22

1K 87 7
                                    

Di kantor, Chan terus mendesak Minho untuk memberikan jawaban atas penawarannya tempo hari. Minho masih terdiam, dia tak ingin gegabah lagi dalam mengambil keputusan.

" Hyung, caramu ini tidak benar. Pernikahan bukanlah hal yang patut di perjual belikan seperti ini!"

" Jangan mengajariku! Apa yang telah kau lakukan, sama menjijikannya seperti yang ku lakukan. Sampai saat ini Seungmin masih belum mengingatmu, mau sampai kapan kau menantinya? Sudahlah Minho, cobalah untuk lebih dewasa. Cinta itu bukanlah hal yang terpenting di dunia ini. Apa kau tidak lihat berapa banyak karyawan yang akan kehilangan pekerjaannya jika kau sampai salah mengambil keputusan?! Jangan gunakan egomu, gunakanlah akal sehatmu. Pernikahan ini bukan hanya menguntungkan pihakku tapi juga menguntungkan perusahaan ayahmu, apa kau tidak ingin melihat ayahmu bahagia? Bagaimana? Apa kau setuju?" Chan dengan mulut manisnya mencoba membuat keteguhan prinsip Minho goyah.

" Ku mohon berikan aku waktu untuk berpikir hyung! Jangan menekanku seperti ini!"

" Sudah lewat dari dua bulan waktu perjanjian kita dan kau masih meminta waktu lagi? Tidak Minho --- jika kali ini kau tidak bisa memberi jawaban tegas, maka ---- jangan salahkan aku jika aku bertindak nekad dan menarikmu dengan paksa menuju altar pernikahan! Aku tidak main-main!" Ancam Chan yang kemudian beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Minho memegangi keningnya yang berdenyut. Tekanan dari Chan membuat mentalnya terus melemah dan menciut.

" Haruskah aku kembali terjebak di jurang yang sama dua kali? Tapi ---- aku harus bagaimana?" Minho menarik kuat surainya, dia mulai dibuat frustasi dengan semua keadaan yang terjadi. Namun Minho mencoba untuk tetap tenang di hadapan kedua orang tuanya dan Seungmin, agar mereka tidak bersedih.

" Nak!" Panggilan Donghae memecah lamunan Minho yang kalut.

" Ayah? Ada apa? Masuklah!"

" Aku membawa kabar baik untukmu.  Ingatan Seungmin sudah kembali."

" Apa?! Benarkah ayah?" Minho terkejut. Itu merupakan satu-satunya kabar baik yang bisa menenangkan hati dan pikirannya.

" Benar, nak! Ibumu sampai tersenyum-senyum sendiri karena dia sangat bahagia dengan kembalinya ingatan adikmu itu. Malam ini, ayah dan ibu akan mengadakan makan malam spesial dan ibumu juga sudah mengundang bibi Tiffani dan paman Eunhyuk untuk bergabung bersama kita. Kau jangan pulang larut malam, Seungmin pasti sudah menantimu di rumah sekarang." Minho begitu berbunga-bunga mendengar perkataan Donghae. Dia pun sebenarnya sudah sangat rindu dengan adiknya itu. Punggung Seungmin yang selalu membuatnya nyaman, mulai melintas jelas diangan-angan Minho.

" Iya ayah! Aku akan segera menyelesaikan pekerjaan ini agar bisa pulang secepat mungkin."

" Baiklah nak, ayah pergi dulu!"

" Iya ayah."

Setelah Donghae menghilang di balik pintu kantor, Minho mengeluarkan kotak kecil berisi benda berkilau yang sudah dia siapkan sejak beberapa bulan lalu, untuk nantinya dia sematkan di jari manis Seungmin.

" Akhirnya malam ini datang juga! Didepan seluruh anggota keluarga, aku akan memintamu untuk menjadi pendamping hidupku selamanya Seungmin. Kita akan bahagia berdua, aku sudah tidak sabar!" Minho langsung membayangkan kejadian manis yang akan dia lalui bersama Seungmin.

" Aku harus segera pulang! Aku akan meminangnya segera! Tunggu aku Seungmin!" Minho menggenggam kuat kotak tersebut seiring dengab tekadnya. Dia tak lagi memikirkan tekanan dari Chan. Selama hatinya baik-baik saja bersama Seungmin, dia yakin akan menemukan jalan terbaik untuk perusahaannya, itulah yang selalu ada di benaknya.

________________________________________

Di rumah, Seungmin membantu Yoona menyiapkan panggangan barbequ di teras rumah mereka, sementara Yoona sibuk mencuci sayuran dan buah di dapur. Seungmin mulai membakar daging-daging itu beserta jamur dan bawang bombai di panggangan.

[ BL ] Brother in TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang