Dear Dream | Page 04

169 42 29
                                    

Beberapa kalimat terlintas dalam benakku, setiap katanya tak lagi dapat aku artikan dengan benar. Saat beberapa kali mencoba memalingkan diri dan kembali menegaskan walau pada kenyataannya tak bisa lari.

Sohyun memelankan derap langkah kakinya dibawah temaram cahaya redup di ujung jalan. Pancaran cahayanya seakan mengurung dia dalam pekatnya gelap malam dan merekam setiap langkah yang dibuat olehnya.

"Kamu menangis?" ucap Seseorang disana.

Gadis itu termangu sejenak setelah beberapa saat menghentikan pergerakannya. Suara ini terasa familiar setelah mengalun lembut dan tertangkap jelas oleh indera pendengarnya.

"Jangan ganggu aku," jawab Sohyun.

"Aku kesini bukan untuk mengganggumu," ucapnya lagi.

Menampik semua masalah yang ada pada diri Sohyun, Gadis itu sempat menoleh walau pada akhirnya kembali acuh sembari menatap ke depan. Pemuda yang sama saat ditemuinya beberapa hari lalu, kini kembali muncul disana.

Pria itu berjalan menuju mesin boneka tidak jauh dari Sohyun berdiri dengan beberapa peralatan ditangannya tentu semua ini tidak terlepas dari sorot pandang Sohyun.

"Kamu sedang apa?" tanya Sohyun.

"Mengecek kembali mesin ini," jawabnya dengan tersenyum manis.

Senyum itu mampu membuat Sohyun tersentuh hatinya. Ditatapnya lagi paras tampan itu meski keringat mengalir deras dibalik celah topi hitamnya, tanpa sengaja dia tersenyum. Seperti tergelitik setelah menatap ke arahnya. Bahkan saat Pria itu mulai berdiri, Sohyun tetap bergeming.

"Tidak pulang?" tanya Pria itu.

Namun tidak ada tanggapan sekalipun yang terucap dari bibir Sohyun. Gadis itu tetap merasa enggan untuk bersuara. Jangankan pulang ke Rumah, sekedar bertemu penghuninya saja dia segan.

Pria itu menoleh ke samping menatap sebuah Toko Roti kecil disana, "Mau makan sebentar?"

Sohyun menatap Pria itu sekali lagi, apa begini rasanya diperhatikan oleh seseorang? Bahkan saat kedua tangan milik Pria itu mulai mendorong pelan bahunya dari arah belakang dan menuntunnya berjalan masuk, semuanya terasa begitu tiba-tiba.

"Gong Taehyung, sudah pulang?" sapa Pemuda berkulit pucat disana. Menebar senyum manis hingga kedua matanya tenggelam.

"Kak pesan menu biasa saja ya," ucapnya- Taehyung.

Sohyun sempat tertarik setelah melihat percakapan akrab yang dilakukan oleh kedua Pemuda dihadapannya itu. Ia memalingkan kepala melihat begitu lihainya Pria itu menata Roti disana hingga beberapa menit Gadis itu akhirnya sadar kalau orang itu merupakan penyandang disabilitas.

Taehyung berdiri menghampiri Pria bergigi kelinci itu sesekali bertukar senyum dengan mengambil alih nampan berisikan Roti pesanannya.

"Siapa dia?" bisik Pria itu dengan nada pelan.

"Teman baruku," ucap Taehyung dengan tersenyum manis persis seperti yang Sohyun lihat beberapa menit lalu.

Pria itu berbalik melangkah mendekati Sohyun yang masih terdiam tanpa suara dimeja sana. Taehyung menyodorkan Roti itu kehadapan Sohyun, "Makanlah."

Walau sebelumnya sudah sempat bertemu dan bertukar sapa namun kali ini tetap saja membuat Sohyun merasa canggung. Pria ceria seperti Taehyung ini seperti membawanya keluar sejenak dari semua beban dalam pikirannya.

Barulah tangan kecil Sohyun tergerak mengambil garpu minimalis dan mengambil beberapa suap pada Roti rasa nanas. Menikmati makanan itu ditengah malam yang semakin larut tanpa berkeinginan untuk pulang.

"Terimakasih," ucap Sohyun pada akhirnya.

Taehyung mengadahkan pandangannya kembali menatap pada Sohyun dengan mengangguk kecil disana. Walau baru saja menyelesaikan pekerjaan yang sudah lama dia tekuni tetap tidak membuat Pria itu mengeluh bahkan setelah beberapa kali tangan miliknya terlihat sedang mengusap keringat yang mengalir diwajahnya.

Pria berhati hangat dengan senyum manis ini untuk pertama kalinya membuat Gadis kesepian seperti Sohyun merasa begitu tenang. Kenyamanan yang ditawarkan oleh Taehyung cukup membuatnya tersenyum getir.

Sohyun kembali mengecek jam tangannya, hari semakin larut saja. Ia meraih segelas air putih disana dan menegaknya hingga tandas, "Kamu bekerja disini?"

Taehyung kembali menatap Sohyun, "Toko ini milik Kakak aku." Meski sudah berucap dengan jujur namun Pria itu masih saja tidak merasa puas, "Tidak ingin pulang? Sebentar lagi Toko ini akan tutup."

Sohyun tersadar dan segera berdiri. Setelah mengucapkan terimakasih sebelumnya pada Taehyung disana dan mengakhiri pertemuan singkat mereka. Ia kembali berjalan dibawah cahaya yang sinarnya semakin lenyap ditelan kegelapan.

Membawa setiap langkahnya kembali pada jurang sepi dan membuatnya kembali menjadi orang paling menyedihkan di Dunia. Sohyun menghentikan langkahnya sembari menatap handle pintu mewah dengan segala interior mahalnya. Sanggupkah dia kembali masuk ke dalam sana dan berucap kalau hatinya masih baik-baik saja? Bisakah.

"Ji Sohyun," seseorang disana.

Woojun datang menghampiri Sohyun disana, walau Gadis itu sekalipun tidak pernah meminta Pria ini untuk menunggu kepulangannya namun tetap saja dia lakukan.

"Kamu dari mana? Kenapa pulang larut sekali?" tanya Woojun.

Sohyun menghela napas pelan disana, "Bisa berhenti? Aku tidak ingin bicara denganmu."

Woojun terdiam begitu mendengar reaksi yang keluar dari bibir Sohyun. Rasa yang membuatnya tidak lelah terus memberi perhatian walau pada kenyataannya tidak pernah sekalipun dihiraukan oleh Gadis itu.

"Aku tidak ingin melihatmu terus begini," tutur Woojun menatap sendu pada Sohyun.

"Bukankah harusnya aku yang berucap begitu?" sarkas Sohyun.

"Aku tau, aku juga tersiksa disini sama sepertimu!"

Sohyun berkedip menatap Woojun disana. Setelah mendengar kalimat penuh nada yang menyayat itu sudah cukup menjelaskan bahwa tidak ada yang merasa diuntungkan disana. Mereka sama-sama tersiksanya walau setiap kali Woojun menyerah dan ingin sekali kembali pada kehidupannya yang dulu.

"Ji Woojun, aku lelah dan tidak ingin berdebat denganmu."

Sohyun melangkah pergi begitu saja meninggalkan Woojun disana. Dua insan yang sama-sama terluka dengan sayatan lebar dalam hatinya. Rasa yang seharusnya tidak melebar dan membuat banyak orang tersakiti walau seberapa besar mencoba mengelaknya namun tidak bisa.

Seberapa keras Gadis itu mencoba namun jiwanya tidak setegar dan sekuat orang diluar sana. Ketika air mata itu kembali jatuh mengalir begitu saja diwajahnya, beberapa hal, beberapa fakta dan juga sebuah kenyataan pahit harus ia telan sekaligus. Ji Woojun, maafkan aku, batin Sohyun.

TBC!!!

Kenapa yang vote makin sepi aja ya😭

Aku ada satu cerita sempet publish disini juga tapi unpub lagi karena dalam pengajuan naskah untuk terbit. Awalnya pengen make cast Taesso tapi banyak penerbit yang angkat tangan genre fanfiction karena hak cipta, kalian setuju ngga kalau aku make nama lokal ke-koreaan? Taehyung aku kasih nama Vee, ada saran buat nama panjangnya? Untuk nama cewenya alhamdulillah sudah ada ya. Nanti jangan lupa Order bukunya😭😭

Jangan lupa tekan tombol ⭐ dipojok kiri bawah ya tolong hargai tulisan ini.

Hanya berharap kalian bisa memaklumi kekurangan dari cerita ini. Vote 50 bisa yuk nyenengin hati raay dulu yang semakin kesini makin terasa hambar tiap kali pengen nulis:()

Terimakasih juga teruntuk kalian yang selalu ikutin cerita ini,

Sampai jumpa♡

DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang