Dear Dream | Page 10

51 19 1
                                    

"Mau kemana?"

Kalimat tanya tadi berhasil menghentikan langkah kaki Sohyun. Sembari mengeratkan jaket tebal yang tengah ia kenakan tak lupa menatap enggan pada rupa sang Ibu disana.

"Berhenti bersikap peduli padaku," ucap Sohyun dengan nada dingin khasnya.

Wanita itu menatap kotak kardus disamping Sohyun, "Apa itu? Kamu ke Panti Asuhan lagi?" walau tidak mendapat tanggapan dari sang anak, Nara memilih berjongkok membuka kotak itu dengan sedikit tergesa.

"Hentikan," ucap Sohyun.

Sepertinya Nara tidak mendengarkan seruan halus dari bibir Sohyun. Tangannya masih lihai bergerak mengacak isi kardus dengan seksama.

"Aku bilang hentikan!"

Nara termangu setelah mendapati barang yang kini tergenggam erat ditangannya. Siluet mata merahnya kembali membuncah, "Hari ini jangan keluar Rumah."

"Aku tidak bisa," jawab Sohyun hendak mengambil alih kardus disana namun Nara lebih dulu merobek beberapa baju tidak lupa melempar keras kotak musik ditangannya hingga hancur berkeping.

"Ibu!!" teriak Sohyun.

"Kenapa? Kamu marah? Masih berani membentak Ibumu?"

Sohyun memalingkan pandangannya menatap kotak musik klasik yang sudah tidak terbentuk itu, meski enggan untuk mengakui jikalau benda itu adalah hadiah pertama pemberian sang Ibu, dulu sekali.

Kedua tangan Sohyun mengepal sembari tersenyum kecut, "Ibu tau kenapa aku membencimu sampai sekarang?"

"Ji So Hyun! Ibu tidak pernah menyuruhmu membuang semua barang-barang berharga ini!"

"Ibu tau apa makna kata berharga? Semua barang ini," ucap Sohyun seraya menunjuk semua barang yang akan ia donasikan tadinya, "Apa Ibu tau aku menjadi lebih baik setelah melepas semua kenangan itu? Ibu tidak tau lalu untuk apa sok peduli tentangku!!"

Nara kembali dibuat bungkam setelah melihat bahu bergetar Sohyun diiringi dengan tetesan air mata diwajahnya. Ya, Gadis itu tengah menangis marah disana. Menampik semua kenangan lalu yang sangat ingin ia hapus secara permanen.

"Saat Ibu mengurungku aku diam, saat Ibu melakukan deskriminasi padaku aku juga diam. Wanita ini selalu mengambil semuanya dariku, Ibu terlalu kejam."

Sohyun memungut semua isi kardus yang sudah berserakan dan mengumpulkannya kembali. Ia berdiri bersama kardus yang kini sudah berada dalam genggaman kedua tangannya.

"Ibu hanya memimpin dan aku bebas bergerak kapan saja," ucap Sohyun seraya berlalu darisana.

Nara tidak bisa melawan ucapan Sohyun barusan karena dia sudah kalah telak. Ia menoleh menatap kepergian Gadis itu yang perlahan menghilang dibalik pintu utama Rumah Keluarga Ji.

Sohyun menghentikan langkahnya setengah kaget setelah menyadari ada orang lain diluar pagar halaman Rumahnya. Sosok yang kerap kali menjelma dengan seribu bidangnya. Ia berjalan mendekat, "Apa sekarang semua pekerjaan milik kamu?"

Orang itu tidak menjawab, masih fokus membenarkan CCTV yang rusak tanpa menghiraukan pertanyaan Sohyun. Ia hanya terdiam setelah sebelumnya tidak sengaja mendengar perdebatan di dalam Rumah itu.

Sohyun berdengus pelan, "Kamu bisu ya?" ucapnya sedikit kasar.

"Apa jawaban dariku sangat penting?" tanyanya.

"Kamu menguping pembicaraan kami di dalam?"

Orang itu masih bergelut dengan peralatan miliknya tidak lupa sesekali membenarkan posisi topi hitam yang sejak tadi sudah bertengger rapi dikepalanya.

"Aku tidak pernah menguping pembicaraan orang lain, asal kamu tahu."

Sohyun menunjuk papan kecil ditembok Rumahnya, "Tidak baca? Aku minta CCTV tetap rusak."

Orang itu mengemasi peralatan miliknya, barulah menatap Sohyun dengan benar. Sorot mata teduh ini kembali membuat Gadis bersurai hitam disana bungkam. Ia nampak begitu sabar menghadapi perilaku kekanak-kanakan dari Sohyun.

"Sepertinya kamu sedang tidak baik," ucapnya seraya berbalik hendak melangkah pergi namun lengannya malah ditahan oleh Sohyun.

"Tolong rahasiakan semua ini," ucap Sohyun setelahnya.

Tatapan mata ini memang terlihat tajam namun memiliki arti yang begitu mendalam. Bahkan setelah mereka beradu tatap pun ia dapat dengan mudah membacanya.

"Cukup kamu saja, hanya kamu yang melihatku menyedihkan seperti ini. Jangan orang lain," tutur Sohyun sedikit mengecilkan suaranya.

Orang itu menatap Sohyun dengan seksama.

"Tetaplah berpura-pura tidak tau didepan semua orang," lanjut Sohyun. Dengan melepas genggaman tangannya dan melangkah pergi meninggalkan sosok itu dengan penuh tanya.

TBC!!!

Halo semua mana suaranya nih.

Pengen nepatin janji buat lanjut DEAR DREAM ini loh ya semoga kalian suka. Saran sebelum baca cerita ini sebaiknya kalian lebih dulu baca seri 1 ya.

Vote komen sebanyaknya, aku tunggu loh😉

Cukup sekian, see you babay♡

DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang