenang mungkin.

"Emangnya Bunda kenapa Om?"

"Kan dede bayi yang ada di perut Bunda mau keluar" Andraa mendudukkan Naira di ruang tunggu.

"Serius, Om?" Seketika mata bulat Naira menjadi berbinar.

Andraa pun mengangguk mengiyakan ucapan Naira. Disisi lain pria itu tengah merasakan cemas, sebab saat ini yang tengah mendampingi Audrey bukanlah suaminya Rapka, melainkan Rafael.

Tangan Andraa merogoh saku celananya, dengan segera pria itu menelfon Gibran. Setelah berbincang tentang keadaan Audrey, seketika ekspresi Andraa menjadi lebih cemas. Saat ini Gibran sedang berkunjung kerumah orang tua Sarah di Bogor, alhasil Gibran tidak bisa kerumah sakit.

Selanjutnya Andraa mendengar suara Leora dari arah ruang operasi.

"Gimana? Rapka udah ada kabar?"

Andraa hanya menggeleng dan menghela nafas. Leora mengusap wajahnya prustasi, ia harap persalinan Audrey berjalan dengan lancar walaupun usia kandungan Audrey baru saja menginjak 6 bulan.

"Bunda, Papa kok lama?" Ujar Naira dengan nada sedih.

Mendengar keluhan Naira membuat Leora menjadi semakin pusing.

"Nanti ya sayang, Papa lagi temenin Bunda Audrey di dalem sama dokter, kan-"

"Loh kak Andraa ada disini? Siapa yang sakit?"

Spontan Leora dan Naira pun menoleh ke arah sumber suara tersebut, itu Aji.

"Ah itu-" Ucapan Andraa terpotong sebab Naira berteriak kepada Om nya itu.

"Om Aji!" Naira berlari memeluk Aji.

"Om apa kabar?" Naira mendongak menatap Aji yang berdiri menjulang tinggi disana.

"Baik cantik, Naira kok disini juga?"

"Naira lagi nungguin bunda Audrey di periksa sama dokter, dede bayi nya mau keluar tau." Jawab Naira.

"Loh kak? Beneran?" Aji bertanya sekali lagi kepada Andraa untuk memastikan.

"Bener. Kebetulan kakak juga lagi bingung, Naira kan capek baru pulang sekolah jadi kakak pikir dia butuh istirahat, kamu bisa gak temenin Naira dirumah?"

Aji terlihat geming dan menatap Naira sekilas.

"Emang kak Rafael kemana?"

"Itu masalahnya, Rafael sekarang lagi nemenin Audrey persalinan di dalem, so'al nya Rapka masih di pesawat."

"Yaudah, biar aku nemenin Naira dirumah, yakan Naira? Nanti dirumah kita main PS bareng!" Aji berjongkok dan mengelus rambut panjang Naira.

Naira mengangguk antusias dan berkata "Yeaaa main PS!"

"Kak, aku sama Naira permisi dulu."

Andraa mengangguk, setelah melambaikan tangannya kepada Naira ia pun segera menghampiri Leora yang masih duduk terdiam di ruang tunggu. Andraa meraih kepala Leora untuk bersandar di bahunya.

"Audrey pasti baik-baik aja."

Leora menatap Andraa dengan tatapan khawatir "Gimana kalau Audrey sama anak nya kenapa-napa?"

"Audrey dan anak nya pasti baik-baik aja."

Tiba-tiba suara nada dering terdengar dari saku celana Andraa. Andraa mengerutkan keningnya sebab nomor tidak di kenal menelfon nya.

"Ya? Dengan siapa?"

Hening sekejap, tapi tiba-tiba Andraa terkejut saat mengetahui telfon itu dari agen pesawat yang di tumpangi Rapka.

"Jangan bilang..."

• • • • • •











































Next part ⏬

OUR TRIP [Ghost] ✓ Adventure With GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang