start future life

30 3 1
                                    


Beberapa Tahun kemudian.

"PAPAAAA!!"

Seorang anak berusia 7 Tahun tengah berantusias menyambut Papanya. Sang Papa yang baru saja ingin menutup pintu rumah tentu saja terkejut saat tiba-tiba mendengar suara putri semata wayangnya berteriak dan berlari memeluknya.

Rafael menggendong putri nya menggunakan satu tangan sebab saat ini ia sedang kerepotan membawa bingkisan.

"Kamu seneng? Hari ini papa pulang cepet." Rafael mencium pipi tembem milik Naira dengan gemas.

"Seneng banget! Aku baru selesai gambar buat PR sekolah, Papa mau liat? Naira gambar dari siang loh Pa!" Naira berbicara tanpa jeda sedikit pun, membuat Rafael tergelak bukan main.

"Coba Papa liat?" Rafael menurunkan putri nya di sofa, Rafael juga melihat meja ruang tamu yang berantakan dan pensil warna berserakan dimana-mana.

Rafael melihat selembar kertas dan terdapat gambar seorang pria tengah duduk di taman bersama seorang anak kecil, anak kecil itu memegang eskrim di tangannya, sementara tangan si pria sedang memegang beberapa balon. Gambar yang di hiasi warna oranye tersebut menggambarkan seorang ayah yang sedang mengajak anak nya jalan-jalan disaat musim gugur.

"Ini Papa, dan ini Naira."

"Anak papa pinter gambar ya, Papa bangga." Rafael memeluk putrinya dengan tatapan berkaca-kaca. Andai saat ini Adira bersamanya.

Kilas beberapa tahun yang lalu.

"Kak.. sakit.."

"Kamu pasti bisa! Kakak yakin itu.."

"Aku gakuat kak.. gakuat, sakit.."

"Demi anak ini kakak mohon, berjuang lagi ya?"

Adira mengeluarkan semua tenaga nya untuk melahirkan seorang bayi yang ia kandung. Adira berteriak kesakitan dengan Rafael yang setia berada di sampingnya, menemani Adira dengan perasaan campur aduk.

Hingga jam berlalu, Suara tangisan bayi terdengar keras memenuhi ruangan persalinan. Rafael menghela, Rafael tak henti-hentinya mengucap syukur dan terimakasih.

"Kak.. jaga anak kita dengan baik ya?" Rafael hanya mengangguk dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

"Terimakasih.." Adira menutup matanya disertai hembusan nafas terakhirnya.

Rafael tidak bisa berkata apa-apa, Rafael tak kuasa menatap wajah Adira yang masih tersenyum walaupun dengan mata terpejam.

Bahkan sangat ini pun Rafael masih mengingat senyuman terakhir Adira.

"Papa jangan nangis..." Naira berucap dengan bibir melengkung hampir menangis.

"Engga sayang, Papa gak nangis." Rafael mengelus rambut panjang milik putrinya.

"Papa kangen mama?"

Rafael terdiam sejenak sebelum akhirnya Rafael mengangguk, karena bagaimanapun itu kenyataanya.

"Sekarang Naira mandi, abis ini kita jalan-jalan." Rafael mencium kening Naira.

"Siap papa!" Naira memberikan hormat pada Rafael lalu pergi begitu saja ke kamarnya.

Rafael menghela, lalu sorot matanya tertuju kepada bingkai foto yang terpampang di ruang tamu dengan begitu elegan. Potret Adira yang mengenakan gaun pengantin.

"Kakak janji bakalan jagain Naira." Batin Rafael.

• • • • • • •

OUR TRIP [Ghost] ✓ Adventure With GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang