26. Kena Getah 2

1.5K 269 23
                                    

"Eh, itu bukannya kelas XI IPA 4?" ucap salah seorang siswa di gerombolan yang tengah menyusuri lorong sekolah. Mereka dalam perjalanan ke lapangan untuk berolahraga--jam mata pelajaran pendidikan kesehatan jasmani.

"Oh, iya ... ya. Kok kaya horor gitu? Ini masih pagi 'kan?" Salah seorang temannya mendongak untuk memastikan langit masih dalam keadaan cerah, lalu ia menatap kembali ke arah kelas XI IPA 4 tadi.

Suram ... gelap ... dan tampak mengeluarkan aura jahat.

Merinding. Gerombolan para anak-anak XI IPS 2 itu langsung berkeringat dingin.

"K-Kaya ada awan hitam di atap kelas mereka ...."

"Gak sampai situ, e-emang kalian bisa liat manusia di dalam sana? Cuman ada kegelapan!"

"Fiuh ... untung gue gak masuk IPA. Untung pas tes gagal."

"Beruntungnya jadi orang bego."

"Y-Yah ... gak salah sih."

"Guys, cepetan yuk. Perasaan gue gak enak mandang itu kelas lama-lama."

"Kelas IPA ngeri banget, cok!"

Gerombolan tersebut pun lari seperti orang yang sudah melihat penampakan hantu di siang bolong, meski sekarang ini masih dalam hitungan pagi. Keributan mereka sempat menarik perhatian Risky yang tengah berdiri paling dekat dengan pintu kelas.

"Lihat apa kamu Risky?" tegur Pak Anton segera. Membuat nyali Risky terguncang karena kaget.

"M-Maaf, Pak." Risky berucap lirih sembari menunduk kembali. Meratapi nasib.

"Ini yang bikin Indonesia maju,"celetuk Ivan yang juga jadi ikut-ikut di hukum untuk berdiri di depan kelas bersama Anes, Dzaka, Reno, dan tentunya Risky tadi.

"Anu ... Pak." Reno masih berusaha menyalamatkan diri. "Kok saya sama Risky jadi dihukum juga? Bukannya kami gak telat tadi?" Mana bisa Reno menerima penganiayaan ini!

Tampak wajah Pak Anton sekeras tembok baja. "Kalian 'kan temenan. Jadi harus bersatu. Sama-sama rasain sakitnya gimana, bukan gitu, Dzaka?" Guru tak kalah gila ini malah mencari pembenaran.

Dzaka hanya dapat menyengir menyebalkan bagi Reno, Risky, dan juga Ivan. "Bener banget, Pak!" sahut pemuda ini semangat. Siapa yang tidak senang melihat teman sendiri ikut sengsara seperti ini?

"Kan udah gue bilang diem aja." Ivan memicingkan pandangan pada kedua temannya yang bernasib malang.

"Awas aja lo nanti anjrit!" Reno mendelik Dzaka seperti elang yang ingin menerkam mangsa dengan cakar-cakar nan tajamnya. "Guru gila mana lagi yang ngehukum kita karena temanan sama Jaka Tarub begini?"

Ivan melebarkan senyuman. "Cuman Bapak seorang," sahutnya ringan. Dia memang sudah menerima hukuman karena terlambat, tapi akibat ulah biadab Dzaka dan Anes di depan pagar tadi ... Ivan juga kena getahnya.

"Oke, udah cukup. Kalian bisa kembali ke kursi masing-masing." Hukuman yang Pak Anton berikan memang terbilang ringan, hanya sekali dua kali pukul dengan rotan. Tapi bagi mereka, dari pada sakit, lebih kepada rasa malu.

"Bangke emang lo!" Reno yang emosian dijalan balik ke kursinya, masih sempat memukul kepala Dzaka.

"Sabar woi! Entar aja kita hajar dia." Risky menarik Reno. Tidak ingin membuat keributan tambahan yang bisa membuat mereka kena hukuman--lagi.

"Nes." Dzaka tidak begitu peduli dengan pukulan keras Reno tadi, ia malah mendekatkan wajah ke telinga sang kekasih.

"Hm?"

"Kita harus balas dendam nanti," ungkapnya dipenuhi tekad dan bara api yang mengilat dari netra hitamnya.

Anes langsung mengangguk tanda setuju. Ia mengepalkan kedua tangan. "Harus!" Lalu duduk di bangkunya kembali.

Pasangan PrikkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang