BRAK!
Kamera CCTV yang baru saja diperbaiki kini kembali hancur tidak terbentuk setelah dilempari batu dengan keras oleh Sohyun. Bukannya tidak mau menghargai usaha pemuda itu, namun dengan membiarkan CCTV tetap rusak bisa membuatnya tidak selalu merasa diperhatikan dari dalam Rumah.
Sohyun berjalan pergi begitu saja setelah semua yang terjadi barusan. Ia melangkah kecil dengan arah lurus ke depan tanpa menghiraukan orang sekitar.
Pagi ini harusnya dia sudah mendonasikan barang-barangnya. Namun malah berakhir gagal dan membuatnya terus melangkah tanpa arah.
PLAK!
"Anak tidak tau malu!"
Sohyun menghentikan langkah kakinya sejenak seraya menatap sumber suara yang berhasil menyita seluruh pandangannya.
"Tidak juga jera datang kemari huh!"
"Ayah."
Mata Sohyun memicing. Beginilah hidup berjalan, tidak hanya kisahnya saja yang menyedihkan. Namun beberapa dari orang mungkin tengah merasakan hal yang sama sekarang.
"Ji Sohyun."
Merasa namanya terpanggil, ia kembali membatu dan menatap datar pada sosok yang kini tengah berjalan mendekat ke arahnya.
"Berangkat sekolah?" tanyanya namun tidak ada tanggapan sekalipun dari Sohyun.
"Sudah sarapan belum? Aku-"
"Jo Jihyun," potong Sohyun sembari menatap jengah ke arah lawan bicaranya itu.
"Woah, akhirnya kamu jawab juga."
Sohyun tidak mengindahkan semua celotehan Jihyun. Selain memang cuek, suasana hati gadis itu juga sedang tidak baik saat ini.
"Pergilah, aku tidak ada urusan denganmu."
"Mau kemana?"
Jihyun mencegat pergelangan Sohyun karena gadis itu tiba-tiba berbelok dari jalan yang seharusnya menuju arah sekolah.
Sohyun menatap tajam pada Jihyun, "Aku paling tidak suka ada orang yang sibuk mengurusi orang lain karena rasa keingintahuannya." tidak lupa menangkis pelan genggaman tangan Jihyun.
"Apa kamu memang selalu begini?" tanya Jihyun menghentikan pergerakan Sohyun.
"Apa rasa penasaran orang lain sangat mengganggumu? Aku hanya ingin berteman denganmu, apa aku salah?"
Tanpa berbalik, Sohyun berkedip pelan. Apa itu pertemanan? Yang ia tahu hanyalah sepi yang selalu mendominasi hidupnya.
"Aku tidak butuh teman, jangan buang-buang waktumu untuk hal tidak penting seperti ini," jawab Sohyun.
"Mustahil, di dunia ini tidak ada seorang pun yang bisa berdiri sendiri." Jihyun ternyata masih kukuh akan presepsinya yang bertolak belakang dengan Sohyun.
Sohyun tidak menjawab lagi, dia kembali berjalan pergi meninggalkan Jihyun bersama keranjang berisi barang miliknya yang sudah tak terbentuk disana.
Jihyun menatap dalam kepergian Sohyun. Atensinya secara tidak sengaja menangkap kotak keranjang disana, ia berjongkok hendak meraih benda yang sudah hancur berkeping diatas tumpukan baju.
Saat itu juga Jihyun menghela napas pelan setelah melihat sebuat tulisan kecil disana, pantas saja tadi Sohyun sangat sensitif padanya. Dia jadi merasa bersalah sudah bersikap seperti tadi.
___
Entah bagaimana Sohyun lagi-lagi memijakkan kaki ditempat ini. Entah daya tarik apa yang menuntun nalurinya untuk sampai di Toko Roti ini. Dengan hela napas dan memberanikan diri masuk ke dalam.
"Selamat datang Sohyun," sapa Jinwoo disana dengan senyum cerah merekahnya.
"Pesan rasa apa?"
Sohyun setengah kaget begitu mendengar suara yang berasal dari belakang. Ternyata Taehyung sudah berdiri tegap disana seraya berjalan menyamping melewatinya begitu saja.
Merasa tidak ada jawaban dari Sohyun, Taehyung menatapnya sekali lagi. "Kamu bisu?"
Sohyun berkedip pelan, kalimat tanya tadi seakan menyindir balik dirinya. Kenapa? Karena pemuda itu sedang meniru kata pedasnya beberapa jam yang lalu.
"Sembarang saja," jawab Sohyun dengan singkat.
Taehyung mengangguk paham, tidak lupa memakai apron merah bata khas Toko ini. Dengan nampan berisikan porsi Roti beserta minuman manisnya, pemuda ini berjalan santai mendekati meja Sohyun.
"Kamu bolos sekolah ya?" tanya Taehyung begitu saja setelah ikut duduk menemani gadis itu.
Sohyun mengeratkan jaket yang dikenakannya sesekali menyuap beberapa potong roti. "Tidak hanya aku, kamu juga begitu."
Taehyung tersenyum tipis namun setelahnya memilih menyandar pada penyangga kursi, "Aku di skors tiga hari."
"Apa?"
Taehyung kembali menatap Sohyun, "Aku punya alasan kuat mengapa tidak pergi ke sekolah."
Di rumah, Nara duduk dengan segala pikiran gelisahnya. Sejak kepergian Sohyun tadi, untuk pertama kalinya dia merasa bersalah pada gadis itu.
"Woojun mau kemana?"
Woojun menghentikan langkah kakinya sembari menatap enggan pada sang Ibu.
"Aku mau kemana juga bukan urusan Ibu," tukas Woojun.
Nara berdengus kesal sesekali menatap kepergian Woojun disana. Dengan langkah cepat ia duduk di Sofa empuk tidak lupa meneguk sejenak teh hangat yang sudah tersedia disana.
"Kamu kenapa?" tanya Kakek Ji saat melintasi ruang tamu.
"Aku tidak bisa berpikir jernih, Ayah." Nara mengusap pelan wajahnya sesekali memijat pelipisnya yang tidak sakit.
"Ada apa lagi?"
Nara menatap Kakek Ji dengan tatapan risaunya, "Ayah Sohyun masih hidup."
TBC!!!
Maaf guys lama tidak up work ini..
Jangan lupa vote komen banyak² ya, semoga kalian suka season 2 ini. Yang pasti konflik bakal dibahas tuntas di season ini ya.
Oh iya, bulan ini aku bakal po-buku Dreaming Of You. Awalnya pengen make cast taesso cuma gabisa karena hak cipta. Nanti aku publish kapan po-nya ya♡
Cukup sekian, maaf tidak bisa nulis banyak² untuk malam ini karena urgent juga.
See you next ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]
Teen FictionKenapa di Dunia ini ada nomor dua? Kenapa angka ini memaknai titik jatuh setelah hadir angka satu? Apa yang salah menjadi nomor dua? Sekadar mimpi dan juga harapan yang ia taruh selama ini pada keluarganya. Sekadar harapan akan mimpi-mimpi yang sem...