25

2.2K 119 7
                                    

Dengan wajah resah Minho terus mondar-mandir di depan pintu ruangan dokter yang sedang mengobati Seungmin. Meski dokter telah meyakinkan jika bahu Seungmin hanya tergores ujung peluru dan lukanya bukanlah luka yang serius, namun pernyataan tersebut tak kunjung membuat hati Minho merasa tenang.

Pintu ruangan tersebut pun terbuka perlahan, dari sana terlihat Seungmin yang keluar dengan senyum tipis menahan nyeri di bahunya.

" Bagaimana keadaanmu?!" Tanya Minho dan Changbin serempak.

" Apa kau baik-baik saja?!" Lagi-lagi Minho dan Changbin mengucapkan kalimat yang sama.

"Lukanya tidak parahkan?!" Minho dan Changbin kini saling menatap. Ini sudah ketiga kalinya mereka menanyakan hal yang sama, di waktu yang sama dan pada orang yang sama. Sementara itu Seungmin tersenyum geli melihat perilaku kedua kakaknya itu.

" Aku baik! Maaf sudah membuat kalian khawatir! Oh ya, hyung malam ini aku jadi menginap di rumahmu. Kau tidak lupa memintakan ijin untukku pada bibi dan paman?"

" Aku sudah bicara pada ayah dan ibu. Mereka sudah setuju. Kau tenang saja!"

" Terimakasih hyung!"

" Sama-sama." Changbin mengusak kepala Seungmin dengan penuh kasih sayang dan yang muda terlihat begitu menikmati perhatian tersebut.

" Seungmin bisa tersenyum lepas saat dia bersama Changbin. Sementara bersamaku ---- aku hanya memberikannya airmata dan rasa sakit. Apakah aku masih pantas mengharapkanmu Seungmin? Apa aku masih pantas memiliki cintamu?"

Perlahan tapi pasti Minho berjalan mundur meninggalkan keduanya yang masih bergurau riang di sana. Minho merasa tak ada tempat lagi baginya di samping Seungmin.

" Mungkin ini saatnya aku menyerah pada takdir! Bukan, bukan menyerah --- aku hanya mengikuti kehendak takdir, lebih tepatnya. Maafkan aku Seungmin, sampai saat ini aku masih jadi pengecut! Aku tidak bisa memperjuangkan cinta ini seperti dirimu. Aku begitu rapuh hingga angin kencang dapat dengan mudah menerbangkan semua anganku bersamamu. Seandainya pun aku bertahan disini, akankah aku bisa menahan badai yang akan datang menerjang kita nantinya? Aku tak ingin kau menjadi tamengku dan terluka lagi. Kau pantas bahagia, kau pantas dapat yang lebih baik dari pengecut sepertiku. Kau layak mendapat seseorang yang pemberani seperti Changbin."

Sepanjang perjalanan pulang Minho terus merunduk sedih. Hatinya sulit untuk melupakan semua kenangan dan cintanya yang tulus pada Seungmin namun logikanya tak ingin lagi sang adik tercinta terluka karena dirinya.

Mental Minho semakin down karena semua orang terus bercerita tentang betapa hebatnya pahlawan Changbin yang berhasil menyelamatkan Seungmin dari bahaya. Sementara, Minho merasa selalu melakukan hal yang sebaliknya. Dia selalu menempatkan Seungmin dalam bahaya yang mungkin akan merenggut hidupnya. Bersyukur, Tuhan masih memberikan umur panjang pada si manis itu, hingga Minho masih bisa melihat senyum manisnya sampai saat ini.

" Maaf kan aku Seungmin --- aku benar-benar minta maaf!"

Minho terduduk lesu di trotoar jalan. Sakit hatinya begitu menyita energi hingga dia tak dapat lagi melanjutkan perjalannya. Air mata kesedihan mengalir deras setiap kali wajah manis Seungmin terlintas di pikiran dan hatinya.

" Sakit! Sakit sekali! Bahkan setelah semua rasa sakit yang aku lalui, aku masih tidak berdaya mengahadapi kenyataan ini --- menjauh darimu begitu menyakitkan bagiku Seungmin!" Minho memegangi dadanya yang sesak. Kantung kemeja itu diremasnya kuat untuk mengurangi penderitaan yang dia rasakan.

" Jika sesakit itu, kenapa kau malah memilih jalan ini hyung? Apa kau pikir aku tidak merasa sakit jika kau jauh dariku? Beruntung takdir menghentikan langkahmu malam ini, jadi aku bisa melihat betapa kau sangat kesepian tanpa aku, betapa kau sangat mencintaiku." Seungmin menatap sendu sosok yang begitu berarti dalam hidupnya itu.

[ BL ] Brother in TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang