Tak terasa hari pernikahan pun semakin dekat, persiapan pernikahan hampir mencapai 80%. Hari ini pun Seungmin menjemput Minho di kantor, untuk mengantarkannya pergi menemui WO yang sedang mempersiapkan gedung untuk acara pernikahan Minho dan Chan yang tinggal menghitung hari.
Minho sedang sibuk mengamati setiap persiapan disana beserta daftar hidangan yang akan di suguhkan di hari pentingnya. Seungmin pun berjalan sendirian kearah sebuah taman di samping gedung tersebut.
Seungmin menghirup nafas panjang untuk meredakan nyeri di kepalanya yang lagi-lagi muncul tanpa permisi. Seungmin merunduk, kedua tangannya berpegang kuat pada kedua pahanya yang juga mulai gemetar. Darah segar setitik, demi setitik menetes dari hidungnya.
" Aku ---- tidak boleh seperti ini! Aku tidak boleh membuat hyung khawatir! Aku bisa! Aku bisa menahannya lebih lama!" Seungmin berusaha menyemangati dirinya sendiri yang sebenarnya tak lagi berdaya.
Dokter menyarankan agar Seungmin beristirahat dan melarang keras dirinya untuk mengerjakan hal-hal yang berat selama masa tunggu, karena itu bisa mempengaruhi kesehatannya. Namun Seungmin telah berjanji pada Chan dan Minho untuk membantu mereka, dan seperti yang dia telah katakan baginya kebahagiaan Minho adalah hal terpenting baginya di atas segalanya.
Setidaknya, dengan membantu mempersiapkan pernikahan Minho, Seungmin bisa terus berada didekat dengan sang kakak yang mungkin tak akan dia ingat atau bahkan temui lagi nantinya.
" Seungmin! Kau kemana saja?" Tanya Minho saat Seungmin kembali menemuinya di dalam gedung.
" Aku --- berjalan-jalan sebentar, menghirup udara segar." Seungmin tersenyum manis.
" Simpan senyumanmu itu! Masih banyak hal yang harus kita persiapkan untuk pernikahan ini! Sekarang kau antarkan aku ketoko bunga langganan ibu, untuk memesan buket dan hiasan taman hidup yang akan di gunakan saat pernikahan."
" Baik tuan muda, pelayan Seungmin siap melayani anda! Kearah sini tuan!" Goda Seungmin.
" Hentikan lelucon mu! Tidak lucu!" Ketus Minho. Seungmin membalasnya dengan senyum tipis.
Begitu sibuknya mereka hingga tak terasa hari mulai petang. Seungmin mengendarai mobilnya menuju kediaman Donghae.
Entah karena lelah atau memang keduanya menjaga jarak aman, tidak ada satupun obrolan yang menghiasi perjalanan pulang hari ini. Hanya sesekali terdengar rengusan lelah memecah keheningan.
Minho melirik dengan ujung matanya, terlihat tangan yang muda menggenggam kemudi dengan gemetar hebat dan jari-jari yang pucat.
" Apa kau sakit?!" Tanya Minho memecah keheningan.
" Tidak!" Jawab Seungmin singkat.
" Kenapa tanganmu bergetar?"
" Oh... Ini karena aku lapar."
" Kau lapar? Kenapa tidak bilang? Di depan ada lestoran, aku dengar makanan di sana cukup enak. Kita berhenti sejenak di sana untuk membeli makanan."
" Tidak perlu!"
" Tadi kau bilang kau lapar?"
" Aku bisa makan di rumah."
" Ibu dan ayah sedang pergi kerumah bibimu, tidak ada makanan di rumah."
" Bukan rumah ayah, tapi rumah peninggalan papa. Aku sudah membeli beberapa ramen dan onigiri. Aku rasa itu sudah cukup."
" Jangan terlalu banyak makan mie instan, tidak baik untuk kesehatan!"
" Iya..."
Jawaban dingin Seungmin membuat Minho menatap lekat kearah yang muda. Minho mulai menyadari wajah pucat sang adik yang tak biasa. Pipi Seungmin pun terlihat jauh menurun hingga membuat Minho khawatir.
![](https://img.wattpad.com/cover/302308100-288-k330118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BL ] Brother in Trouble
Fanfiction[ 2MIN AREA ] Bijak sebelum membaca! Book ini berisi unsur dewasa [ 23+] Bagi yang belum cukup umur harap SKIP saja. Sekian dan terimagaji #bxb #Seungmincentric #romance #drama #nc #hurt