Pagi ini Sohyun sengaja berangkat pagi sekali, dia hanya ingin menghindar dari sang Ibu. Semua rasa lelahnya kian membisu hingga membuat bibirnya bergetar kelu. Dia yang kini terasa semakin kaku, mungkin ini hanya sebuah alasannya kenapa sampai detik ini hatinya selalu membeku.
"Ji Sohyun," panggil seseorang disana.
Sohyun menghentikan derap langkah kakinya begitu mendengar orang lain menyebut namanya dengan begitu lantang. Ia menoleh sejenak menatap perawakan tua yang nampak tidak begitu asing dimatanya.
"Anda memanggil saya?" tanya Sohyun.
Pria paruh baya itu mengangguk sembari berjalan mendekat ke arah Sohyun berada. Dengan senyum merekah terpatri di wajahnya, "Benar kamu Ji Sohyun?"
Meski agak takut, Sohyun tetap mengangguk mengiyakan pertanyaan laki-laki paruh baya itu.
"Bagaimana kabarmu, anakku."
"Anakku?"
Napas Sohyun bagai tercekat sekaligus merasa bungung diwaktu yang bersamaan, jantungnya seakan berhenti berdetak setelah mendengar kalimat itu barusan.
"Maaf siapa Anda sebenarnya?" tanya Sohyun dengan nada tegas.
"Maafkan aku," ucap laki-laki perawakan tua disana.
"Kenapa minta maaf? Anda pikir saya akan langsung percaya begitu Anda menyebut kata anakku?"
Laki-laki itu mendunduk sejenak, tatapannya berubah menjadi sayu. Semua ucapan Woojun kemarin benar adanya, gadis ini terlihat begitu menyedihkan.
"Dua puluh tahun lalu, aku pernah berhubungan dengan Nara-ibumu. Waktu itu tiba-tiba saja Nara datang padaku dan berkata kalau dia tengah hamil kamu," jelasnya.
Kedua tangan Sohyun terkepal kuat, "Lalu dengan begitu Anda pergi meninggalkan kami?"
Laki-laki itu kembali menggeleng, ia menatap lekat-lekat pada Sohyun. "Kamu tahu apa kesalahan fatal yang ibumu lakukan padaku dulu? Dia berani berselingkuh saat masih mengandungmu."
Mata Sohyun berkaca-kaca, faktanya memang begitu. Sampai detik inipun ibunya masih sering melakukannya. Tidak ada yang benar sekalipun dari Nara.
"Waktu itu kenapa Anda tidak bunuh saja aku?"
Laki-laki paruh baya itu terkejut mendengar penuturan Sohyun.
"Waktu itu kenapa Anda membiarkan aku tetap lahir dari wanita sepertinya!"
"Sohyun," ucapnya tersendat.
"Aku tidak butuh dunia, aku benci semuanya hiks." Sohyun menangis kencang disana, untuk pertama kalinya dia terlihat begitu menyedihkan didepan laki-laki asing yang kini tengah mengaku sebagai ayahnya.
"Maafkan Ayah," ucapnya memberanikan diri untuk mendekat dan memeluk tubuh Sohyun. Mencoba memberi ketenangan pada gadis itu.
"Aku marah, Aku muak. Aku bahkan sudah berkali-kali mengutuk ibuku sendiri."
"Aku benar-benar minta maaf."
Sohyun tidak melawan sedikitpun, bodoh kalau dia tidak merasakan sebuah ikatan batin antara anak dan Ayah disana. Ia malah merasa begitu tenang dalam dekapan laki-laki ini.
Joo Hyunjin, ia mulai melepas pelukannya sesekali mengusap lembut air mata yang kini mengalir di wajah Sohyun.
"Aku tidak tahu kalau hadirmu malah menjadi kesialan disana, aku juga tidak menyangka gadis sepertimu malah tidak menginginkan dunia."
Sohyun mulai menundukkan kepalanya. Wajahnya yang sembab kini tertutupi rambut hitam panjangnya yang terurai.
Hyunjin tersenyum tipis sesekali mengusap lembut surai Sohyun. "Aku senang bisa bertemu denganmu," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]
Novela JuvenilKenapa di Dunia ini ada nomor dua? Kenapa angka ini memaknai titik jatuh setelah hadir angka satu? Apa yang salah menjadi nomor dua? Sekadar mimpi dan juga harapan yang ia taruh selama ini pada keluarganya. Sekadar harapan akan mimpi-mimpi yang sem...