Dear Dream | Page 09

187 38 19
                                    

Siang ini mereka semua berkumpul bersama dalam satu meja panjang dengan ruangan yang dipenuhi oleh bunyi dentingan sendok dan piring. Di ruang makan ini Sohyun banyak terdiam sesekali menyantap makanannya.

Menghiraukan keberadaan Woojun yang tengah duduk disampingnya dan juga kedua orang dewasa didepannya itu.

"Sudah minum obat?" tanya Woojun disana sembari memberi sepotong lauk di piring Sohyun. Ia baru menyadari saat melihat cara makan sang Adik yang terlihat tidak begitu berselera.

Nara- Wanita paruh baya itu mendongakkan kepalanya sejenak mengikuti arah pandang putra kesayangannya, Woojun. Dalam diam sembari menatap Sohyun disana tanpa ingin bersuara barang sekalipun.

"Belum," jawab Sohyun dengan singkat. Ia melewatkan jam minum obatnya sebelum makan. Sebenarnya ia tidak pernah periksa ke Dokter diluar sana namun lebih mengandalkan obat yang diberi oleh Dokter pribadi keluarga Ji.

Woojun menghela napas, Sohyun selalu saja lalai merawat kesehatan tubuhnya.

"Sudah, jangan bicara saat makan," tegur Kakek Ji.

"Aku selesai." Sohyun hendak berdiri meninggalkan ruangan itu.

"Mau kemana? Makananmu belum dihabiskan," tukas Woojun.

Masih berdiri disana, Sohyun menatap enggan pada perawakan Wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibunya sendiri. Sejak tadi tak ada sekalipun interaksi yang keluar dari mulut keduanya. Hubungan mereka tidak pernah harmonis meskipun dalam status Ibu dan Anak.

"Aku tidak berselera lagi makan didepannya," sarkas Sohyun.

Di ruang yang semakin mencekam auranya, Nara menggrebak meja makan sesaat sebelum meletakkan sendok makannya. Wanita itu menatap tidak suka pada Sohyun dan merasa kalimat tidak mengenakkan tadi tertuju padanya.

"Kalau begitu harusnya sejak tadi tidak usah ikut bergabung disini," kata Nara dengan nada sedikit meninggi.

"Ibu!" Woojun sedikit membentak Wanita didepannya itu, "Sampai kapan kita terus begini."

Nara tidak menjawab Woojun dan langsung berdiri meraih tas merah cantik disampingnya itu. Melihat penampilannya malam ini cukup membuat Sohyun kembali berdengus pelas disana.

"Mau bertemu selingkuhan lagi?" sindir Sohyun sesaat untuk yang kesekian kalinya dia berucap demikian hingga menghentikan pergerakan Nara- Ibunya. Silsilah keluarga mereka hancur sejak ia dilahirkan tanpa seorang Ayah.

"Cukup Ji Sohyun!"

Sohyun menoleh, tersenyum kecut menatap ke arah Kakek Ji disana, "Kenapa? Aku salah lagi?"

"Masuk ke kamarmu," ucap Kakek Ji.

"Kakek tidak malu terus menerus melindungi orang seperti Ibu? Beginikah cara Kakek membesarkan seorang anak?"

Plak!!

"Cukup!"

Sohyun mengusap bekas tamparan sang Ibu seraya menatap benci padanya.

"Aku tidak habis pikir," ucap Sohyun.

"Kamu baik-baik saja?" Woojun berjalan mendekati Sohyun dan ingin memeriksa wajah sang Adik namun lebih dulu tangannya ditangkis pelan oleh Sohyun.

"Aku tidak butuh belas kasihmu," ucap Sohyun.

"Ji Sohyun!"

Woojun menatap sendu kepergian Sohyun disana. Ia tidak bisa membayangkan seberapa banyak rasa sakit dan rasa tidak adil yang kerap kali diterima oleh sang Adik.

"Aku kecewa sama kalian berdua," tukas Woojun menatap Kakek Ji dan Nara secara bergantian.

"Woo Jun duduk!" tegas Nara namun suaranya ini tidak didengarkan lagi oleh Woojun.

DEAR DREAM ♣ End To Start [Taesso Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang