20

1.2K 95 5
                                    

" Ini kamarmu, masuk dan beristirahatlah!" Minho membukakan pintu kamar Seungmin dan mengantar sang adik kepembaringannya.

Seungmin mengamati setiap inci ruangan tersebut, mencoba merasakan memori yang tertinggal di dalam sana. Sementara itu, Minho mengamati wajah Seungmin dengan tatapan sendu. Hatinya masih belum bisa menerima permainan takdir pada cintanya dan sang adik.

" Aku yang memintamu melupakan semuanya, tapi kini akulah yang tidak bisa keluar dari belenggu ingatan itu. Apakah ini hukuman yang kau minta untukku, Seungmin? Atau ini karma dari keegoisanku? Entahlah --- apapun itu hanya ada satu harapanku, aku berharap ingatanmu segera kembali agar aku tak harus menikah dengan Channie hyung dan membuat hati ini semakin sulit."

Seungmin yang melihat Minho terdiam dan tertunduk sedih, menepuk bahu sang kakak perlahan.

" Kak? Apa yang kakak pikirkan? Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja." Seungmin memberikan senyuman terbaiknya.

" Aku yang tidak akan baik-baik saja Seungmin, selama kau masih memanggilku dengan sebutan asing itu. Aku rindu ---- aku sangat merindukan panggilan manjamu padaku. Jika kau sudah mengingat semua itu, barulah aku akan baik-baik saja." Minho mengelus lembut pipi Seungmin membuat sang adik terdiam menatap kearahnya.

" Sekarang beristirahatlah, kau pasti lelah. Panggil aku jika kau butuh apapun, aku akan segera datang untukmu." Minho maju dan mencium kening Seungmin kemudian pergi dari sana.

Seungmin terdiam, hatinya berdegub kencang karena kecupan Minho yang mendarat manis di keningnya.

Ujung mata Seungmin melirik sebuah buku tebal yang tergeletak tak bertuan di meja belajarnya. Penampakan beberapa wajah yang seperti familiar baginya seolah menjadi magnet yang menarik tubuh Seungmin untuk berjalan kearahnya.

Seungmin mengamati sampul buku dan mencoba menerka nama di balik foto tersebut. Halaman pertama pun mulai menyita fokusnya, kini dia sedang membaca tulisan tangan itu dengan sangat teliti. Bersamaan dengan itu Seungmin merasa sebuah film mulai diputar dalam memorinya. Film yang menanyangkan hal yang sama seperti yang dituliskan di dalam buku tersebut.

________________________________________

Hari ini Seungmin mulai kembali masuk kuliah. Di pagi yang indah Seungmin memutar handle pintunya pelan dan terkejut dengan sosok sang kakak yang sudah menantinya di depan pintu kamarnya.

" Sudah siap?" Tanya Minho.

" Kakak? Kakak menungguku? Kakak tidak pergi kerja hari ini?" Tanya Seungmin heran.

" Aku mengambil cuti! Aku akan mengantarkanmu dengan sepeda motor ke kampus, ayo!"

" Tidak!"

" Kenapa? Bukan kah kau takut naik mobil?!"

" Aku ---- hanya merasa ----- "

" Apa?" Tanya Minho dingin, Seungmin pun kebingungan untuk menjelaskan perasaannya pada sang kakak.

" Aku hanya ingin naik bus itu saja."

" Tidak! Ayah melarangmu untuk menaiki mobil apapun, traumamu masih belum sembuh total dan itu akan berpengaruh pada kesehatanmu."

" Tapi aku ingin! Lagi pula kakak bersamaku! Aku tidak takut apapun jika kakak bersamaku." Hati Minho serasa ingin menangis kencang mendengar perkataan Seungmin. Ingin rasanya Minho memeluk Seungmin dan memberikannya ciumab rindu yang membara, namun percuma hal itu malah hanya akan membuat Seungmin berpikir jika Minho adalah pria yang buruk.

" Baiklah, ayo!"

" Kakak! Terimakasih!" Seungmin bergelayut manja pada sebelah tangan Minho dengan senyuman manja yang Minho rindukan.

[ BL ] Brother in TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang