Sohyun merasa gagal memiliki keluarga. Setiap harinya tidak ada satupun rasa kasih yang dia terima, ia mencoba membuka kedua matanya tetapi seluruh badannya terasa lemas. Keringat dingin jatuh mengalir pada pelipis kepalanya, ia tidak sedang baik-baik saja sekarang.
"Kamu baik-baik saja?"
Sohyun menoleh ke arah samping, disana sudah ada Woojun berdiri tepat di ambang pintu Kamar. Ia berusaha mengabaikan pertanyaan dari saudaranya itu kemudian berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya.
Woojun melangkah mendekati Sohyun lalu menempelkan telapak tangannya di dahi Gadis itu dalam diam sekalipun tanpa penolakan dari Sohyun.
"Kamu demam," ucap Woojun.
Sohyun menepis pelan tangan Pemuda itu. Ia hanya ingin cepat-cepat bangun dan pergi ke Sekolah setelah beberapa hari mengambil cuti.
"Tidak perlu Sekolah, istirahat dulu."
"Aku tidak mau," tegas Sohyun. Ia segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju arah kamar mandi sementara Woojun hanya menghela napas pelan disana.
Tidak ada cara lain selain menuruti semua keinginan sang Adik. Woojun berbalik kemudian menutup kembali pintu Kamar Sohyun.
Saat sudah melintasi ruang Keluarga, tiba-tiba saja Kakek Ji datang khas dengan tongkat kayu kokoh miliknya.
"Dimana Ji Sohyun?" tanya beliau.
"Mandi." Woojun hanya menjawab singkat pertanyaan Kakek Ji sembari duduk di Meja makan sesekali mengolesi roti tawar disana dengan selai nanas kesukaannya.
Sohyun datang lengkap dengan seragam Sekolahnya tetapi wajah putih pucatnya masih tidak terlihat baik-baik saja. Ia hanya melewati mereka berdua tanpa sepatah kata seperti sekedar menyapa saja terasa enggan.
"Tidak sarapan dulu?" tanya Kakek Ji disana.
Sohyun menghentikan langkah kakinya lalu memutar badan menghadap ke arah Kakek Ji dan juga Woojun disana, "Aku tidak berselera."
Woojun meletakkan garpu dan pisau ditangannya dengan kasar kemudian menatap Sohyun dengan wajah kesalnya, "Badanmu masih lemah, sarapan dulu." Ia beranjak mendekati Sohyun seraya menarik pelan bahu Gadis itu menuju kursi kosong disampingnya.
"Kamu sakit?" Barulah Kakek Ji menoleh menatap cermat ke arah cucu Perempuannya itu dengan sesekali membenarkan letak posisi kacamatanya, sekilas ia merasa khawatir.
"Hanya demam biasa, lagipula nanti juga sudah baikan." Sohyun berucap ala kadarnya saja, karena jujur rasa pening masih terasa dikepalanya namun masih ia tahan. Ia tidak boleh terlihat lemah disaat-saat begini.
"Tidak menunggu Ibu?" tanya Woojun begitu menyadari pergerakan Sohyun. Ternyata Gadis itu tidak memakan sarapannya melaikan membungkus beberapa potongan sandwicth ke dalam kotak biru kecil miliknya.
"Aku lupa kapan terakhir merasakan sosok Ibu," jawab Sohyun kemudian berjalan cepat meninggalkan mereka disana.
Kakek Ji menghela napas setelah mendengar penuturan tajam dari Sohyun sedang Woojun kembali berperang dengan pikirannya.
Sohyun memelankan langkah kakinya setelah memijak jalan kecil yang terbentang disana. Hari ini cuaca terlihat mendung, tidak cerah juga tidak hujan. Ia meraih ujung jaket tebal yang kini sudah melekat ditubuh kecilnya, berusaha membungkus tubuh panasnya dari terpaan angin dingin disana.
Anak rambutnya yang tergerai bergoyang bergerak mengikuti arah angin. Jarak Sekolah semakin dekat tidak jarang Sohyun sedikit lebih mempercepat langkah kakinya.
Gadis itu menatap sejenak bangunan besar yang kini berdiri kokoh disana. Tidak ada yang istimewa, hanya sebuah bangunan tua dengan para murid yang terlihat biasa-biasa saja. Ia sengaja memilih masuk ke Sekolah ini untuk mencari ketenangan.
"Oh, kamu Sekolah disini juga?"
Suara itu sedikit mengejutkan bagi Sohyun dan langsung saja berbalik menghentikan langkahnya. Napasnya sedikit tercekat setelah menyadari sosok pemilik dari suara berat tadi.
Gong Taehyung. Laki-laki itu sudah berdiri tegap disertai senyum manis merekahnya lagi-lagi cukup membuat Sohyun terkesiap. Sohyun tidak tahu kalau laki-laki ini juga bersekolah ditempat yang sama dengannya.
Sohyun tersenyum kecil kemudian mengangguk menjawab pertanyaan Taehyung. Ia kembali melanjutkan langkah kakinya yang tadi sempat tertunda, melewati hamparan rumput kecil Lapangan yang luas. Ia hanya berjalan lurus dengan sebuah headphone melekat ditelinganya menghiraukan keadaan disekitarnya.
Bukan tanpa sebab, Sohyun hanya tidak ingin mendengar kata atau bahkan kalimat yang tidak mengenakkan disana. Selama ini dia hanya sendiri, terlalu fokus pada buku pelajaran mungkin sebagai pelarian saja.
Taehyung ikut melangkah menyusul Sohyun disana sesekali menoleh menatap wajah Gadis itu.
"Senang bertemu lagi denganmu," ucap Taehyung disana.
Sohyun menghentikan langkahnya sembari melepas headphone hingga mengalung pada lehernya kemudian menatap tidak suka, "Aku pergi."
Taehyung menatap dalam diam kepergian Sohyun dengan ekspresi wajah bingungnya. Bukan karena Sohyun benci setelah bertemu kembali dengan laki-laki ini, namun dia hanya ingin merasa sendiri. Ia hanya ingin merasa tenang di Sekolah ini.
Hari-hari Sohyun memang begini. Dia bukan anak introvert tapi keadaan memaksanya bersikap begitu, setiap hari yang dilaluinya hanya berjalan seperti sekarang ini.
Buk! Buk! Buk!
"Teman-teman cepat kumpulkan tugas di Meja ini," ucap Sohyun sesaat setelah mengumpulkan buku miliknya.
Gadis itu kembali menuju tempat duduknya kemudian memakali lagi headphone berwarna biru miliknya. Ia hanya fokus pada buku pelajaran disana dengan pena kecil yang kini tergenggam erat dijari kecilnya.
Sohyun tidak memiliki teman disana. Bukan mereka semua yang ada di kelas ini tidak mau berteman dengannya, namun ia lebih dulu menghindar karena alih-alih tidak ingin mereka semua tau keadaan keluarganya saat ini. Ia hanya tidak ingin gelar siswi terpandai dan jabatannya sebagai ketua kelas hilang, lenyap begitu saja hanya karena masalah ini.
Suhu badan Sohyun semakin panas, keringat dingin masih saja mengalir diwajah pucatnya itu. Ia kembali mengeratkan pengangannya pada tumpukan buku yang masih tergenggam erat disana. "Kamu kuat Ji Sohyun," gumamnya.
Saat hendak meraih handle pintu ruangan, Sohyun sedikit hilang kendali dan sedikit oleng hingga membuat tumpukan buku jatuh berhamburan disana. Ia memijat sejenak keningnya yang semakin terasa pening,
"Kamu baik-baik saja?"
Sohyun menghela napas, suara ini lagi, batinnya. Ia segera berjongkok memunguti satu persatu buku disana, "Aku tidak apa-apa."
TBC!!!
Kata yang dicetak tebal hanya untuk memenuhi syarat challenge ya.
Mohon untuk vote dan komennya, sebelumnya aku ucapkan banyak terimakasih.
Maafkan segala typo, semoga kalian suka.
See You♡
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]
Teen FictionKenapa di Dunia ini ada nomor dua? Kenapa angka ini memaknai titik jatuh setelah hadir angka satu? Apa yang salah menjadi nomor dua? Sekadar mimpi dan juga harapan yang ia taruh selama ini pada keluarganya. Sekadar harapan akan mimpi-mimpi yang sem...