Dear Dream | Page 06

139 36 14
                                    

Pulang sekolah Sohyun tidak langsung pulang ke Rumah. Suhu badan Gadis itu juga sudah agak sedikit berkurang setelah sempat beristirahat diruang UKS Sekolah. Masih dengan setelan jaket tebalnya, Sohyun kembali mengeratkan kain tebal itu untuk membungkus tubuhnya.

Sesekali menendang kerikil kecil yang ia temui disepanjang jalan ke segala arah. Ia sepertinya tidak punya tempat untuk dituju sekarang, tidak ada satupun tempat untuk bersinggah yang membuatnya merasa nyaman dan aman setiap saat.

Mengingat beberapa jam lalu dia sempat bertemu dengan Pria berpemilik senyum manis saat berada di Sekolah. Sohyun jadi memikirkan laki-laki itu sekarang. Entah atau bagaimana bisa sosoknya itu bisa menyita seluruh pemikirannya saat ini, laki-laki asing itu kerap kali membuatnya berpikir disela kedipan mata dan heningnya sunyi.

Sohyun menghentikan langkahnya tepat didepan sebuah mesin koin boneka, menatap benda besar didepannya itu dalam diam dan kembali memutar memorinya pada hari itu. Ia masih ingat jelas, ditempat ini walau bukan menjadi tempat pertemuan mereka yang pertama namun cukup membekas dalam otaknya.

Tangan kecilnya ia gunakan untuk merogoh kedalam saku jaket, mengambil beberapa koin disana. Namun saat akan memasukkan koin itu, pergerakannya malah tertahan oleh tangan seseorang yang sudah lebih dulu mencegat tangannya. Seperti sudah bisa menebak sosok itu, langsung saja Sohyun menoleh menatap kesal pada orang itu.

"Mesinnya masih rusak," ucap orang itu.

Sohyun terdiam menatap sosok lain kini berdiri tegap tak jauh dari tempatnya berpijak. Entahlah, ia hanya berpikir orang ini adalah laki-laki itu lagi. Namun perkiraannya malah salah besar hingga kembali membuat Gadis sebaya disana berkerut heran menatap ke arahnya.

Gadis bersurai hitam dengan seragam yang sama persis dengan Sohyun kembali membuat ia terdiam. Bukannya Sohyun tidak mau mengeluarkan suara dan berbicara pada rekan sebayanya itu. Hanya saja ia merasa Gadis ini cukup membuatnya seribu kali untuk berpikir panjang.

"Kamu ketua kelas kan? Namaku Jo Jihyun." Gadis itu tersenyum manis sembari mengulurkan tangannya kedepan. Tetap tersenyum walau tak ada tanggapan sekalipun dari Sohyun.

Sepertinya Sohyun mengabaikan salam perkenalan tadi. Ia kemudian berbalik memutar arah dan kembali melangkah pergi menghiraukan Gadis cantik bermata sipit disana.

"Ji Sohyun."

Sohyun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Gadis tadi dan juga sosok lain yang ikut hadir disana. Masih dengan diam dengan segala pertanyaan dalam pikirannya, Gong Taehyung. Laki-laki itu berdiri tegap di samping Gadis bernama Jo Jihyun. Ia menatap mereka bergantian.

Jihyun melangkah mendekat sembari menarik kecil lengan Sohyun disana membuat pemilik lengan itu merasa sedikit kaget dengan pergerakan tiba-tiba itu. Sohyun ingin sekali menolak ajakan gadis itu namun tubuhnya sudah lebih dulu diseret masuk ke dalam Toko Roti milik kakak Taehyung.

Di dalam sana masih sama dengan penjaga Toko yang sama, tidak ada sedikitpun yang berubah. Meski canggung saat duduk berdua dengan Jihyun sementara Taehyung masih membenarkan mesin koin boneka diluar, ia sempat-sempatnya melirik ke arah sekitar. Menelisik lebih cermat seluruh sudut ruangan menghiraukan gadis dihadapannya itu.

"Tumben mengajak teman kesini," ucap penjaga Toko dengan terkekeh pelan.

"Aku bukan temannya," tegas Sohyun.

Jihyun hanya tersenyum kaku disana menatap ke arah penjaga Tokoh. Ia tidak mempermasalahkan sikap dingin Sohyun ini dan malah berdiri mengambil roti pesanannya.

"Maaf sudah menarikmu tanpa izin," ucap Jihyun sembari menyodorkan satu porsi roti dihadapan Sohyun.

"Kalian sudah di dalam?"

Mereka menoleh menatap kedatangan Taehyung lengkap dengan tas kecil dalam gendongannya. Laki-laki itu datang dengan topi hitam miliknya, kali ini Sohyun kembali dibuat diam. Jihyun tersenyum menanggapi ucapan Taehyung sesekali mengunyah roti miliknya.

"Tidak bosan makan roti disini terus?" tanya Taehyung.

Sohyun yang hendak memakan rotinya kini beralih menatap laki-laki itu, ia pikir Taehyung sedang mengajaknya bicara.

"Aku tidak akan pernah bosan makan roti disini hehe," jawab Jihyun.

Sohyun beranjak dari duduknya dan membuat ketiga orang yang ada disana menatap tanya. Gadis dingin dan pendiam ini menatap mereka bergantian dan berkedip pelan, "Aku harus pergi."

Angin lagi-lagi berhembus kencang menerbangkan setiap anak rambutnya yang tergerai. Hanya beberapa jarak lagi Sohyun tiba di Rumahnya, saat tangannya mulai memegang handle pintu namun sang Ibu justru lebih dulu muncul disana.

"Aku dengar kamu sakit," ucapnya.

Sohyun, "aku tidak butuh perhatian Ibu."

Wanita paruh baya itu tersenyum manis, sangat manis hingga membuat Sohyun sendiri muak walau sekedar menatapnya. Saat tangan Wanita itu mulai terulur membelai wajah Sohyun dengan lembut sesekali merapikan rambut hitam disana.

"Masuklah, minum obatmu."

Hanya kalimat singkat ini lagi-lagi membuat Sohyun merasa benci. Ia menangkis tangan sang Ibu kemudian menatap lebih cermat pada wanita itu sekali lagi, "Bertemu selingkuhan lagi?"

Wanita itu mengubah ekspresi wajahnya. Ia merasa kesal setelah mendengar kalimat sarkas yang keluar begitu saja dari mulut Sohyun, anaknya sendiri.

"Ibu punya anak perempuan, apa rela melihatnya sama hancurnya sepertimu."

"Cukup Ji Sohyun!!" ucap beliau sedikit menggertak dihadapan Sohyun.

Beginilah Keluarga Ji. Sohyun tersenyum samar melihat Wanita yang kerap kali digadang-gadang dengan sebutan Ibu itu dikejauhan sana. Bahkan setiap kali dia berusaha menyinggung, Wanita itu tetap sama, sama sekali tidak berkutik.

Tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang tidak mengenakkan sama sekali bukan keinginan Sohyun, andai saja ia bisa memilih dan mengubah nasib. Ia bahkan sudah lama merindukan sosok hangat seorang Ibu, namun sekarang apa gunanya itu?

Sohyun melangkah masuk ke dalam Rumah sunyi seperti tak berpenghuni disana. Beberapa menit lalu Ibunya sudah pergi meninggalkan kediaman mewah ini dengan alasan yang sangat Sohyun benci.

"Sudah pulang? Bagaimana kondisimu?" Woojun datang. Kali ini laki-laki itu terlihat begitu perhatian pada Sohyun setelah mengambil alih tas Sekolah milik Adiknya itu.

"Kenapa tidak mencegah Ibu?" tanya Sohyun, masih dengan nada dinginnya.

"Aku tidak bisa," jawab Woojun.

"Sampai kapan terus bersikap lemah?" sarkas Sohyun. "Dia juga Ibumu, kau berhak mengurungnya disini sama sepertiku."

TBC!!!

Halo, ketemu lagi xixi.

Semoga suka cerita ini ya, jangan lupa hargai cerita ini😭 vote komennya aku tunggu loh.

Raay sengaja ngga negasin latar cuaca di bagian ini karena syarat challenge. 1k view yuk bisa😭😭✊

Oke cukup sekian, see you next.

DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang