Taehyung berdiri diam menatap CCTV yang sudah retak tak berfungsi tepat didepan netranya. Mungkin maksud dari ucapan Sohyun kemarin adalah ini, dengan menghela napas pelan, ia beranjak mengeluarkan tangga lipat yang tersimpan di dalam tas besar yang ia bawa.
Karena modal tinggi saja tidak cukup, tangannya tetap tidak bisa menggapai CCTV tanpa bantuan tangga ini.
"Sudah kubilang jangan datang kemari lagi!"
Siapa sangka keseimbangan Taehyung hilang karena kaget mendengar suara sangar didekat sana. Kakinya tak kuasa lagi menopang berat badannya hingga membuatnya jatuh tergelincir ke bawah.
Tidak jatuh dengan keras hingga membuatnya gagal mati. Tinggi CCTV hanya sekitar satu meter dari tingginya. Taehyung berdegub ketika menyadari ia jatuh berdiri sembari menyangga pada kedua bahu Sohyun, saat itu juga netra keduanya bertemu.
Bertukar pandang satu sama lain. Sohyun selalu lemah, netra teduh ini selalu saja menenangkannya. Sejak awal pertemuan mereka pun dirinya selalu saja merasa iri pada pemuda ini.
"Kamu mengagetkan aku saja," ujar Taehyung sembari menjauh mulai menjaga jarak dari Sohyun.
Sohyun menatap pergerakan Taehyung disana, keringat mengalir sesekali pemuda itu merenggangkan pergelangan tangannya secara berulang.
"Kamu terluka?" tanya Sohyun.
Taehyung menghentikan pergerakannya seraya menoleh menatap kembali ke arah Sohyun, "Aku tidak apa-apa."
Sohyun menarik tangan Taehyung, benar saja pergeralangan pemuda itu terlihat memar. Mungkin pemuda ini tidak ingin jatuh menghantam tubuhnya, mungkin saja insiden ini tidak akan terjadi jika ia sedikit tidak menyentak suaranya tadi.
"Aku tidak apa-apa," ulang Taehyung langsung saja menarik tangannya.
"Maaf," ucap Sohyun.
"Aku tidak perlu kata maafmu, jaga baik-baik CCTV ini untuk tetap aktif agar aku tidak kembali datang kemari seperti ucapanmu."
Merasa disindir tidak membuat Sohyun kesal, karena dia masih merasa bersalah atas insiden tadi itu.
"Kamu tidak sekolah?" tanya Sohyun sedikit penasaran setelah melihat lagi pakaian yang kini tengah dikenakan oleh pemuda itu.
Dengan mengemasi seluruh alat-alat miliknya, Taehyung mulai berdiri. "Ada yang lebih penting aku lakukan daripada duduk santai di dalam kelas."
"Kenapa kamu selalu bekerja keras?" tanya Sohyun.
Namun agaknya pertanyaan gadis itu cukup terdengar sensitif ditelinga Taehyung saat ini. Pria itu mengubah sorot matanya menjadi tajam, seperti tidak senang mendengar penuturan kata dari Sohyun.
"Pergilah, aku tidak punya waktu menjawab pertanyaanmu ini."
Taehyung melenggang pergi meninggalkan Sohyun di kejauhan sana. Walau terlihat tidak seperti biasanya, Sohyun bisa membaca dari ekspresi pemuda tadi kalau dia tidak pantas menembus batas privasinya. Entahlah ini hanya simpulan singkat yang ia tangkap tadi.
Sebenarnya Sohyun tidak terlalu peduli kehidupan orang lain seperti apa. Namun kali ini entah apa yang merasuki pikirannya dan hampir membuatnya terserempet pengendara sepeda. Bukan hampir sih sebenarnya, tapi benar-benar jatuh ke tanah gersang dipinggiran jalan setapak.
"Astaga, kamu baik-baik saja nak?"
Sohyun mengangguk sembari membersihkan telapak tangannya yang kotor, dia tidak bisa marah bahkan perasaan ingin memaki saja dia tidak bisa melakukannya. Ini semua memang salahnya yang tidak becus berjalan dengan benar.
"Aku baik-baik saja paman," jawab Sohyun ala kadarnya saja.
"Oh kamu anak waktu itu kan?" tanya beliau.
Sohyun kembali menatap laki-laki paruh baya dihadapannya itu. Terasa sedikit familiar tapi sepertinya penyakit pelupa dia kembali kambuh, ia tidak bisa mengingat dengan jelas kapan sempat bertemu dengan paman dihadapannya itu.
"Maaf," ucap Sohyun.
Laki-laki paruh baya itu tersenyum, segera membantu Sohyun berdiri. "Maaf, paman tidak sengaja menabrakmu tadi."
Baru kali ini Sohyun mendapat perlakuan lembut dari paman ini. Tutur kata beliau, wajah beliau, serta senyum manis yang kini masih terukir jelas diwajah yang sudah tidak lagi muda. Hati Sohyun tiba-tiba berdebar keras, perasaan ini entah mengapa membuatnya merasa sangat senang.
"Tidak apa-apa paman, saya yang salah tidak melihat jalan dengan benar."
Paman itu tersenyum lagi, "Lain kali hati-hati ya. Paman pergi duli," ucapnya.
Sohyun mengamati lebih cermat laki-laki paruh baya itu. Mengapa ia tidak merasa asing? Kenapa hari ini banyak sekali kejadian aneh yang terjadi padanya. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Di kejauhan samar-samar melihat punggung Jihyun, walau sudah seminggu berlalu setelah insiden gadis itu jatuh dan terluka karenanya.
"Jo Jihyun," panggil Sohyun. Benar saja, gadis itu langsung menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Sohyun.
"Kamu memanggilku?" tanya Jihyun.
Sohyun mengangguk pelan, "Aku minta maaf. Walaupun sudah lewat berhari-hari, aku benar-benar tidak sengaja membuatmu jatuh waktu itu."
Walau amat tetasa canggung dengam atmosfir disana, Sohyun tetap saja memberanikan diri bersikap demikian dihadapan Jihyun.
"Aku kira kamu sudah lupa, tapi maaf saat ini aku sedang tidak ingin berurusan dengan orang sepertimu."
Jihyun melenggang pergi begitu saja dengan Sohyun yang terus menatap kepergian gadis itu tanpa berniat menghentikan kembali pergerakan Jihyun disana. Mungkin gadis itu sudah terlanjur tidak suka dengan sikap dingin Sohyun sejak kemarin.
Hidup memang selalu berjalan seperti ini. Sohyun yang terlihat kaku dan tidak bisa dengan cepat membaca situasi. Dia yang terus bersikap dingin padahal jauh dalam hatinya begitu mendambakan banyak kehangatan.
Hati yang sudah terlanjur terselimuti kabut. Apakah nanti beberapa orang bersedia meneranginya dengan penuh sambut?
TBC!!!
Sudah berapa lama ngga up, akhir-akhir ini memang sedang ngga mood nulis dan menelantarkan work ini berhari-hari.
Sekali lagi aku tegasin ya, work ini lanjutan dari "Dear Dream ♣ End To Start" yang gabisa aku lanjut karena sudah END, untuk work ini bakal berlanjut seperti novel aku biasanya.
Basa basi banget kan. Silahkan tinggalkan jejak, vote komen jangan lupa ya. Maaf jikalau belum bisa memenuhi standart baca yang kalian suka (sudah berusaha, saya juga senang jikalau kalian senang baca work ini sejak season 1 & 2)
Cukup sekian, terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]
Teen FictionKenapa di Dunia ini ada nomor dua? Kenapa angka ini memaknai titik jatuh setelah hadir angka satu? Apa yang salah menjadi nomor dua? Sekadar mimpi dan juga harapan yang ia taruh selama ini pada keluarganya. Sekadar harapan akan mimpi-mimpi yang sem...