Andraa mengusap wajahnya frustasi, kini pria itu sedang berada di taman seorang diri. Dengan sengaja ia tidak mengajak siapapun, Andraa butuh waktu sendiri, dimana hanya ada dirinya dan pikirannya. Tindakan Leora tadi pagi masih membuatnya marah. Andraa betulan marah kepada sang istri. Apa latar belakang dari semua ini? Apa motif dari berubahnya sikap Leora? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menerus menghantui pikiran Andraa.
Hatinya sakit bukan main, apakah ini semua karma dari Tuhan karena ia tidak menggubris perasaan Ratna? Jika itu terjadi, apa yang harus Andraa lakukan untuk menebus karma itu?
Cutinya hari ini sia-sia terbuang begitu saja.
Sudah tengah hari begini, Andraa enggan beranjak dari tempat duduknya. Cuaca panas meliputi kota Jakarta, tanpa ada pohon yang menaunginya, Andraa membakar dirinya sendiri di bawah teriknya sinar matahari.
Teriknya matahari tidak setara dengan rasa sakit dihatinya, jadi Andraa pikir ia bisa melampiaskan rasa sakit itu dengan cara ini.
Isi kepala Andraa terus berputar, masih tetap memikirkan Leora, hanya Leora yang ada dalam pikirannya.
Beberapa saat kemudian, seseorang tiba-tiba menepuk pundak Andraa. Andraa pun menoleh, ternyata orang yang menepuk pundaknya tadi ialah Gibran yang mengenakan setelan kemeja berwarna biru muda dan celana bahan warna hitam.
"Ngapain panas-panasan?" Tanya Gibran, pria itu duduk di samping Andraa.
"Gapapa, lagi pengen sendiri aja." Andraa menunduk.
Gibran tersenyum sekilas, ia memegang bahu Andraa, sekali-kali menepuk bahu pria itu.
"Masih mikirin Leora?"
Andraa diam.
"Mungkin Leora butuh waktu, Andraa. Tunggu nanti malam, siapa tau Leora luluh."
"Masalahnya dia gak cerita apa-apa sama gue, tiba-tiba dia ngambek tanpa alasan." Andraa menghela nafas, tampak prustasi.
"Wanita memang sulit dimengerti, tapi wanita yang paling mengerti pria yang dicintainya."
Andraa menoleh, menatap Gibran sendu.
"Nggak semua wanita paham posisi pria yang dicintainya, terkadang wanita itu sendiri yang membuat si pria mengalah, mengalah dan mengalah lagi."Andraa menatap hamparan danau di hadapannya saat ini.
"Kunci hubungan itu ada di komunikasi, kalau komunikasi dalam suatu hubungan berantakan, mau di bawa hubungan itu?" Sambung Andraa, matanya berkaca-kaca.
Andraa tidak peduli, apakah setelah ini orang-orang menganggapnya lemah atau apapun. Menangis tidak hanya untuk wanita saja, tapi pria juga. Pria sama seperti wanita, pria masih memiliki hati kecil di dalam hidup mereka, salahkah seorang pria menangis? Tidak, tidak sama sekali. Menangis berlaku untuk seluruh makhluk hidup di muka bumi ini, termasuk hewan, hewan juga berhak untuk menangis.
Wanita memang seorang ratu dan patut di ratukan, tapi apakah seorang pria tidak layak untuk di rajai? Pria hidup tidak untuk dibudak oleh wanita. Setidaknya, hargai para pria, jangan hanya karena pria menangis, wanita bisa menyimpulkan bahwa pria itu lemah.
"Gue yakin, Leora gak akan kaya gini dalam waktu lama, dia cuman butuh waktu."
Gibran yang melihat Andraa semakin murung, berinisiatif mengajak pria itu pergi ke suatu tempat.
"Ready to play golf?" Gibran beranjak dari tempat duduknya, ia mengulurkan tangannya untuk Andraa agar segera bangkit.
"Why not?" Andraa menerima uluran tersebut.
Gibran dan Andraa memutuskan untuk pergi bermain golf di suatu tempat, Gibran segera menyewa lapangan golf hanya untuk dirinya dan Andraa.
Gibran pergi menggunakan mobil Andraa. Lokasi taman tidak jauh dari kantornya, awalnya Gibran berinisiatif untuk pergi ke taman sejenak untuk merehatkan pikirannya dengan berjalan kaki, lalu tanpa di sangka Gibran bertemu Andraa yang sedang duduk merenung di bawah teriknya sinar matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR TRIP [Ghost] ✓ Adventure With Ghost
Teen FictionSuatu tragedi yang dapat dikenang dalam sejarah hidup mereka, pertumpahan darah, pengorbanan, cinta, dan menjadi saksi bisu tentang keberadaan mereka yang tidak nyata. Gibran yang mencoba memecahkan kasus arwah perempuan, arwah perempuan tersebut me...