15. Lebih Penting

2K 378 19
                                    

“Kaaa!” Anes berteriak dengan lengkingan suara seperti bunyi sangkakala di hari kiamat kelak. Membuat beberapa orang yang masih tersisa di kelas mau tidak mau jadi menutup telinga mereka, atau meringis kesal seperti Dzaka.

“Paan?” Pemuda ini tampak waspada, meski ia membiarkan Anes bergelantungan seperti monyet kelaparan di lengannya.

Air bening masih mengalir dari mata sembab Anes, ia mendongak demi bisa menatap wajah Dzaka dengan pandangan memelas. “Lagi sedih …,” rengek Anes terdengar seperti lirihan.

“Bagus, dong. Lo terlalu bahagia, itu gak adil buat orang yang hidupnya berat dan banyak beban,” balas Dzaka dengan wajah datar dan terlihat malas.

“Aaaaa! Rese banget, sih!”” Anes mencubit perut Dzaka dan menendang tulang kering pacarnya itu secara brutal. Sangat sakit sampai-sampai Dzaka mengira kalau Anes ini jangan-jangan titisan dari Bruce Lee.

“Bego! Bego! Bego!” lontar Anes semakin menggila.

Dzaka yang sudah terbiasa menjadi samsak pelampiasan tiap kali Anes merasa kesal pun, hanya dapat menghela napas dengan panjang. “Lo mau apa?”

Pertanyaan yang ditunggu-tunggu oleh Anes. Ajaibnya, wajah yang tadi sangat frustasi seolah dunia akan segera kiamat itu langsung berubah jadi ceria dalam seketika. “Yeayy!” Anes meleompat girang. “Kalo bel nanti, izinin, yak? Bilang kalo gue sakit perut dan istirahat di uks.”

Daza menyipitkan mata. “Buat?”

“Gue mau beli pentol di warung depan sekolah sana, udah buka! Ini ‘kan hari pertama dan kata temen-temen tadi, pentolnya lebih enak dari pada punya kantin! Jahat banget sih, mereka ninggalin gue!”

Ocehan Anes yang riang gembira membuat Dzaka jadi tahu kalau dia tidak akan bisa menghindari permintaan ini. “As you wish.”

“Makasih pacar!” Anes malah memukul keras wajah Dzaka dengan telapak tangan sebelum akhirnya melompat riang keluar kelas.

“Oi! Lo sama siapa ke sana?”

“Sendiri!”

“Awas aja kalo bareng Angel!”

“Iya, bawel!”

Padahal dia yang lebih cerewet. Dzaka kembali menghela napas. “Ya udah lah. Asal gilanya gak kumat lagi.” Bisa-bisa mereka berakhir di BK seperti kemarin. Tidak lama dari pada itu, bel tanda masuk pada jam pelajaran ketiga pun berbunyi. Guru Kimia sudah masuk dan memulai kelas, saat mengabsen pun Dzaka melakukan seperti apa yang Anes minta.

Namun, ketika Pak Budi tengah asyik berkutat dengan papan tulis, Dzaka malah menerima pesan dari Anes. pesan yang cukup mengejutkan sampai-sampai Dzaka berlari, pergi meninggalkan kelas begitu saja. Yahh, meski Dzaka sempat berteriak cepat sambil menunduk di depan pintu keluar, mengatakan kalau dia izin sebentar.

Satpam yang tidak ada membuat Dzaka lebih leluasa untuk melewati pintu gerbang, dan tepat di seberang jalan, ia mendapati kerumunan orang, sebuah sepeda motor, dan seorang siswi yang tengah menangis kencang di tepi jalan.

Wajah Dzaka berubah pucat dan keringat dinginn mulai mengucur dari pelipisnya. “Anes!” Ia langsung berlari, melompat, dan berhasil menerobos kerumunan untuk menghampiri kekasihnya itu.

“Lo luka di mana?” panik Dzaka yang langsung di tepis oleh Anes.

“Aduh, huaaa!! Minggir-minggir! Mana pentol gue yang sisa lima biji? Mana?” Anes dengan lutut dan siku yang berdarah malah sibuk berkeliaran ke sana kemari. Membuat heran orang-orang di sekitar yang cemas karena tadi dia ditabrak oleh motor padahal.

“Arghh! Kalian jangan gerak dulu, entar pentol gue keinjek gimana?”

Dzaka tersenyum karena menahan amrah yang sudah naik pitam. Tadi Anes mengiriminya pesan dan bilang kalau Anes kecelakaan serta gadisnya itu minta bantuan, tapi apa pula drama ini? Jangan bilang bantuan yang Anes maksud adalah untuk mencari lima biji pentol tadi.

“Lo ngapain lebih mentingin pentol lima biji dari pada nyawa lo sendiri, sih?”  bentak Dzaka mencengkeram kedua bahu Anes. Berteriak sampai urat lehernya keluar.

“T-Tapi pentolnya emang sepenting itu!” Anes balas berseru sambil menangis seperti anak kecil. “Kata abang itu pentolnya udah habis dan tadi yang terakhir!” adu Anes sesegukan. Membuat kerumunan orang di sana jadi bubar sambil berdecak kesal.

“Otaknya terbuat dari pentol ya, Sayang.” Dzaka tidak tahu harus bagaimana menghadapi pacar gilanya ini.

TBC

Komenan kalian adalah semangatku😙
Btw ini mirip cerita penulis, tapi pas itu penulis lagi naik motor kesempret motor lain kan, capcin saya pun jatuh. Pas orang pada panik, saya lebih mentingin nyari capcin😭✋

Pasangan PrikkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang