7

1.7K 140 4
                                    

Malam sudah larut, tapi lagi-lagi Minho masih sulit memejamkan matanya. Bayangan seseorang masih terus mengusik pikirannya. Dia mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Jisung tapi Jisung tak kunjung menjawab panggilannya.

Minho masih mencoba menutup matanya berharap dalam gelap, rasa kantuk itu akan datang menyita kesadarannya namun itupun tidak berhasil. Kini Minho justru terbayang punggung lebar sang adik yang begitu nyaman baginya.

" Sial! Sepertinya hanya itu jalan satu-satunya!" Minho beranjak dari kamarnya. Dia mengetuk pelan pintu kamar Seungmin namun tak ada jawaban.

Lampu kamar yang masih menyela membuat Minho memberanikan diri untuk mengecek kedalam yang ternyata pintu kamar itupun masih belum terkunci.

Minho melihat sang adik masih duduk di meja belajarnya. Seungmin sibuk dengan beberapa buku yang tergeletak dan pulpen yang tersemat indah diantara jemarinya.

Seungmin menggunakan earphone baru pemberian Minho hingga membuatnya tak mendengar panggilan Minho ataupun menyadari kehadiran Minho yang kini berdiri di sampingnya.

" Ini sudah larut! Sebaiknya kau pergi tidur!" Teguran Minho membuat Seungmin melirik kearah sang empu.

" Hyung? Ada apa? Kenapa kau kemari?" Seungmin melepas earphonenya.

" Ayo kita tidur!" Ucap Minho lugas dengan wajahnya yang kini mencondong kearah Seungmin, membuat yang muda salah tingkah dibuatnya.

" Apa maksudmu? Kalau hyung mau tidur, pergi kekamar hyung sana! Kenapa malah masuk kekamarku?" Telinga Seungmin memerah.

" Kau bilang, kau sudah di bebas tugaskan, tapi kenapa di tengah malam begini, kau masih sibuk belajar?"

" Dosenku berubah pikiran, dia akan mengadakan kuis lusa. Untuk itu aku harus mempersiapkan diri dengan baik."

" Belajar memang hal yang baik, tapi jangan pula mengabaikan kesehatanmu." Minho meletakkan punggung tangannya pada leher Seungmin, dan dugaannya benar. Suhu tubuh Seungmin yang naik saat Minho menggendongnya kerumah bukan karena dia malu, tapi karena memang Seungmin sedang demam.

" Singkirkan tanganmu hyung!" Tepis Seungmin.

" Cih! Sekarang kau berani berkata kasar juga padaku! Dasar bocah!" Minho mengusak kasar surai Seungmin dan berjalan keluar.

" Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" Seungmin mengamati Minho diam-diam. Tak berapa lama Minho kembali kekamar Seungmin dan dengan cepat Seungmin berpura-pura acuh pada kehadirannya.

Plok!

Minho memukul dahi Seungmin dengan cukup kencang.

" Hyung! Sakit!" Protes Seungmin seraya memegangi dahinya yang terasa aneh.

Seungmin mengambil ponselnya untuk mengecek benda aneh yang Minho tempelkan di sana.

" Plester demam?" Gumam Seungmin lirih. Dia memandangi Minho yang kini terbaring di ranjangnya.

" Cepat tutup bukumu! Kemarilah! Biar aku pasangkan juga, plester nyeri pada pinggangmu!" Minho menunjukan plester nyeri yang di bawanya.

Seungmin yang memang sudah merasa lelah, menutup semua bukunya dan merapikannya. Seungmin berjalan mendekati Minho di ranjang.

" Come on baby, lets do this!" Ucap Minho dengan mimik menggoda. Seketika wajah Seungmin memerah bukan main.

" Hyung!! Jangan bicara dengan menunjukan pose yang aneh seperti itu! Ya ampun otakku!" Keluh Seungmin sambil menutup wajahnya. Minho terkekeh melihat reaksi Seungmin yang selalu sesuai ekspektasinya.

[ BL ] Brother in TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang